"Eh udah mau berangkat yah," ucap si mbok.
"Iya mbok, Opi mau pamit sama mama dulu," ucap Hopipah berlalu.
si mbok, hanya bisa menghela nafas. Meski hasilnya sama, Hopipah akan di tolak dan tidak di pedulikan. Gadis itu tetap saja menghormati orang tuanya, sebelum pergi akan selalu berpamitan.
"Selamat pagi, Mama, Papa, Kakak Ringgo, Aurora." Sapa Hopipah dengan senyum lebarnya. Menyapa satu persatu keluarganya yang tengah menikmati sarapannya.
"Apa sih ganggu aja," sinis Ringgo. Pria dengan almamater kampusnya.
"Maaf kak. Aku hanya ingin menyapa. Aku ingin pamit pergi sekolah dulu." Ucap Hopipah melangkahkan kakinya mendekati.
"Jangan mendekat, bau tau! jangan buat mood gue gak enak ya!" hardik Aurora.
Jika sang ratu sudah bicara sudah pasti, kedua orang tua mereka akan memarahinya.
"Sana pergi! jangan mengganggu keluarga kami!" usir Fauzi membuat Hopipah menghentikan langkahnya.
Hopipah diam tatapannya teduh pada suami ibunya.
"Sana kamu pergi! apa kamu tuli!" timpal Rosti.
Hopipah ternyesum "Ya sudah, aku pergi dulu." Hopipah pamit. Ia berbalik Kembali ke halaman belakang.
Gadis itu, meraih sepedanya, yang sudah tiga tahun mengantarnya pulang pergi sekolah. Sepeda bekas yang ia beli dari hasil tabungannya sendiri.
Perlahan ia mengayuh sepedanya keluar halaman. Semabari bersenandung kecil, Hopipah terus mengayuh sepedanya di jalur khusus bersama pengendara lain.
Saat sudah jauh dari rumah besar itu, Hopipah berhenti dulu di salah satu warung kecil yang dekat dengan sekolah usia dini TK. Biasa Hopipah akan menitipkan dagangan donatnya sebelum kesekolah dari SMP hingga kini, di warung Bu Midah. Pemilik warung ini menyimpan sambil mengambil uang kemarin. ia harus sembunyi-sembunyi takut ada yang lihat.
"Ini bu donatnya seperti biasa 30 biji," ucapnya sambil memberikan wadah berisi donat.
"Oh iya neng," ujar Bu Midah yang meraih wadah donat itu. Dan ia pun mengambil uang hasil dagangan yang laku kemarin.
"Ini neng uangnya, alhamdulillah laku 25 biji yang gak laku sisa 5," ucap ibu warung tersebut sambil memberikan uang tersebut.
"Oh iya Bu, makasih. Kalau gitu saya berangkat sekolah dulu ya bu, sekali lagi terima kasih ya bu," ucap Hopipah menerima uang, dan kembali sambil meraih segera sepedanya dan menunggangi kembali.
"Sama-sama neng." Jawab bu midah yang masih terdengar oleh Hopipah, ia pun memberi senyum di saat ia siap melaju lanjut perjalanan.
Hanya dengan cara ini dirinya bisa menyambung hidup, dengan berjualan donat yang tak seberapa dari kelas 7 SMP hingga sekarang. tapi setidaknya itu cukup untuk bagi dirinya.
Saat di perjalanan menuju sekolah barunya ia cukup menikmati perjalanan bersepedanya menyusuri setiap sisi jalan dan kota.
"Setidaknya aku bisa membeli sedikit kebutuhanku, menyambung hidup sendiri. Tanpa harus meminta Papa terus-terusan." Ucap batinnya.
Saat Hopipah mengayuh sepedanya, di belakangnya terdapat sebuah mobil yang melihat keberadaan Hopipah.
"Eh, si anak haram tuh!" ucap Arlan.
"Sini, mana air biar gue siaram!" ucap Raka
Saga yang tengah mengemudi mobil, mengambil air yang berada di depannya dan memberikannya pada Raka.
Saga memelankan laju mobilnya tepat saat berada di samping Hopipah.
Hopipah merasa di ikuti, menoleh. Saat melihat ayunan air yang keluar Hopipah langsung mengalihkan wajahnya menghindar, tapi tetap saja tubuhnya basah karena siraman air itu.
"Wooow anak haram!" seru dalam mobil tersebut.
Hopipah menghentikan mengayuh sepedanya.
Ia hanya bisa menghela nafas melihat lambaian tangan saudaranya yang tengah menghinanya.
"Aduh, mana basah lagi. Masa hari pertama sekolah, begini sih." Ucap Hopipah menepuk-nepuk seragamnya yang basah, juga mengibaskan rambutnya.
Tidak ada raut marah sedikit pun di wajahnya. Ia sudah terbiasa mendapatkan perlakuan tidak enak dari saudara-saudaranya sendiri.
Hopipah mengeluarkan ponsel keluaran lamanya, melihat jam berapa sekarang. Ia kemudian menghela nafas, melihat jam yang sudah mepet dan tidak ada waktu jika pulang mengganti bajunya.
"Sudahlah, nanti kering sendiri juga. Ini juga gak terlalu basah," ucap Hopipah kemudian melanjutkan mengayun sepedanya.
Memasuki kawasan sekolah tempat ia akan menempuh pendidikan selanjutnya.
Hopipah tidak sendiri, ada beberapa siswa juga yang menggunakan sepeda ke sekolah. Saat menuju parkiran dimana beberapa sepeda berjejeran. Hopipah sesegera mungkin masuk dan sedikit berlari menuju halaman sekolah.
*
*
Saat Hopipah berlari menuju lapangan sekolah, tergesa-gesa karena ketinggalan acara Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk siswa baru. Ia tidak melihat ada apa-apa di depannya, sehingga saat menengadah, ia baru sadar bahwa dirinya telah menubruk lima pria yang berdiri di depannya.
"Aduh, maafkan saya, Kak," ucap Hopipah dengan wajah memerah, sambil memegang dagunya yang sakit akibat benturan.
Lima pria itu menatap Hopipah dengan wajah tidak suka. Mereka semua tinggi, tampan, dan memiliki aura penguasa di sekolah tersebut.
Jefarel memiliki rambut hitam yang disisir ke belakang dan mata biru kecoklatan yang tajam, dengan kulit yang sedikit kecoklatan dan wajah yang khas blasteran Indonesia-Eropa. Keleo memiliki mata coklat yang hangat dan rambut pirang kehitaman yang sedikit keriting, dengan kulit yang putih dan bersih, serta fitur wajah yang menunjukkan darah campuran Indonesia-Amerika. Hendryk memiliki rambut hitam yang sedikit panjang dan mata hijau kecoklatan yang cerah, dengan kulit yang sedikit kemerahan dan wajah yang menunjukkan darah campuran Indonesia-Australia. Kenji memiliki rambut coklat yang sedikit keriting dan mata coklat yang hangat, dengan kulit yang sedikit kecoklatan dan wajah yang menunjukkan darah campuran Indonesia-Jepang. Ryker memiliki rambut hitam yang sedikit panjang dan mata biru kehitaman yang tajam, dengan kulit yang putih dan bersih, serta fitur wajah yang menunjukkan darah campuran Indonesia-Eropa.
Sebagai siswa kelas 11 dan anak-anak dari keluarga kaya yang merupakan donatur sekolah, mereka sudah terbiasa dengan kekuasaan dan pengaruh di sekolah.
"Lo tidak bisa lihat apa?" ucap Jefarel dengan nada kesal. "Lo tidak bisa jalan pelan-pelan?" tambah pria itu.
Hopipah menunduk, merasa bersalah. "Maafkan saya, Kak. Saya tidak melihat kakak"
"Tidak melihat kita?" potong Keleo. "Lo tidak melihat kita berdiri di depan?" ucap pria itu.
Hopipah menggelengkan kepala, merasa semakin bersalah. "Maafkan saya, Kak. Saya tidak sengaja."
Lima pria itu saling menatap, seolah-olah tidak percaya dengan kecerobohan Hopipah. Kemudian, mereka kembali menatap Hopipah dengan wajah tidak suka.
"Kamu harus hati-hati, kamu tidak bisa seenaknya kaya tadi," ucap Hendryk. "Kamu harus tahu diri, kamu tidak bisa sembarangan," tambah pria itu.
Hopipah mengangguk, merasa takut. "Maafkan saya, Kak. Saya tidak akan melakukannya lagi," ucapnya dengan suara yang lembut.
Lima pria itu tidak menjawab, mereka hanya menatap Hopipah dengan wajah tidak suka, sebelum akhirnya mereka berbalik dan berjalan meninggalkan Hopipah.
Hopipah menarik napas lega, merasa lega karena situasi tersebut tidak menjadi lebih buruk. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke lapangan sekolah, berharap hari pertamanya di sekolah baru ini akan berjalan lancar.
*
*
*
Like, komen, follow dan votenya 🌺❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🌹Widianingsih,💐♥️
banyak typo kak, maaf🙏
contoh : sepedah yang benar sepeda
2025-07-12
1
drpiupou
kak konsisten aja kalau mau pake aku , kamu
mending lo gua sekalian dari pada campur.
kata tidak diubah jadi kata nggak lebih enak dibaca.
2025-07-24
0
⌓̈⃝𓆩ImAntifragile𓆪દᵕ̈૩
semangat 🌸🌸🌸
2025-06-13
0