Neo-Terra, siang hari.
Langit berwarna kebiruan, meski tertutup lapisan atmosfer buatan yang kerap memudar akibat polusi. Di pinggiran kota, ada sebuah taman kecil, satu-satunya tempat hijau yang masih tersisa di tengah reruntuhan dan tembok baja tinggi. Daun-daun artifisial dan pohon bio-sintetik memberi ilusi ketenangan di dunia yang penuh mesin dan sensor.
Dua gadis tengah berjalan santai di jalur taman itu. Maya, rambut cokelat keemasan dengan poni samping dan mata tajam penuh rasa ingin tahu. Di sampingnya, Lily, rambut hitam sebahu, lebih pendiam namun wajahnya tak kalah memesona, penuh kelembutan dan ketegasan.
“Lucu juga ya, taman ini masih bertahan,” kata Maya sambil memotret bunga neon yang bersinar samar.
“Papaku bilang taman ini dulu dibangun sebagai proyek penghijauan. Tapi kayaknya cuma hiasan biar kota keliatan 'alami',” balas Lily, matanya menelusuri sekitar.
Sementara itu, di sisi lain taman, Ruby dan Zack sedang berjalan sambil menenteng kantong makanan dalam bungkusan plastik daur ulang. Mereka baru saja pulang dari pasar bawah tanah distrik GEAR. Ruby masih mengenakan hoodie lusuhnya, sedangkan Zack memakai kacamata AR dan jaket dengan logo hacker kecil di pundak.
“Gue dapet udang sintetik murah. Katanya sih dari peternakan organik, tapi ya... kita nggak nanya lah ya,” kata Zack santai.
“Yang penting bisa dimakan dan nggak meledak di mulut,” balas Ruby.
Saat keduanya berbelok di jalan kecil dekat air mancur holografik, mereka nyaris bertabrakan dengan Maya dan Lily yang baru saja lewat dari arah berlawanan.
“Aduh! Maaf!” ujar Lily, mundur satu langkah.
Ruby cepat-cepat menahan kantong belanjaannya agar tak jatuh, “Gak apa-apa, salah gue juga. Nggak lihat jalan.”
Maya menatap mereka, sedikit bingung. “Kalian bukan dari distrik tengah, ya?”
Zack nyengir, “Tebakan bagus. Kami dari GEAR. Tapi tenang aja, kami bukan perampok atau robot pengintai.”
Lily tersenyum kecil, “Kami juga bukan polisi moral.”
“Nama gue Ruby,” kata Ruby sambil mengulurkan tangan.
“Zack,” tambah sahabatnya.
“Maya,” jawab gadis berambut cokelat itu.
“Lily,” sambung yang satunya.
Beberapa detik sunyi, sebelum akhirnya mereka semua tertawa kecil karena kikuk.
“Kalian sering ke sini?” tanya Zack.
“Kami cuma penasaran sama taman ini. Katanya dulu tempat ini jadi tempat sembunyi para seniman jalanan,” jawab Maya sambil duduk di bangku holografik.
Ruby duduk di sisi lain. Ia memperhatikan Maya dan Lily—pakaiannya rapi, gaya khas distrik tengah. Wajah mereka bersih, tak seperti para penghuni GEAR yang hidup dalam debu dan kabel-kabel terbuka.
“Gak banyak orang dari tengah yang mau ke sini,” kata Ruby pelan.
“Kami... juga gak suka hidup serba steril. Kadang tempat kayak gini justru lebih hidup,” kata Lily.
Zack mengangguk setuju. “Kalo mau lihat dunia sebenarnya, datanglah ke tempat yang berisik, bau oli, dan penuh mesin rusak. Di sanalah cerita dimulai.”
Percakapan mereka pun semakin cair. Maya ternyata seorang calon teknisi robot di kampus teknologi Neo-Terra. Lily bekerja paruh waktu sebagai analis data untuk perusahaan distribusi pangan. Mereka berdua punya keingintahuan tinggi tentang dunia luar tembok.
Ruby merasa aneh. Jarang sekali ia bicara dengan orang dari dunia "atas". Tapi untuk pertama kalinya, ia merasa tak ada jarak. Mereka hanya empat remaja di tengah dunia besar yang kacau.
Namun, di balik percakapan hangat itu, chipset AI di dalam armor Ruby yang tersembunyi di tas khusus, perlahan mulai menyala diam-diam. Sensor dalam chip mendeteksi proximity interaction—aktivitas sosial pertama sejak instalasi upgrade.
Tak disadari siapa pun, chip tersebut mulai mempelajari pola interaksi manusia, emosi, dan koneksi antarpersonal.
Log: Interaksi Sosial Level 1 – “Friendship” terdeteksi.
Ruby menoleh ke Zack, dan ia tahu: meskipun mereka masih dalam pelarian dari dunia mesin dan ketidakadilan, mungkin... hubungan seperti ini akan menjadi kekuatan yang mereka butuhkan.
“Eh,” kata Maya sambil berdiri, “gimana kalau kita ketemu lagi di sini minggu depan? Kita bawa bekal masing-masing. Piknik ala Neo-Terra.”
Ruby tersenyum, sedikit canggung tapi tulus. “Kenapa nggak?”
Zack mengangkat alis. “Bisa sekalian jadi misi sosial... memperkenalkan dunia bawah ke anak-anak dunia atas.”
Mereka semua tertawa lagi.
Namun, di kejauhan... sepasang mata buatan mengawasi dari menara sinyal tua. Sebuah drone pengintai Arkheon merekam dari balik semak, diam-diam mengirimkan data.
Anomali Sosial Terdeteksi – Subjek “Ironboy” Kemungkinan Berinteraksi dengan Elemen Distrik Tengah. Investigasi Disarankan.
Matahari Neo-Terra mulai condong ke barat. Langit berubah warna menjadi jingga tua, dipenuhi siluet menara dan drone pengawas yang sesekali melintas perlahan. Di taman pinggiran itu, angin sejuk buatan meniup rambut keempat remaja yang baru saja menjalin pertemanan singkat—namun penuh makna.
Lily menyentuh bingkai kacamatanya. Kacamata berbingkai hitam ramping itu bukan kacamata biasa—melainkan neural glasses, teknologi semi-holografik yang terhubung langsung ke jaringan informasi pribadi dan protokol analisis data. Layarnya menyala redup dengan tampilan antarmuka yang hanya bisa ia lihat.
“Sudah hampir jam tujuh,” katanya pelan, menoleh ke Maya.
Maya mengangguk. “Iya, kita harus pulang. Ayahku pasti udah nanyain.”
Zack mengangguk cepat. “Sampai ketemu minggu depan, ya.”
Ruby menyisipkan tangannya ke saku jaket. “Hati-hati di jalan. Dunia sekarang nggak terlalu ramah buat orang baik.”
Lily tersenyum tipis, lalu menekan sesuatu di jam tangannya. Tak lama kemudian, suara halus mesin terdengar dari langit.
Sebuah robo-car model Sari-8X, mobil terbang generasi ke-4, menukik perlahan dan mendarat di dekat jalan utama taman. Badannya ramping, berwarna perak mengilap dengan lampu LED biru di sisi kanan dan kiri. Di pintunya tertera jelas:
"Manufactured by ARKHEON Dynamics."
Ruby dan Zack secara refleks saling melirik saat melihat logo itu.
“Arkheon, ya?” gumam Ruby lirih.
Zack mendesis pelan, “Mereka ada di mana-mana.”
Maya membuka pintu depan mobil, sementara Lily masih memandangi Ruby dan Zack sebentar.
“Terima kasih... buat obrolan hari ini,” kata Lily, suaranya datar tapi jujur.
Sebelum masuk ke dalam mobil, ia menatap Ruby sejenak—lebih lama daripada yang seharusnya. Lalu mengangguk kecil.
Robo-car itu melesat ke udara secara vertikal dengan suara dengung halus, lalu menghilang di antara gedung-gedung kota.
Ruby masih terpaku.
“Lo liat itu, kan?” tanya Zack pelan.
Ruby mengangguk. “Mereka naik mobil bikinan Arkheon. Perusahaan yang juga bikin drone pemburu, sistem kontrol distrik, sampai senjata tempur buat ngancurin ‘ancaman’ kayak kita.”
Zack membuka tablet dan dengan cepat menarik data publik tentang Sari-8X. “Mobil ini… punya AI tertutup buatan Arkheon. Setiap unitnya bisa jadi alat pengintai berjalan. Semua percakapan dalam mobil direkam, bahkan rute perjalanan disinkronkan langsung dengan sistem pusat mereka.”
Ruby mengepalkan tangan. “Lo pikir mereka—Maya dan Lily—tahu soal itu?”
“Kalau Lily beneran pakai neural-glasses, gue rasa dia tahu banyak. Bisa jadi dia bukan sekadar ‘anak kota’. Apalagi waktu tadi dia lirik lo kayak baca gerakan mikro ekspresi. Dia bisa jadi punya pelatihan.”
Ruby menghela napas panjang. “Tapi dia gak kayak musuh…”
Zack menyimpan tablet. “Belum tentu musuh... tapi juga belum tentu teman. Di dunia kayak gini, semua orang pakai topeng, Ruby.”
Mereka berdua kembali berjalan menuju lorong sempit distrik GEAR,
Namun dalam benak Ruby, satu hal tak bisa ia abaikan.
Kacamata itu. Tatapan itu. Mobil buatan Arkheon.
Semuanya bukan kebetulan.
Dan jauh di pusat kota Neo-Terra, di dalam ruang kendali milik Arkheon Corp, sebuah rekaman visual dari robo-car Sari-8X ditampilkan di layar utama. Seorang pria bersetelan gelap berdiri di depan monitor.
“Subjek ‘Lily’. Interaksi sosial dengan dua remaja dari GEAR. Salah satunya... menunjukkan sinyal elektromagnetik anomali.”
Ia menatap layar penuh minat.
> Perintah: Lanjutkan observasi. Identitas ‘Ruby’ dan ‘Zack’ diselidiki. Prioritas: Menengah. Status: Tidak terdeteksi oleh sistem drone.
Mata pria itu menyipit. “Sepertinya Iron-X belum sepenuhnya lenyap…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments