"terimakasih sudah mengantar saya sampai rumah, anu.. apa pak Rey tidak mau mampir dulu? mungkin untuk sekedar ngopi?" tanya Zenara setelah turun dari mobil
"gak perlu, jangan panggil aku pak, Ara! usia kita gak sejauh itu untuk kamu panggil aku pak" sahut Rey masih tak Terima karena Zenara yang terus memanggilnya dengan sebutan Pak.
"eh, maaf tadi salah bicara" ucap Zenara menutup mulutnya merasa bersalah
"sudahlah, aku pergi dulu lain kali baru mampir" sahut Rey memutar mobilnya dan pergi
Zenara masuk ke kosnya, membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. teringat untuk mengabari kakek tentang dirinya yang mendapat lamaran tiba-tiba membuatnya merogoh ponselnya yang tersimpan di tas
"kek.. Ara.. Ara di ajakin nikah... " ucap Zenara setelah telepon nya di sambung
"aiishh.. kakek menyuruhmu 'mengambil hadiah' disana kenapa kamu malah tiba-tiba di ajakin nikah?" sahut Damian di balik telepon, rasanya terkejut juga mendengar Zenara yang di kenalnya sebagai anak yang tak pernah peduli akan kisah cinta tiba-tiba menelfon nya memberi kabar jika dia di lamar
"kakek tidak akan ikut campur dengan mengambil keputusan untukmu, ini urusan pribadi mu, bijaklah dalam mengambil keputusan. hanya saja jangan sampai hal itu menghalangimu dalam misi, jika sampai suatu hari mereka berdiri didepanmu menjadi penghalang Kakek harap kamu tidak mengecewakan kakek" ucap Damian dengan tegas
"Ara tidak akan lupa siapa dan apa tujuan Ara sebenarnya, lagipula Ara belum mengiyakan.. Ara masih ragu untuk menjawab iya tau tidak" sahut Zenara
"ah.. kek Ara lupa sesuatu, kakek salah! sepertinya informasi tentang kepulangan 'orang' itu sudah tersebar, orang-orang dari organisasi Spectra saat ini sudah mulai berkeliaran" lanjut Zenara yang sebelumnya berbaring kini terduduk tegap
"Spectra.. mereka memang tidak bisa kita remehkan" ucap Damian yang di sebrang mengotak atik komputer kecilnya
"kamu harus tetap mewaspadai mereka, apapun yang terjadi jangan biarkan mereka menyadari celah topengmu" lanjutnya
"sepertinya kamu memang harus mengiyakan lamaran itu, tak peduli siapa mereka masuklah kedalam keluarganya, akan lebih baik jika mereka orang-orang kecil, anggap saja sebagai tameng dengan begitu kecil kemungkinan bagi mereka untuk mewaspadai mu" ucapnya lagi yang kemudian menutup panggilan
"maksudnya aku boleh memanfaatkan keluarga pak Rey begitu? apa perlu aku menyelidiki lebih dalam tentang seluk beluk keluarga mereka? bagaimana jika nenek Nadine benar dan pak Rey berbohong? tapi aku berharap pak Rey benar, dengan begitu jika sesuatu tak terduga terjadi di masa depan aku tidak harus melibatkan mereka.." gumam Zenara.
di ruangan rahasianya, Damian terus menatap laptop kecilnya dengan serius
"Organisasi Spectra adalah satu dari dua Organisasi yang masuk dalam daftar tersangka. otak di balik pembunuhan mantan kepala jendral Ethan Marcellus mungkin bersembunyi di balik dua Organisasi besar itu! lalu mengkambing hitamkan saksi, kali ini Spectra sudah terlihat.. jika 'orang' itu adalah saksi maka saat ini dia sedang berada dalam bahaya besar, tapi jika sebaliknya dia adalah otak di balik pembunuhan itu maka... Spectra ada untuk melindunginya! sebelum semuanya jelas, ketua tidak perlu tau berita kepulangan 'orang' itu dulu jikapun sudah tau.. mungkin aku harus menghalanginya bergerak dulu" gumam Damian serius
'ahh.. malah kepikiran dengan Ara.. anak itu tiba-tiba sudah mau menikah ya? rasanya baru kemarin menyalin popok untuknya' batin Damian setengah tak Terima anak angkat serta muridnya itu memberi kabar tentang pernikahan secara tiba-tiba
.
keesokan harinya, Zenara yang baru selesai mandi tak menduga jika seseorang datang menjemputnya atas perintah Nenek Nadine. Zenara bahkan belum memutuskan untuk menerima atau menolak permintaan Nenek Nadine tentang pernikahan dengan Rey
sampai di Rumah besar kediaman Nadine, Zenara terkejut melihat Damian yang juga sedang duduk disana
"ayo duduk, Zenara" ucap Nadine menepuk sofa di sampingnya. Zenara duduk dengan patuh
"Ara, nenek sengaja mengundang pak Damian kenari, dia akan menjadi wali kamu disini" ucap Nadine lagi menjelaskan tentang keberadaan Damian disana, memang Zenara pernah memberi tau Nadine jika dirinya adalah anak dari panti asuhan Pelangi Harapan
Zenara menatap Damian dalam, sepertinya Damian sudah tau siapa Nadine jadi dengan sengaja memenuhi undangan dan datang kemari
"Ara.. kakek senang kamu mendapat calon suami yang baik seperti Rey" ucap Damian membuka bicara, Zenara faham maksud Damian. sepertinya Damian ingin memanfaatkan pernikahan ini untuk mendorongnya lebih dalam demi misi
'kakek.. Ara dan Pak Rey baru kemarin bertemu, Ara belum kenal Pak Rey dengan baik.. apa kakek gak punya alasan lain atau basa basi lain..?' batin Alana tersenyum
"sebenarnya, Rey yang beruntung karena dapet calon istri yang baik.. ah apa tanggal pernikahan nya perlu di tentukan dari sekarang?" sahut Nenek Nadine begitu semangat, hampir saja Zenara tersedak liurnya sendiri
'aku belum setuju loh..' batin Zenara menjerit
"lebih cepat lebih baik, Ara.. anak yang baik, mandiri dan pekerja keras selama 19 tahun ini.. dia menjadi anak yang patuh dan berhati tulus" ucap Damian, dengan wajah bangganya memiliki seorang anak angkat seperti Zenara
'kemarin kakek bilang gak mau ikut campur, sekarang Ara belum ngomong sepatah katapun kakek udah putuskan tentang pernikahan ini' batin Zenara lagi menggerutu
"setengah tahun ini, saya sudah mengenal Ara dengan baik.. itu sebabnya sejak awal saya sudah putuskan untuk menjodohkan Rey dengan Ara.. Rey sudah setuju" imbuh Nenek Nadin dengan senang
Zenara hanya mampu tersenyum canggung, Rey menyadari kecanggungan yang Zenara alami jadi memberi kode pada Neneknya
"aiisshh.. Ara setuju kan dengan pernikahan ini?" tanya Nadine berbinar penuh harap, mata Zenara melirik pada Damian yang memberi senyum penuh makna, Zenara seakan mendengar suara hati Damian yang memaksanya untuk setuju. menarik nafas panjang Zenara berusaha untuk tenang, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, sekali seumur hidup dan tentu harus dengan orang yang tepat, tidak boleh mengambil keputusan asal-asalan karena pernikahan itu adalah ritual seumur hidup
"Ara.. cinta itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, Rey anak yang baik.. dia sudah siap menjadi lelaki yang selalu memprioritaskan kamu, kakek yakin dia laki-laki yang bertanggung jawab" ucap Damian mendorong Zenara untuk melangkah
"Ara..." Zenara masih bimbang untuk menjawab, tapi tatapan Damian yang penuh siratan itu tak bisa di abaikannya begitu saja
huuff..
"ya.. Ara setuju buat nikah sama Pak Rey" ucap Zenara meremas telapak tangannya. mendengar jawaban Zenara Damian tersenyum puas, Nadine juga begitu sangat bahagia. Rey sempat tersenyum namun kemudian memasang wajah profesional nya
"jadi.. pernikahannya di lakukan minggu depan bagaimana?" celetuk Nadine penuh semangat
"secepat itu? Nek.. itu terlalu cepat" ucap Zenara terkejut
"apanya yang cepat, justru lebih baik kalau di percepat, Nenek udah pengen gendong cicit!" sahut Nadine
Lagi-lagi Zenara hampir tersedak dengan liurnya, Nadine terlalu jujur dan terbuka Zenara sampai tak tau harus bagaimana menolak penetapan pernikahan yang terlalu cepat waktunya itu
"kalau begitu lusa kita fitting gaun pengantin gimana?" celetuk Rey yang sama sekali tidak terkejut dengan penetapan waktu pernikahan mereka yang terbilang cepat itu
"kakek senang.. setidaknya Ara punya keluarga baru yang sangat baik" sahut Damian jujur,
semalam Damian mencari tau siapa yang melamar muridnya itu, mencari tau latar belakang keluarganya. yang Damian dapat adalah putra dari Nadine atau Ayah Rey adalah seorang asisten wakil direktur utama di perusahaan cabang kedua, tidak terlalu dekat tidak juga terlalu jauh Zenara bisa mengawasi 'orang' itu melalui keluarga ini, tak sampai disini demi memudahkan misi, Damian sempat bernegosiasi dengan Nadine agar Zenara di beri pekerjaan tetap di perusahaan cabang kedua itu. Rey setuju dengan membiarkan Zenara sebagai asistennya yang sebagai seorang manager disana, Damian senang karena dengan begitu Zenara tiga langkah lebih maju untuk melindungi 'orang' itu dari 'jauh'.
sorenya, Zenara kembali ke kosnya, disana Zenara mengabari Leo yang sudah di anggap nya sebagai kakaknya kandungnya itu
"kak Leo.. Ara mau ngasih kabar kalo minggu depan.." Zenara menahan kalimatnya, mengumpulkan keberanian untuk berbicara
"apa Ara? kamu mau keluar negeri untuk menangkap 'orang' itu secara langsung?" tanya Leo di kejauhan sana
"bukan, minggu depan Ara mau menikah.. Ara berharap Kak Leo punya sempat buat dateng" jawab Zenara sambil menutup mata meluapkan keberanian
"hah!!! Ara?? kamu mau.. nikah?? sama siapa? kamu gak ngelanturkan? punya pacar aja kamu enggak, ini malah mau nikah.. kamu tau gak sih nikah itu apa??" tanya Leo terkejut, Zenara yang di anggap nya adik kesayangan itu tiba-tiba memberi kabar tentang pernikahan? baru dua hari kemarin mereka bertemu di panti, dan sekarang tiba-tiba memberi kabar akan menikah minggu depan! apa Zenara sudah merencanakan pernikahan nya itu sudah lama?
"sejak kapan kamu rencanain pernikahan ini? kok kamu gak ngasih tau kakak? kamu kok gak diskusi dulu sama kakak? apa kak Leo gak berarti buat kamu Ara??" tanya Leo sedih, hatinya seakan terpotek tujuh kali
"kak.. Lana gak pernah rencanain pernikahan ini.." Zenara menceritakan awal mula dirinya bertemu dengan Nadine hingga keputusan menikah di putuskan oleh kakek Damian sendiri
".... "
Leo tidak mengatakan apapun lagi, dirinya masih terkejut karena harus mendengar kabar tak terduga secara tiba-tiba. lalu juga mencerna maksud Damian mendorong Zenara kedalam pernikahan itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ceyra Heelshire
bagus dong Kek, jodohnya udh sampe brarti
2025-09-03
0
v_v aja🩵🩷🩶
semangat ya
2025-07-19
0