05

ketika sampai di kamar, setelah dengan gagahnya Rey menuntun Zenara memasuki ruang besar yang mewah itu kini Rey kaku terdiam seribu bahasa. ini kali pertama dalam hidupnya menyentuh begitu lama tangan seorang gadis, dan bahkan membawanya kekamar yang bahkan seorang pelayan wanita pun tak pernah memasukinya

"apa? sekarang apa? kenapa kita disini?" tanya Rey pada dirinya sendiri

"kenapa... kita disini? mau malam pertama kan?" jawab Zenara yang ikut bingung, Rey yang mendengar jawaban blak-blakan itu menatap Zenara penuh kecanggungan

'malam.. malam Per.. apa?' batin Rey menelan ludah, bisa di hitung kali dia berbicara dengan gadis. bukan introvert Rey hanya tak pernah peduli dengan sekitarnya terutama pada Gadis, dia bahkan terbilang sangat sulit didekati. kini malah harus berurusan dengan Zenara yang polos namun menghanyutkan nya begitu terang-terangan

"apa? pak Rey.. sakit?" tanya Zenara yang di tatap Rey dengan tanpa suara itu. dirinya sedikit kebingungan karena Rey yang tiba-tiba diam setelah memasuki kamar

"kamu.. bersihkan diri dulu, aku akan keluar sebentar" ucap Rey yang berjalan keluar meninggalkan Zenara sendiri di kamar yang sangat luas itu

'seorang putra dari asisten wakil direktur.. tapi memiliki aset yang begitu mewah, ah.. memang tidak mengherankan karena dia juga seorang manajer, tapi tetap saja rasanya agak aneh.. oh ya, Nenek Nadine.. apa mungkin Nenek Nadine juga seorang pengusaha? dengan fasilitas yang luar biasa ini membuatku sedikit...err, bukan! aku bukan curiga hanya saja ingin tau lebih banyak tentang mereka' batin Zenara menatap setiap barang yang tertata rapi di kamar itu. memang dirinya tak pernah hidup mewah, namun bukan berarti dia tak tau harga dan kualitas dari barang-barang itu, pengetahuan nya sangat luas bahkan seorang Nadine juga tak akan menyangka soal itu

Zenara berusaha menarik ritsleting gaun yang entah mengapa begitu sulit di bukanya, Gaun indah itu sangat di sayangkan jika rusak walau hanya lecet sedikit jadi dengan penuh kesabaran berusaha membuka gaunnya itu. Rey tiba-tiba masuk karena lupa memberi tau Zenara jika dua lemari besar di kamar itu sudah penuh dengan pakaiannya dan tak sengaja melihat Zenara yang kesulitan

"a.. anu.. mau aku bantu?" tanya Rey dengan ragu

"eh.. untung pak Rey balik, iya aku butuh bantuan" ucap Zenara merasa lega karena mendengar suara Rey

Rey mendekat dengan kaki yang sedikit gemetar, batinnya menggerutu karena dirinya yang malah menawarkan bantuan tanpa fikir panjang. punggung Zenara terbuka lebar seakan-akan menarik langkah kaki Rey untuk semakin mendekat, sebelumnya tidak memperhatikan punggung yang sangat menggoda itu karena sibuk dengan acara pernikahan mereka.

kakinya yang maju selangkah demi selangkah itu tiba-tiba tak seimbang setelah Rey hampir sampai

brukkk..

tubuh Zenara menempel di tembok dengan tubuh Rey yang juga mendekap sempurna di belakang tubuhnya mata Rey dan Mata Zenara sama-sama melotot namun dalam pikiran yang berbeda

'i.. ini.. gayanya pak Rey ya? apa pak Rey mau buka baju Ara dengan nempel di tembok? ini gaya cicak ya?.. wah pak Rey serem juga ya.. apa.. aku harus memberontak suapaya pak Rey semanagat? kata kak Tira laki-laki akan semanagat jika kita sedikit memberontak..' batin Zenara dengan jantung berdegup seakan mengikuti langkah kuda saking kencangnya

'si.. al!!! kenapa harus jatuh dengan posisi ini!! sekarang bagaimana menjelaskannya! apa Zenara akan memukul ku? apa aku sudah terlalu kurang ajar??!! tapi kami sudah menikah memang seharusnya begi.. tidak, apa yang aku pikirkan? sekarang bagaimana caranya keluar dari situasi ini? ah sial Jonii!! jangan bergerak!!' batin Rey yang kini sudah berkeringat dingin dengan tubuh gemetar

'kok pak Rey masih diam.. apa Jangan-jangan pak Rey pingsan? tapi kenapa masih berdiri jika pingsan?? apa.. apa yang menggelitik di bawah?' batin Zenara lagi yang bingung haruskah dirinya bergerak atau tidak

triingg.. triingg..

suara dering HP itu mengejutkan keduanya, Rey yang kaku seakan lumpuh sementara itu terlonjak kaget dan segera mundur sepuluh langkah, selain keringatnya yang sudah hampir menyapu seluruh bagian Wajah tubuhnya juga bergetar hebat, jantungnya seakan ingin melompat keluar kini canggung juga memeluknya begitu erat

"anu.. itu.. aku.. aku.." otak Rey seakan kosong, bahkan untuk melanjutkan kalimatnya pun Rey sudah tak mampu

Zenara beralih ke HPnya yang berdering, Zenara berasumsi jika Rey canggung karena gagal menikam nya, jadi dengan cepat Zenara mengangkat telfon dan ingin segera mengakhirinya takut jika Rey akan marah nanti

"selamat ya Ara!! dih malah nikah duluan padahal kamu loh yang paling kecil.. aduh.. aku gak ganggu kalian kan?" ucap seseorang dengan suara tingginya

"kak Tira.. kamu ganggu" ucap Zenara jujur. wajah Rey semakin memerah saat mendengar ucapan Zenara bahkan Asap seakan keluar dari dua lubang telinganya

"eh? beneran ganggu? oh sampai besok kalo gitu" tuutt...

Astira mematikan telfon nya. Zenara menghela nafasnya setelah menaruh kembali hpnya, di balik leganya Zenara karena panggilan Astira yang singkat ada Rey yang kembali tegang tak tau bagaimana menghadapi Zenara setelahnya

"mau lanjut?" tanya Zenara dengan polosnya, Rey terbungkam kaku, lanjut? lanjut apa? lanjut membantunya membuka gaun atau lanjut menjelaskan mengapa dirinya begitu kurang ajar?

"aku.. gak sengaja.. tadi beneran tersandung!" jelas Rey cepat. Zenara yang mendengar penjelasan Rey merasa sedikit lega, karena tak harus menghadapi malam penuh menegangkan bersama Rey

'jadi tadi pak Rey gak sengaja? bukan karena mau nikam Ara?..' batin Zenara

"anu.. pak, gaunnya sulit di buka" ucap Zenara masih menginginkan bantuan Rey

"oh.. iya.." Rey berusaha sekuat tenaga menahan gerogi nya agar tidak di tertawakan Zenara

'pak Rey sampai keringat gitu.. baru sadar pak Rey canggung, tau gini tadi Ara gak usah nyuruh pak Rey bukain gaun Ara, eh.. tapi tadi dia yang nawar kan' batin Zenara merasa sedikit bersalah. bahkan getaran tubuh Rey yang saat ini membantu Zenara membuka Gaun itu disadari begitu jelas oleh Zenara sendiri

"... "

tak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka hingga gaun berhasil di buka Rey

"itu.. pakaianmu sudah ada di lemari, pakailah sepuas hati, itu semua nenek yang menyiapkan nya untukmu" celetuk Rey yang masih berusaha menahan gerogi nya

"makasih pak" ucap Zenara menahan Gaun didada nya agar tidak melorot jatuh

"satu lagi, berhenti memanggil ku dengan sebutan Pak, panggil Rey saja" sahut Rey yang setelah itu benar-benar keluar dari kamar

"pak Rey lucu ya kalo lagi malu-malu hehe" gumam Zenara membuka Gaunnya

Rey mengguyur seluruh badannya dengan air dingin, di bawah dinginnya air Rey berusaha menenangkan diri sekuat tenaga meski punggung indah Zenara masih menghantui kepalanya, wanginya.. bahkan kulit lembut Zenara yang sempat tak sengaja di sentuhnya itu benar-benar mengganggu otaknya.

apa orang-orang di luar sana juga akan seperti dirinya yang hampir tak bisa menahan diri ketika melihat kulit mulus wanita? atau hanya dirinya karena untuk kali pertama pemandangan dan situasi itu di alaminya?? lalu.. bagaimana berbicara pada Zenara.. tentang apa yang harusnya suami istri lakukan? haruskah dirinya mengatakan pada Zenara jika dia ingin tidur bersama.. atau apakah dia akan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya? berpura-pura jatuh untuk bisa memeluk istrinya itu? Rey menggeplak kepalanya sendiri agar berhenti memikirkan hal yang memalukan itu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!