Matahari belum sepenuhnya muncul di atas cakrawala Neo-Terra ketika Ruby membuka pintu rumah nya. Kabut tipis masih menggantung di udara, bercampur aroma terbakar dari pabrik peleburan logam yang tak pernah tidur. Suara denting mesin dan desisan uap terdengar samar di kejauhan.
Ia memasukkan beberapa barang ke dalam ransel lusuh—komponen-komponen langka yang bisa ditukar di Black Alley Market. Di tangannya, ia membawa panel surya mini, chip pengolah grafis generasi lama, dan satu tabung energi kecil yang masih menyimpan sisa daya.
Saat hendak melangkah keluar, suara sepeda motor tua terdengar mendekat dari ujung gang.
Brak!
Motor itu berhenti mendadak, menimbulkan semburan debu.
"Hei Ruby, kau mau ke mana?" seru seorang remaja berambut acak dan berkacamata pelindung—Zack, sahabat Ruby sejak kecil.
Zack turun dari motornya sambil membawa sebuah kotak logam kecil. Ia tinggal beberapa blok dari Ruby, masih di distrik GEAR, distrik pemulung dan teknisi amatir, tempat anak-anak seperti mereka bertahan hidup dengan membongkar dan menyambung kembali masa depan.
Ruby tersenyum tipis. “Mau ke pasar. Ada barang yang harus kubeli.”
Zack menaikkan alis. “Pasar gelap pagi-pagi gini? Pencuri data belum bangun tidur, loh.”
“Yah, aku nggak beli data. Aku butuh… komponen,” jawab Ruby sambil cepat menutup pintu rumah nya.
Zack mendekat, lalu mengacungkan kotak logam yang dibawanya. “Ngomong-ngomong soal komponen, aku nemu ini kemarin. Beli dari seorang botak aneh di lorong 9. Katanya ini chip AI untuk gaming, tapi waktu kupasang ke komputermu yang dulu kau bantu rakit itu— ternyata nggak cocok sama sekali. Komputerku malah nge-freeze total. Mungkin kamu bisa pakai.”
Ruby menerima kotak itu, membuka tutupnya pelan. Matanya langsung membelalak.
“Zack… ini bukan chip gaming biasa. Ini… chipset AI Intel Orion-X Series. Ini bukan barang pasar gelap level bawah. Ini kelas militer.”
Zack melongo. “Serius?”
Ruby mengangguk pelan. “Chip ini dipakai buat pemrosesan taktis, drone tempur, bahkan otak sintetis di robot-robot elit. Kalau ada ini… aku bisa aktifkan sebagian besar subsistem armor itu.”
Zack mengerutkan dahi. “Armor apa?”
Ruby ragu sejenak, lalu menatap sekeliling. Jalanan sepi. Ia memberi isyarat cepat.
“Masuk dulu.”
...----------------...
Di dalam ruang bawah tanah, Zack melangkah dengan hati-hati di belakang Ruby. Ia sering ke sana, tapi pagi ini ada sesuatu yang berbeda. Suasana ruang itu terasa lebih… hidup. Dan ketika matanya menangkap siluet besar di pojok ruangan, ia berhenti seketika.
“Holy crap…”
Di sana, berdiri armor tempur dengan lampu mata merah menyala redup. Permukaannya penuh goresan, tapi tetap tampak tangguh. Sisa-sisa lumpur dan debu masih menempel di beberapa sendinya. Kabel-kabel tersambung dari punggung armor ke berbagai alat bantu di sekitar ruangan.
“Ruby… apa-apaan ini?” bisik Zack, nyaris tak percaya.
“Inilah kenapa aku butuh ke pasar gelap,” jawab Ruby sambil menepuk badan armor itu. “Kupanggil dia IRON-X. Model tempur generasi keempat. Aku nemu dia kemarin di tumpukan. Ini Masih hidup.”
Zack mendekat perlahan, memandangi armor itu dari atas ke bawah. “Kau bilang hidup?”
Seolah menjawab, armor itu bergerak sedikit, mengeluarkan desisan halus dan bunyi servo yang memutar sendi lehernya. Lampu matanya menyala lebih terang.
“Unit IRON-X mendeteksi kehadiran baru. Mode aman aktif. Tidak ada ancaman teridentifikasi.”
Zack melompat mundur. “Dia ngomong! Dia beneran hidup!”
Ruby tertawa kecil. “Tenang, dia udah sinkron sementara denganku. Tapi masih butuh banyak perbaikan. Chipset yang kamu bawa itu… bisa bantu aktifkan sistem AI taktis-nya.”
Zack duduk di kursi terdekat, masih tercengang. “Ruby… kau sadar nggak apa yang kau punya ini? Ini bukan cuma teknologi… ini bisa jadi alasan seseorang memburumu. Polisi. Militer. Geng cyber. Bahkan perusahaan besar kayak Arkheon bisa datang mencarimu kalau tahu armor ini masih aktif.”
Ruby menatap armor itu. “Aku tahu. Tapi ini kesempatanku, Zack. Aku bisa jadi lebih dari sekadar pemulung. Aku bisa…”
Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Aku bisa punya kekuatan untuk ubah hidupku.”
Zack memandangi temannya dengan campuran kekhawatiran dan kekaguman.
“Kalau begitu,” katanya sambil bangkit, “kau nggak bisa ke pasar sendirian. Aku ikut. Siapa tahu ada yang kenal chip ini, dan mulai curiga. Lagipula, kita belum pernah ke pasar gelap bareng sejak insiden 'drone meledak' dua tahun lalu.”
Ruby tersenyum. “Iya, yang bikin separuh alismu kebakar.”
Zack tertawa, lalu menepuk bahu Ruby. “Ayo, sobat. Dunia cyber tunggu kita.”
...----------------...
Di luar, kabut mulai menipis, dan jalanan Neo-Terra perlahan kembali bising. Tapi di dalam gubuk itu, dua remaja sedang bersiap memulai perjalanan yang akan mengubah nasib mereka selamanya—dengan armor tempur, chipset AI, dan tekad yang tak bisa dibeli dengan kredit digital.
Suasana pasar gelap Black Alley Market tak pernah berubah: sempit, penuh asap, dan selalu ada musik elektronik berdengung samar dari speaker tua yang menempel di dinding. Neon berkedip tak teratur, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di sepanjang lorong sempit. Di sinilah barang-barang ilegal, suku cadang langka, dan teknologi usang di jajakan.
Ruby dan Zack berjalan cepat menyusuri lorong 11B. Mereka sudah mendapatkan apa yang dibutuhkan: dua baterai daya militer kelas dua, beberapa kabel bio-konduktif, dan—yang paling penting—modul pendingin untuk chipset AI yang Zack bawa tadi pagi.
Mereka juga sempat membeli beberapa makanan: nasi instan dalam kotak logam, roti sintetis isi daging sintetik, dan minuman kaleng yang katanya bisa "menambah fokus 300%". Zack memborong dua kaleng.
“Gue yakin minuman ini bikin otak melek kayak AI. Rasanya kayak aki, tapi manjur,” ujar Zack sambil menenggak kaleng pertamanya.
“Yang penting jangan bikin lo nge-fuse,” balas Ruby sambil tertawa kecil.
Setelah menyelesaikan urusan di pasar, mereka berdua menaiki motor listrik modifikasi milik Zack. Bentuknya mirip motor klasik, tapi bagian bawahnya punya suspensi magnetik dan roda belakang bisa melipat menjadi mode "hover-jump" untuk melompati celah jalan. Knalpotnya mengeluarkan suara berdesis rendah, mirip suara uap, dan ada lampu LED biru di sisi sampingnya.
Perjalanan pulang melalui gang-gang distrik GEAR terasa seperti petualangan cyber kecil. Lantai jalan dari logam tua bergema tiap kali roda menghantam sambungan las yang longgar. Udara sore terasa sedikit lebih hangat dari biasanya, mungkin karena reaktor uap di sektor 9 yang bocor sejak dua minggu lalu.
...----------------...
Sesampainya di rumah Ruby, mereka langsung masuk ke ruang bawah tanah. IRON-X masih berdiri di tempat yang sama, diam dan menunggu.
“Waktunya operasi,” gumam Ruby.
Zack meletakkan tas perlengkapannya di meja kerja dan mulai mengeluarkan peralatan. Tangan-tangannya yang cekatan langsung menghubungkan kabel, membuka panel armor, dan memeriksa konektor chip lama.
“Chip yang lama udah gosong, nih,” kata Zack sambil menyorot senter kecil ke bagian otak elektronik IRON-X. “Mungkin kena EMP waktu pertempuran terakhirnya. Tapi secara struktur, slotnya masih bagus.”
Ruby menyerahkan chip AI Intel Orion-X yang mereka bawa sejak pagi. Zack memasangnya dengan hati-hati, lalu menghubungkannya ke modul pendingin baru yang disambungkan ke baterai militer yang baru mereka beli.
“Siap?” tanya Zack.
Ruby mengangguk. “Lakukan.”
Zack menekan tombol aktivasi.
Sekejap, sistem IRON-X hidup kembali. Lampu matanya menyala lebih terang. Seluruh tubuhnya bergetar halus, dan layar di dada armor menampilkan tulisan kuno:
> BOOTING SYSTEM
INTEL ORION-X ACTIVE
PROSESOR TACTICAL MODE: 87% ONLINE
MODUL MEMORI: TERESTORASI SEBAGIAN
IDENTIFIKASI PENGGUNA: TAMU / SINKRON MANUAL
Lalu terdengar suara yang lebih halus, lebih canggih, dan jauh lebih ‘hidup’.
> “Sistem AI Orion aktif. Memasuki mode pemulihan. Menghitung ulang prioritas misi… Tujuan baru diperlukan.”
Zack melongo. “Whoa… dia beneran AI mandiri. Bukan cuma interface tempur biasa.”
Ruby menatap armor itu dengan campuran rasa kagum dan tekad. “IRON-X… prioritas baru: bantu aku bertahan hidup, dan jangan biarkan siapa pun mencurimu.”
> “Prioritas diterima. Sinkronisasi semi-penuh diizinkan. Sistem siap digunakan.”
Zack menyalakan panel tambahan yang ia bawa—sebuah layar lipat yang terhubung langsung ke sistem armor.
“Aku bisa bantu bikin antarmuka kontrol buat kamu,” ujar Zack. “Nggak usah bergantung ke suara terus. Kita bisa pakai sensor saraf juga, biar kamu bisa gerakin dia kayak tubuh sendiri.”
Ruby mengangguk. “Kedengarannya gila. Tapi aku suka hal gila.”
Malam itu, ruang bawah tanah mereka dipenuhi percikan api las, cahaya dari monitor, dan suara desisan servo. Mereka memperbaiki sambungan, mengganti pelapis isolasi, dan mengatur ulang firmware armor. Makanan mereka sudah dingin, tapi semangat mereka tak pernah sehangat ini.
Dan ketika malam semakin larut, IRON-X akhirnya berdiri tegak penuh.
Bukan lagi tumpukan besi rusak—tapi mesin perang hidup yang menunggu perintah.
Dengan Ruby sebagai pilotnya.
Dan Zack sebagai otaknya di belakang layar.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Tentakel Batang Hitam
dan Iron X sebagai mesin uangnya. maka mereka bertiga akan memulai petualangan ini. untuk menjadi kaya./CoolGuy/
2025-08-07
1
Tentakel Batang Hitam
banyak juga uang tabunganya :v
2025-08-07
1
Tentakel Batang Hitam
Zack meremehkan plot armor dari tokoh utama /Shame/
2025-08-07
1