Kepergian Bapak Dan Ibu

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Ketakutan yang luar biasa sangat mendera hati tulusnya. Rasa takut akan kehilangan orang yang sangat dicintai bagaikan sebuah momok yang tak diinginkan.

Tetesan air matanya seolah tiada surut, musibah yang dialaminya sangatlah tak kuasa untuk dirinya hadapi. Jika berada di situasi seperti ini rasanya ingin sekali menggantikan posisi kedua orang tuanya, lebih baik dirinya saja yang celaka daripada kedua orang tuanya.

Kini, di depan ruangan UGD di sebuah rumah sakit, Hara duduk dengan rasa penuh kesedihan. Akibat dari kecelakaan itu membuat kedua orang tuanya harus dilarikan ke rumah sakit ini. Hara hanya berharap semoga nyawa kedua orang tuanya masih bisa tertolong, dan semoga dokter dapat memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuanya itu.

" Hara. " seru April dengan sangat lembut pada sahabatnya ini.

Hara terus meneteskan air matanya, kejadian kecelakaan itu masih sangat jelas terekam di dalam kepalanya, dan semua itu semakin membuat hati Hara terluka. Sebenarnya siapa orang yang sudah dengan tega menabrak kedua orang tuanya. Kejadiannya sungguh sangat cepat, bahkan Hara masih belum sempat melihat plat nomor mobil milik orang yang telah menabrak kedua orang tuanya itu. Sebenarnya siapa pelakunya, mengapa ia begitu tega mencelakai kedua orang tuanya lalu membiarkan keduanya begitu saja.

Di luar ruangan UGD ini yang turut andil menunggu kabar dari kedua korban hanyalah Hara dengan sang sahabat April serta ibu dari pemilik toko yang tak lain adalah ibu Yuni. Tak ada sang bapak tukang becak maupun suami dari ibu Yuni. Kedua pria itu pergi entah ke mana setelah mengetahui ada panggilan telepon yang masuk.

April yang mulai menyadari jika kedua pria itu tak kunjung kembali jadi mulai bertanya-tanya, apa lagi untuk keberadaan sang bapak tukang becak, mengingat jika ia adalah saksi utama atas kejadian kecelakaan yang terjadi selain Hara.

" Bu, suami ibu dan bapak tukang becak pergi ke mana?, mereka masih di rumah sakit ini kan?. " tanya April pada ibu Yuni pemilik toko.

" Kurang tahu ya nak, tenanglah mereka hanya pergi sebentar, masih belum ada lima menit mereka pergi. " sahut ibu Yuni.

Sebenarnya bu Yuni sedikit merasa tersinggung dengan pertanyaan April, pasalnya suaminya itu pergi masih belum sampai lima menit berlalu, dan hal itu membuat bu Yuni merasa jika suaminya dilarang untuk pergi.

April pun menyadari akan adanya ekspresi yang kurang mengenakkan dari bu Yuni. Sebenarnya bukan bapak pemilik toko yang April khawatirkan, April khawatir karena suami dari bu Yuni telah mengajak pergi sang bapak tukang becak yang merupakan salah satu saksi utama atas kejadian kecelakaan yang terjadi.

Namun baru saja obrolan tentang dua pria itu, datanglah sosoknya yang sangat diharapkan. Dialah sang bapak tukang becak pak Yudi.

Dengan langkahnya yang nampak kurang bersemangat, pak Yudi terus berjalan menuju ke area di mana Hara sedang duduk.

Dan ketika langkah pak Yudi hampir mendekati tiga wanita yang berbeda generasi itu, muncullah suami dari bu Yuni yang tak lain adalah pak Jaka.

Keadaan pak Jaka pun tak berbeda jauh dengan pak Yudi, pak Jaka terlihat kurang bersemangat dalam melangkah. Dan yang nampak dari kedua pria yang cukup berumur itu tentu saja tak lepas dari pandangan April.

" Ada apa dengan mereka?, apa mereka ada masalah?. " dalam hatinya April jadi bertanya-tanya.

Sebelum pak Yudi dan pak Jaka pergi bersama, mereka nampak seperti orang yang tak kehilangan semangat, tapi sekarang mereka terlihat sangat berbeda terutama pak Yudi. Sangat terlihat jelas dari sorot mata pak Yudi yang seperti orang ketakutan.

" Pak Yudi, bapak dari mana?. " tanya April langsung bahkan saat pak Yudi masih belum mendaratkan tubuhnya pada kursi.

" Tidak. " sahut pak Yudi reflek.

" Tidak?, maksudnya tidak pak?. " tanya April.

" Ya tidak, maksudnya baru saja saya dari toilet, iya toilet. " sahut pak Yudi bahkan dengan sikapnya yang nampak gugup.

Entah apa yang terjadi pada pak Yudi, pria yang sudah cukup berumur itu terlihat seperti orang yang tak ingin diketahui rahasianya.

Dan lagi, sikap pak Yudi ini sangat menarik perhatian April, bahkan saat ini April malah merasa curiga.

" Tidak, pasti sudah terjadi sesuatu pada pak Yudi. " dalam hal ini April sangat yakin jika pak Yudi sedang tak baik-baik saja, namun ia berusaha untuk menutupinya.

Berbeda dengan April dan pak Yudi, maka berbeda pula dengan Hara, gadis SMA yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu terus duduk diam dengan meneteskan air matanya. Tentu saja Hara masih terus menangis, kedua orang tuanya masih terus berjuang di dalam sana agar bisa bertahan hidup. Hara benar-benar berharap semoga dokter dapat memberikan kabar yang baik mengenai bapak dan juga ibunya itu.

Hingga setelah dirasa cukup menunggu pintu ruangan UGD pun mulai terbuka, nampak seorang suster mulai keluar dari ruangan tersebut. Menyadari akan hal itu sontak membuat Hara dan yang lainnya langsung bangkit. Dan bersamaan dengan itu pula sang dokter mulai keluar dari ruangan UGD itu.

Rasa cemas serta adanya kabar baik sangat menggelayuti hati Hara, sang dokter yang menangani kedua orang tuanya sudah keluar, semoga dokter bisa memberikan kabar baiknya.

" Dokter, bagaimana keadaan bapak dan ibu saya?. " dengan menyeka lelehan air matanya Hara mulai bertanya pada sang dokter.

Sang dokter pria itu tak langsung menyahut, ia menatap Hara dengan tatapan penuh iba.

" Bagaimana dokter?, orang tua saya baik-baik saja kan dokter?. " tanya Hara lagi karena sang dokter tak langsung menyahut pertanyaannya.

Sang dokter pria itu jadi menarik napasnya cukup dalam. Dokter pria yang berusia empat puluh tahun yang bernama dokter Cahyono itu merasa sangat tak tega untuk menyampaikan kabar dari kedua pasiennya, namun dokter Cahyono harus menyampaikan kabar yang sangat pahit ini.

" Kamu harus bersabar ya nak, kamu harus bisa ikhlas menerima kenyataan ini. " sahut dokter Cahyono pada akhirnya yang membuat hati Hara seolah berdentum.

" Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan kedua orang tuamu, tetapi takdir berkata lain. "

" Kedua orang tuamu sudah berpulang nak, kamu harus bisa mengikhlaskannya ya. " akui dokter Cahyono dengan segala kebenarannya.

Dalam seketika pernyataan itu seolah membuat jantung Hara berhenti berdetak, bahkan napas Hara pun seolah berhenti. Hingga setelah merasakan keterkejutan itu barulah Hara menyadari jika yang dikatakan oleh sang dokter adalah jawaban yang ditunggunya.

" Tidak... " terdengar suara Hara yang begitu lirih.

Semua orang yang menunggu di luar ruangan UGD ini pun begitu sangat tersentak kaget, bahkan April sang sahabat baik dari Hara sangat tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

" Tidak, tidak hiks... "

" Bapak ibu... " teriak Hara dan gadis itu pun langsung berlari memasuki ruangan UGD itu.

" Hara... " panggil April sebelum akhirnya April juga berlari mengikuti Hara.

Hara sangat terluka, gadis itu sangat terkejut dengan kabar yang baru saja didengarnya. Tak kuasa dengan semua ini membuat Hara ingin melihat keadaan orang tuanya secara langsung.

Dan kini Hara benar berada di dalam ruangan Unit Gawat Darurat ini. Hara terdiam, gadis SMA yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu terdiam membeku seperti patung setelah melihat dua sosok yang terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi kedua tubuh mereka.

Masih ada beberapa suster dan juga seorang dokter di dalam ruangan UGD ini, namun mereka hanya terdiam melihat kedatangan Hara.

Hara masih terdiam dalam keadaan berdiri, gadis SMA itu merasakan dentuman hebat yang teramat sangat di dadanya, bahkan saat ini rasanya napasnya seolah terhenti setelah melihat dua sosok terbujur kaku yang ditutupi oleh kain putih.

Sebenarnya apa yang ada di depan matanya ini, apakah ini nyata, benarkah dua sosok yang tertutupi oleh kain putih itu adalah kedua orang tuanya. Rasa takut begitu mencekam, Hara merasa sangat takut jika Harus membuka kain putih yang tertutup itu.

Dengan tubuhnya yang masih terdiam, membuat jantung Hara jadi berdetak tak karuan, entah mengapa Hara tak memiliki keberanian untuk membuka kain putih itu.

" Hara... " dengan nadanya yang lirih, seruan April telah memecah keheningan.

Hara pun jadi tersentak karena seruan sahabatnya itu, dan hal itu membuat Hara semakin sadar jika dirinya memang harus membuka kain putih yang menutupi dua sosok itu.

Dan setelah sadar dari keterdiamannya membuat Hara benar lanjut melangkah hingga selangkah, dua langkah, tiga langkah, dan langkah kaki kecilnya pun benar terhenti. Hara berdiri sangat dekat dengan sosok dibalik kain putih itu.

Hara ingin membuka sang kain putih, namun tangan mungilnya begitu berat untuk terangkat bahkan sampai gemeteran.

Sang dokter beserta beberapa pasien yang masih berada di dalam ruangan ini hanya bisa menatap iba. Segala cara sudah mereka lakukan untuk menyelamatkan kedua orang tua Hara, akan tetapi Tuhan berkehendak lain.

" Nak, apa kamu tidak siap membuka kain putih itu?. " seru sang dokter Handry karena ia sudah sangat tak tega pada Hara.

" Tidak dok, biarkan Hara yang membukanya. " ujar April yang malah menyahuti seruan dokter Handry.

Hingga akhirnya Hara sadar bahwa siap ataupun tidak dirinya memang harus membuka kain putih yang menurutnya sangat mengerikan itu.

Dan dengan perlahan Hara kembali menggerakkan tangan mungilnya itu. Dengan sangat berat bahkan sepasang bola mata indahnya sampai ia pejamkan.

" Kamu harus membukanya Hara. " seru batin Hara sebelum akhirnya ia pun berhasil menyentuh sang kain putih.

Hara menyentuh kain putih itu dan dengan perlahan pula ia membukanya. Dengan perlahan Hara membuka sang kain putih hingga benar nampaklah sebuah wajah yang memang seharusnya Hara lihat, dan...

Deg...

Deg deg... deg deg...

" Ibuu... " Hara langsung tersentak.

" Ibuu... " dengan rasa keterkejutan dan kesedihan yang begitu luar biasa Hara langsung memeluk tubuh ibunya.

" Ibu... hiks hiks... " Hara kembali menangis.

" Ibuu... hiks... hiks... " Harus langsung menangis dengan sejadi-jadinya.

Melihat sosok yang sangat berharga dalam hidupnya sudah terbujur kaku dan tak bernyawa seperti ini membuat hati Hara sangat hancur.

" Ibuu... hiks hiks... ibuu... hiks hiks... "

Sungguh tak bisa dibayangkan bagaimana kesedihan yang dirasakan oleh Hara, gadis itu menangis dengan tangisan yang mungkin siapapun tak akan sanggup untuk mendengarnya.

Dalam sekejap ruangan ini benar-benar berubah menjadi ruangan duka. Semua orang yang berada di ruangan ini merasakan kesedihan, namun tetap Hara lah yang paling merasakan kesedihan yang begitu luar biasa.

Sementara April sang sahabat baik dari Hara hanya bisa menutup sepasang bibirnya karena kenyataan yang ada di depan kedua bola matanya. April benar-benar sangat tak menyangka jika tante Dila nya benar telah tiada. Tanpa terasa April juga turut menjatuhkan air matanya, tante Dila sudah April anggap sebagai ibunya sendiri, dan sekarang tante Dila nya itu telah terbujur kaku tanpa nyawa.

" Ibuu... hiks... hiks... ibuu... hiks... " Hara terus menangis dan menangis, gadis remaja itu sungguh sangat terpukul karena ibunya telah tak bernyawa.

Hara memeluk sangat erat tubuh wanita yang telah memberinya cinta dan kasihnya itu. Rasanya ini begitu terlalu cepat. Kejadian ini seperti sebuah mimpi buruk yang Hara tolak, padahal sebelum dirinya berangkat sekolah ibunya masih terlihat baik-baik saja, dan sekarang ibunya ini telah memejamkan matanya.

" Hiks hiks... hiks hiks... ibuu... " begitulah isak tangis Hara sebelum akhirnya gadis itu seperti melihat sosok yang lain lagi yang sepertinya bernasib sama seperti ibunya.

Dengan menangis Hara berpindah mendekati sosok yang tertutup oleh kain putih itu dan ia pun langsung membuka kainnya. Dan setelah membuka kainnya, nampaklah wajah bapaknya yang ternyata juga sudah tak bernyawa.

" Bapak... "

" Bapak hiks... hiks... " dengan isakan pilunya, dipeluknya tubuh bapaknya itu.

Hara memeluk sangat erat tubuh bapaknya yang juga sudah tak bernyawa.

" Hiks... hiks... hiks... "

Tetesan demi tetesan air mata Hara seolah menjadi banjir air mata. Hara sangat hancur, sangat terpukul dan sangat kehilangan. Kedua orang tuanya benar-benar telah meninggal, tak sanggup rasanya dirinya hidup jika bapak dan juga ibunya sampai tak ada lagi.

" Hiks... hiks... bapak... "

Sungguh nasib malang telah menimpa Hara. Ini adalah batu ujian yang sangat sulit untuk seorang gadis seperti Hara hadapi. Kehilangan kedua orang tua yang sangat dicintai adalah hal yang sama sekali tidak Hara harapkan.

" Hiks... hiks... hiks... "

Tangisan Hara terdengar sangat memilukan sampai-sampai membuat dokter Handry dengan beberapa susternya jadi ikut meneteskan air mata.

" Ya Tuhan hiks... hiks... hiks... " Hara sudah tak sanggup, benar-benar sudah tak sanggup.

Jika ini semua yang terjadi adalah sebuah mimpi, ingin sekali rasanya Hara tersadar dari mimpi yang sangat buruk ini. Semua ini terlalu sangat cepat, Hara masih merasa sangat tak siap jika harus benar-benar kehilangan kedua orang tuanya.

" Hara... " dengan tetesan air matanya yang telah membasahi wajahnya, dengan lembut April menyentuh pundak Hara.

Sebagai seorang sahabat yang telah menganggap Hara sebagai saudaranya sendiri juga membuat April sangat terpukul. April tak sanggup membendung air matanya setelah mengetahui tante Dila bersama om Hakim telah benar tiada.

" Hiks... hiks... hiks... bapak... " Hara terus menangis dan menangis.

Tak ada satu pun orang yang dapat menghilangkan kesedihan Hara. Nyawa yang telah hilang sudah tak akan pernah kembali, begitu pun dengan orang tua Hara yang telah kehilangan nyawanya dan meninggalkan Hara untuk selamanya.

Dan dalam keadaan yang berduka ini, dokter Cahyono kembali masuk ke ruangan UGD, bukan dengan seorang diri melainkan juga ditemani oleh orang-orang dari pihak yang berwajib yang sudah dipastikan akan melakukan pemeriksaan atas kecelakaan yang sudah terjadi.

Menyadari akan adanya orang-orang yang masuk membuat Hara pun bangkit dengan melepaskan pelukannya dari jenazah sang bapak.

Hara melihat adanya orang-orang dari pihak berwajib, dan bisa dipastikan kedatangan mereka ke tempat ini adalah untuk melakukan pemeriksaan. Ini adalah kesempatan, Hara merasa saatnyalah dirinya menceritakan semuanya pada para polisi ini.

" Pak, orang tua saya korban tabrak lari, saya mohon tolong segera temukan pelakunya. " dengan tetesan air matanya yang terus mengalir Hara mengadukan atas kecelakaan yang dialami oleh kedua orang tuanya.

" Hara tenang, jelaskan semuanya dengan tenang. " menyadari jika sang sahabat sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja membuat April mencoba menenangkan Hara.

" Iya, tenanglah nak, tenang, kami ke sini untuk melakukan pemeriksaan, keterangan dari para saksi akan menjadi salah satu bukti dari kasus yang terjadi. " ujar salah seorang pihak yang berwajib itu agar Hara bisa dengan tenang dalam memberikan keterangannya.

" Pak, bapak dan ibu saya sudah ditabrak lari hiks... dan yang menabrak sudah pergi hiks... hiks... tolong segera temukan pelakunya pak hiks... hiks... hiks... " dalam kesedihannya yang teramat sangat Hara sangat berharap jika orang yang sudah menabrak kedua orang tuanya bisa segera ditemukan.

Mendengar aduan dari Hara membuat orang-orang dari pihak yang berwajib ini jadi mengangguk paham, kasus ini adalah kasus berat karena telah menghilangkan dua nyawa. Namun putri dari kedua korban masih dalam keadaan emosinya yang tak stabil sehingga mungkin saja keterangan yang disampaikan tidak sesuai, apalagi keterangan yang disampaikan ini sangat bertolak belakang dengan keterangan dari saksi utama yang bernama Yudi.

Bersambung..........

❤❤❤❤❤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!