Teman sebangku

Saat Hopipah tiba di lapangan sekolah, upacara hari Senin sudah dimulai. Ia bergabung dengan siswa-siswa lain dan mengikuti prosesi upacara dengan khidmat. Setelah upacara selesai, kepala sekolah memberikan sambutan dan pengenalan tentang sekolah serta kegiatan MPLS. Hopipah mendengarkan dengan saksama, berharap dapat memahami lebih baik tentang sekolah barunya.

*

*

Tak lama upacara MPLS pun selesai. Para siswa baru kemudian diarahkan ke ruang kelas masing-masing untuk mengikuti kegiatan MPLS yang lebih spesifik. Hopipah bergabung dengan siswa-siswa lain di kelasnya dan mengikuti instruksi dari guru pembimbing.

"Selamat pagi, siswa-siswa baru. Saya Bu Wati, guru pembimbing kalian di kelas ini," ucap guru pembimbing dengan senyum ramah.

"Selamat pagi, Bu Wati," jawab para siswa serempak.

Guru pembimbing memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang kegiatan MPLS yang akan dilakukan. Hopipah mendengarkan dengan saksama, berharap dapat memahami lebih baik tentang kegiatan yang akan dilakukan.

"Baiklah, sekarang saatnya kalian berkenalan satu sama lain dan berbagi informasi tentang diri kalian," ucap Bu Wati.

Hopipah merasa sedikit gugup, tetapi ia berusaha untuk berpartisipasi aktif dan berkenalan dengan siswa-siswa lain.

"Hai, aku Hopipah. Senang berkenalan dengan kalian semua," ucap Hopipah dengan senyum.

Saat berkenalan, Hopipah tidak sengaja melihat lima pria yang telah ia tabrak sebelumnya sedang berjalan menuju kelas lain. Mereka sepertinya tidak memperhatikan Hopipah, tetapi Hopipah merasa sedikit takut dan berusaha untuk tidak menatap mereka terlalu lama.

Setelah kegiatan berkenalan selesai, guru pembimbing meminta para siswa untuk mengerjakan beberapa tugas yang terkait dengan MPLS. Hopipah berusaha untuk fokus dan mengerjakan tugas-tugas tersebut dengan baik.

"Kerjakan tugas-tugas ini dengan baik, ya. Jangan ragu untuk bertanya jika kalian memiliki pertanyaan," ucap Bu Wati.

Setelah semua kegiatan selesai, MPLS hari itu pun berakhir. Hopipah merasa sedikit lebih nyaman dan mulai menikmati suasana sekolah barunya.

"Baiklah, anak-anak. MPLS hari ini sudah selesai, tetapi kita masih memiliki pelajaran lain yang harus diikuti. Mari kita menuju ke kelas berikutnya," ucap Bu Wati.

"Terima kasih, Bu Wati," jawab para siswa serempak.

Hopipah kemudian menuju ke kelas berikutnya, siap untuk belajar dan mengejar ilmu pengetahuan.

Sudah mengetahui letak kelasnya, tidak membuat Hopipah kesulitan menemukan kelasnya.

Saat berada di kelas. Sudah ada beberapa siswa yang duduk di kursi yang mereka pilih. Hopipah menatap setiap penjuru kelas, hingga pandanganya bertemu dengan Raka yang menatapnya penuh kebencian.

"Aku sekelas Raka ternyata." Batinnya menatap

kakak seayah, kemudian melangkah menuju kursi kosong.

"Apa di sini sudah ada orangnya?" tanya Hopipah.

"Iya, temen gue. Dia belum datang. Lo cari tempat lain ya," ucap seorang siswa tersenyum ramah.

Hopipah membalas senyumnya, kemudian berjalan semakin belakang. Menyakan kursi yang belum berpemilik.

"Hey, disini aja. Gue belom ada temen!" panggil seorang siswi yang duduk di barisan ke tiga.

Hopipah tersenyum lega. Akhirnya menemukan teman duduk. Ia kemudian melangkahkan kakinya, mendekat.

"Makasih yah," ucap Hopipah tersenyum ramah, mendudukkan tubuhnya di kursi.

Teman sebangkunya itu mengulurkan tangannya. "Em, kenalin gue, Linzy. Nama lo siapa?"

"Aku Hopipah, panggil saja Opi," jawab Hopipah yang membalas uluran tangan Linzy.

"Opi, oky. Nama yang unik," puji Linzy.

"Terima kasih." Hopipah tersenyum mulai mengeluarkan buku-buku tulisnya.

"Oh ya, Lo cantik. Tapi, sepertinya seragam elo biasa saja. Lo dari keluarga biasa aja atau keluarga kaya?"

Hopipah hanya diam, dan hanya mengulas senyum tipis.

"Jawab saja. Tidak apa, gue nggak membedakan status sosial dalam berteman kok," ucap Linzy yang terlihat begitu santai."

"Aku hanya orang biasa, tidak memiliki orang tua tapi aku berkerja sebagai asisten rumah tangga." Jawab Hopipah hanya bisa berbohong, karena jujur pun akan mempersulit dirinya yang tidak di terima dalam keluarganya.

Linzy mengangguk-angguk kepalanya, "SPP disini cukup mahal, Lo sekolah di sini beasiswa atau apa? kalow aku sih, nggak kaya nggak miskin juga. Papaku seorang karyawan di perusahaan produksi punya pak Freddy Bramasta sastro, apakah kamu kenal? dan satu anaknya itu sekelas sama kita loh." Bisik Linzy kemudian menunjuk pada Raka yang beberapa siswa mengerumuninya berharap di jadikan teman.

"Oh," balas Hopipah menganggukan kepala.

"Aku juga anak Papa Freddy. Sayangnya yang dianggap di kelas ini hanya Raka," batin Hopipah tersenyum miris.

"Oh, aku tidak kenal," jawab Hopipah dengan nada yang santai.

Linzy tersenyum, "Oh ya, Raka itu anak pak Freddy Bramasta sastro, dia cukup terkenal di sekolah ini."

Hopipah hanya mengangguk, tidak ingin membahas lebih lanjut tentang Raka.

"Baiklah, aku rasa kita sudah cukup berkenalan," ucap Linzy sambil tersenyum.

Hopipah membalas senyumnya, "Ya, aku senang berkenalan denganmu, Linzy."

Kedua siswa itu kemudian mulai fokus pada pelajaran yang akan dimulai. Hopipah merasa sedikit lebih nyaman dengan adanya Linzy sebagai teman sebangkunya.

Hopipah merasa sedikit lebih nyaman dengan adanya Linzy sebagai teman sebangkunya. Mereka berdua mulai fokus pada pelajaran yang akan dimulai, sementara Hopipah berusaha untuk tidak memikirkan tentang Raka dan hubungan keluarga mereka yang rumit.

Guru memasuki kelas dan memulai pelajaran. Hopipah memperhatikan dengan saksama, berusaha untuk memahami materi yang disampaikan. Linzy juga memperhatikan dengan baik, sesekali bertanya pada Hopipah tentang hal yang tidak dimengerti.

*

*

Beberapa menit berlalu. Jam istirahat telah tiba, satu persatu siswa keluar keluar.

"Kantin, yuk." Ajak Linzy.

"Em, ayo."

Mereka pun keluar kelas dan menuju kantin.

Hopipah dan Linzy berjalan menuju kantin, beberapa menit mereka tiba. Dan menuju antrian bersama Hopipah hanya membeli dua bungkus roti coklat karena dia tidak punya banyak uang.

"Gue rasa lo harus makan yang lebih enak, Opi. Gue traktir yuk," kata Linzy.

"Tidak usah, Linzy. Gue sudah cukup dengan ini," jawab Hopipah dengan sopan.

Saat Linzy membeli mie ayam, Hopipah menunggu dengan membeli minuman teh tawar, sementara Linzy membeli jus.

"Gue beli jus, lo mau apa, Opi?" tanya Linzy.

"Gue cukup dengan teh tawar saja, Linzy," jawab Hopipah.

Setelah pesanan Linzy siap, mereka berdua mencari tempat duduk dan menemukan tempat kosong di ujung kantin.

Namun, mereka tidak menyadari bahwa Aurora, adik perempuan yang memiliki dendam terhadap Hopipah, memperhatikan mereka dari jauh. Aurora tersenyum sinis dalam hati, "Ini kesempatan yang sempurna membuat derita untukmu, Opi busuk."

Saat Hopipah dan Linzy berjalan menuju tempat duduk, mereka harus melewati lima pria kakak kelas yang terkenal di sekolah, yaitu Jefarel, Keleo, Hendryk, Kenji, dan Ryker. Linzy melewati mereka lebih dulu, sementara Hopipah mengikuti di belakangnya.

Tatapan Aurora dan Hopipah bertemu sesaat, tapi Hopipah tidak memperdulikannya dan terus berjalan. Saat Hopipah membawa minuman dan dua bungkus roti melewati Aurora, Aurora beraksi dengan mendorong tubuh Hopipah dari belakang.

Hopipah kaget dan kehilangan keseimbangan. "Aduh!" teriak Hopipah saat jatuh ke lantai.

Minuman teh tawar yang dibawa Hopipah tumpah dan mengenai baju belakang Keleo juga, sementara tubuh Hopipah mengenai punggung Hendryk lalu ke lantai dengan keras.

Hopipah tergeletak di lantai, merasa kesakitan dan sedikit syok. "Ugh... sakit sekali," kata Hopipah dengan suara kesakitan.

Setelah beberapa saat, Hopipah berusaha bangun dengan perlahan-lahan, sambil memegang bagian tubuh yang sakit.

Sementara itu, Aurora terlihat puas dengan aksinya dan langsung pergi meninggalkan tempat itu. Dalam hati, Aurora berpikir, "Ha! Akhirnya kamu jatuh juga, anak haram."

Keleo dan Hendryk berbalik badan dengan wajah kesal dan marah, diikuti oleh Jefarel, Kenji, dan Ryker yang hanya diam dan memperhatikan dengan wajah dingin.

"Apa yang kamu lakukan?! Kamu tidak bisa melihat jalan?!" Keleo marah.

"Maaf, aku tidak sengaja," jawab Hopipah dengan gemetar.

Linzy hanya kaget dan tidak bisa membantu Hopipah, dalam hati dia berpikir, "Gue tidak bisa membantumu Opi, gue takut berurusan dengan mereka. Semoga Opi bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."

Hopipah kaget ketika melihat lima pria tersebut, yang ternyata sama dengan mereka yang dia tabrak tadi pagi. Linzy melihat Hopipah merasa kaget dan takut, karena semua siswa di sekolah tahu bahwa berurusan dengan lima pria tersebut bisa berakibat fatal.

*

*

Jangan lupa kasih like di setiap bab, komen dan Vote serta hadiah juga ya.

Terima kasih Sayangku 😘.

Terpopuler

Comments

Nurhani ❤️

Nurhani ❤️

satu mawar untukmu tour /Kiss//Kiss/ kalau berkenan mampir juga yah /Joyful/semangat /Applaud//Applaud/

2025-05-13

1

Bulanbintang

Bulanbintang

Aku tahu hatimu, Opi. 😔

2025-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!