Dinding Yang Dingin

Dinding Yang Dingin

01

"Ara!" panggil Damian, seorang lelaki paruh baya yang usianya hampir 65 tahun, pemilik panti asuhan Pelangi Harapan berdiri di depan toko bangunan yang ramai pembeli

gadis muda dengan rambut yang di kuncir kuda itu menoleh ke sumber suara, jarang sekali Damian datang mengunjunginya

"kakek!!" semangat nya berlari mendekat, sejak kecil sudah tumbuh di bawah asuhan Damian

Zenara Arelin tumbuh di panti asuhan 'Pelangi Harapan' yang di bangun oleh Damian sejak 30 tahun yang lalu, Zenara tumbuh menjadi gadis yang mandiri kini usianya sudah 19 tahun, lulus dari Sekolah menengah atas Zenara tak lagi melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk bekerja, Zenara yang akrab di panggil Ara oleh semua orang itu tak ingin egois dan terus-terusan menyusahkan kakek Damian, Ara bekerja di sebuah toko bangunan, sengaja memilih pekerjaan berat itu untuk mengasah tubuhnya yang sejak kecil 'dilatih' oleh kakek Damian. meski tau kekayaan seorang Damian bisa menghidupi setengah dari rakyat sebuah negara maju sekalipun Ara tak ingin terus-terusan bergantung pada Damian.

"tumben kakek dateng, ada apa?" tanya Ara membersihkan tangannya di baju, Damian tersenyum puas melihat salah satu anak didiknya bekerja keras demi tak membebani nya, yang meski dirinya sama sekali tak keberatan meski harus menambah 50 seorang Zenara lagi

"kakek punya 'hadiah' buat kamu" ucap Damian tersenyum, Zenara yang sempat terdiam itu kemudian tersenyum penuh makna

"tentu, Ara akan pulang mengambilnya" jawab Zenara tegas, Damian puas dengan jawaban Zenara kemudian pergi begitu saja setelah itu. Zenara melanjutkan kerjanya, memindahkan semen-semen yang menumpuk itu ke semua truk yang akan mengangkutnya pergi.

"permisi.. !" teriak seseorang yang baru datang dengan mobil hitamnya, Zenara keluar menghampiri nya

"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Zenara dengan tersenyum ramah

"saya ingin memesan 200 sak semen, tolong antarkan ke Alamat ini besok" ucap pria berjas hitam itu memberikan sebuah Alamat pada Zenara

"oh, siap pak! serahkan pada kami, anda hanya perlu menunggu santai, besok barangnya sampai di tempat dengan aman!" jawab Zenara dengan penuh semangat

"untuk uangnya, besok saya kasih di lokasi, kalau begitu terimakasih saya permisi dulu" sahut pria itu yang kemudian pergi

"baik Pak, selamat jalan!" teriak Zenara penuh semangat

meski seorang gadis pun, Zenara tak pernah mengeluh saat bekerja. energinya selalu penuh bahkan selalu tersenyum dalam setiap menitnya menebarkan energi positif ke sekitarnya, pekerja di toko itu kebanyakan lelaki, bahkan bisa dibilang hanya Zenara yang seorang gadis dan termuda pula. para pekerja lain selalu semangat jika Zenara masuk bekerja, mereka selalu di buat tertawa oleh Zenara yang terkadang membuat lelucon, mereka bahkan menganggap Zenara sebagai adik atau bahkan seperti anak perempuan mereka, meski kuat bekerja Zenara tak jarang di beri bantuan cuma-cuma oleh mereka.

Zenara menjalani Hari-hari nya penuh semangat dan canda tawa, sejak SMA di mana Anak-anak gadis lain menemukan kisah cinta mereka, Zenara hanya tau belajar dan bekerja. sejak SMA Zenara sudah keluar dari panti asuhan dan belajar mandiri, selain karena keinginannya juga karena 'hadiah' yang sering Damian berikan padanya

sorenya, saat pulang bekerja Zenara tak pulang ke kontrakan nya dan langsung ke panti asuhan karena panggilan dari Damian. sebelum sampai Zenara sempat membeli oleh-oleh untuk adik-adiknya terlebih dahulu

"wahh.. kak Ara pulang!!" teriak anak lelaki yang umurnya hampir tujuh tahun, wajah bulat dengan rambut keriting nya itu cukup memikat di mata Zenara, Dika namanya.

sontak, anak-anak seusia nya yang tengah bermain pun berlari mengerumuni Zenara, penuh senyum hangat Zenara menyambut adik-adiknya itu

"kalian lagi main ya? kakak bawa oleh-oleh loh buat kalian, tapi harus di bagi rata ya, kalo ada yang ngambil lebih kakak bakalan hukum kalian! oke?" ucap Zenara memberikan beberapa bingkisan di tangannya

"siap kak!! makasih kak Ara.." serentak semuanya begitu bahagia

"Anak-anak baik, kakak Sayang kalian!!" sahut Ara juga tak kalah semangat

"Ara.. kamu sudah datang, ayo masuk bareng" ajak Leo yang tiba-tiba muncul dari dalam

"loh, kak Leo pulang juga? kak Leo di panggil sama kakek juga ya?" tanya Zenara menghampiri Leondra, laki-laki manis dengan tampilan casual nya

"iya" jawab Leo tersenyum

mereka masuk bersama, dalam ruangan bernuansa hitam abu itu, Damian sudah menunggu mereka dengan segelas kopi yang dinikmati bersama selembar koran

"sore, kakek" ucap Leo mengetuk pelan pintu

"masuk" sahut Damian dari dalam, Leo dan Zenara masuk bersama Damian menggulung koran ditangannya dan menurunkan kaki yang sejak tadi di silangkannya

Damian berdiri dan berjalan menuju lemari penuh buku itu, menekan salah satu buku hingga sebuah lemari terbuka lebar. mereka bertiga masuk kedalam sebuah ruangan rahasia

"apa 'hadiah' kali ini, Ara harus keluar dari kota kakek?" tanya Zenara duduk di sebuah kursi kayu dengan Leo yang juga duduk di samping Zenara

"misi yang kalian jalani satu tahun lalu, kini ada perkembangan" ucap Damian menaruh sebuah Map coklat di depan dua orang itu

Leo mengambil Map itu dan membukanya, Zenara menatap Damian dengan sedikit kerutan di dahi

"jadi, apa kami akan kembali menjalani misi yang sama? bagaimana dengan orang-orang itu? apa kita tidak perlu membereskan mereka terlebih dahulu?" tanya Zenara

"informasi ini, aku sendiri yang dapatkan tanpa bantuan siapapun, mereka tidak akan tau jika kalian melanjutkan misi ini. satu lagi, ada keputusan yang aku ubah kalian tidak boleh membunuh 'orang' itu, kalian hanya perlu membawanya padaku. ada kemungkinan jika informasi sebelumnya itu salah, 'orang' itu punya dua kemungkinan hingga kalian tidak boleh membunuhnya dulu, kemungkinan pertama 'orang' itu adalah otak di balik layar hingga atasan menyuruh kita membunuhnya, tapi kemungkinan yang kedua cukup kuat juga, 'orang' itu adalah saksi yang menjadi kambing hitam dari otak yang sebenarnya. sebelum semuanya jelas, kalian harus menjaganya terlebih dahulu. tunggu sampai aku perintahkan, kalian harus membawa nya padaku" ucap Damian memainkan kaca matanya di tangan

"lalu, dimana 'orang' itu sekarang? apakah masih bersembunyi di negara 'itu'?" tanya Leo menutup Map coklat itu setelah selesai membaca informasi yang terkait dengan orang yang mereka bicarakan, Zenara mengambil Map itu dari tangan Leo dan beralih membacanya

"ya, tapi dua bulan lagi dia akan kembali, kalian masuklah ke salah satu perusahaan miliknya, awasi pergerakannya dari jauh tak perlu terlalu dekat dengannya tapi juga jangan sampai terlalu jauh, kalian harus melindungi nya dari segala macam ancaman" jawab Damian serius

"baik, Ara mungkin cuma bisa masuk jadi OB, besok Ara ngelamar ke perusahaan cabangnya yang kedua" sahut Zenara

"kalau begitu, biar Leo ngelamar di perusahaan cabang yang di luar kota" imbuh Leo juga

"hati-hati, jangan sampai membuat mereka curiga dan jangan juga sampai mengungkap identitas kalian, apapun yang terjadi tetaplah bergerak di bawah bayangan" peringat Damian, Leo dan Zenara mengangguk menerima perintah

di luar, Anak-anak panti sudah masuk untuk mandi, para koki juga sudah selesai memasak. Leo tinggal untuk menginap, sedangkan Zenara tetap pulang karena harus menemui bosnya untuk mengundurkan diri dari pekerjaan nya. meski berat rasanya harus meninggalkan mereka yang sudah menganggap nya keluarga, namun misi ini harus di mulainya besok, dia tak punya banyak waktu untuk melakukan perpisahan yang baik dengan mereka

"iya halo Ara, ada yang bapak bisa bantu?" sahut pak Raju setelah mengangkat telfon, Zenara tak jadi menemui bosnya itu dan memilih menelfon nya saja

"anu pak.. Ara mau mengundurkan diri mulai besok" sahut Zenara tak enak, tentu pak Raju yang sedang sibuk dengan pesanan pelanggannya itu terkejut dengan akuan Zenara

"tapi kenapa? bapak memperlakukanmu kurang baik? apa ada yang mengganggumu di toko?" tanya pak Raju menghentikan kegiatannya sejenak

"bukan, bapak adalah bos terbaik yang pernah ada, gitu juga sama semua Om di toko, mereka orang-orang yang baik.. tapi Ara mau pindah, alasannya karena Kakek nyuruh Ara buat nyari pengamalan baru, nanti lain kali Ara mampir kok ke toko dan ketempat bapak juga" ucap Zenara menjelaskan, sepanjang perjalanan Zenara memikirkan apa alasan yang pas untuk keluar dari toko, tapi karena idenya cuma mentok di 'mencari pengalaman baru' jadi Zenara menggunakan alasan itu saja, awalnya Raju tak setuju, tapi Zenara terus membujuk dingga akhirnya Raju pun tak sanggup menahan Zenara lagi

"maaf ya pak, kirim salam buat semua om di toko, Ara gak sempet ucapin perpisahan sama mereka" ucap Zenara sebelum memutuskan sambungan telfonnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!