Bab 4 Ada Apa Dengan Bu Sophia?

Beberapa hari berlalu, Vivian dan bu Sophia telah berada di Turki tepatnya di Cappadocia. Ibu dan anak itu menginap di sebuah hotel yang cukup nyaman. Pak Frans sengaja membelikan tiket ke Turki buat Vivian demi membuat Vivian bahagia, walaupun kondisi perusahaannya tidak begitu baik.

"Berapa hari kita di sini, ma?" tanya Vivian yang sedang berada di dalam kamar hotel bersama dengan mamanya.

"Sekitar seminggu, nak." sahut bu Sophia. "Kenapa, Vivian? Apakah kamu tidak menyukai tempat ini?" tanya bu Sophia dengan penuh keraguan.

"Bukan itu, ma. Aku suka tempat ini." sahut Vivian sambil tersenyum lebar.

"Nikmati saja liburan kita, ya." ucap bu Sophia sambil memegang pundak putrinya.

"Aku ingin naik balon udara, ma." pinta Vivian dengan penuh harap. Mendengar permintaan putrinya, tampak keraguan di wajah bu Sophia. Liburan dan perjalanan mereka ke Turki saat itu sedang musim salju, sedangkan bu Sophia tahu kondisi fisik Vivian yang sering pinsan.

"Hmmm... Saljunya cukup tebal, nak." ucap bu Sophia dengan ragu-ragu. "Mungkin balon udara tidak sempurna untuk di terbangkan." ucapnya lagi dengan penuh keraguan.

"Jangan membuatku penasaran dengan balon udara yang terkenal itu, ma. Aku sangat menyesal jika kita tidak naik balon udara itu." ucap Vivian dengan wajah yang cemberut. Bu Sophia tidak ingin membuat Vivian sedih dan kecewa, dengan berat hati akhirnya bu Sophia menuruti permintaan Vivian, walaupun dia khawatir dengan kesehatan Vivian yang sering pinsan secara tiba-tiba.

"Iya, nak. Kita akan naik balon udara itu." sahut bu Sophia sambil tersenyum tipis. "Jangan terlalu lama di atas balon udara itu, ya." ucapnya lagi dengan penuh kecemasan.

"Iya, ma." sahut Vivian sambil tersenyum bahagia. Vivian dan mamanya, segera keluar dari kamar hotel itu. Ibu dan anak itu, melangkah dengan hati-hati memasuki lift yang ada di dekat kamar mereka. Beberapa saat kemudian, Vivian dan mamanya telah berada di lobby hotel. Mata Vivian tertuju pada jam dinding di lobby hotel itu yang menunjukkan pukul 11.30 siang. Lokasi hotel mereka sangat dekat dengan balon udara, yaitu La Fairy Cappadocia. Bu Sophia menyampaikan niat mereka untuk menyewa balon udara ke resepsionis hotel. Bu Sophia sengaja meminta bantuan resepsionis hotel, agar bisa membantunya. Dengan cepat, resepsionis itu menghubungi seorang agen travel yang mengetahui tentang balon udara itu.

"Please wait 15 another, madam." pinta resepsionis itu dengan sopan.

"Okay, thank you." sahut bu Sophia sambil tersenyum tipis. Dengan penuh kesabaran Vivian dan bu Sophia menunggu seseorang yang akan menjemput mereka menuju ke lokasi penerbangan balon udara itu. Sekitar 20 menit, seorang bagian travel menjemput bu Sophia dan Vivian di lobby hotel. Salah seorang agen travel itu, melakukan tugasnya dengan baik.

"We're here, madam." ucap pria yang bertugas itu dengan nada pelan dan santun.

"Oh, thank you." sahut bu Sophia sambil tersenyum lebar. Bu Sophia dan Vivian segera keluar dari mobil travel itu, lalu memasuki area penerbangan balon udara. Seorang pilot telah menyambut kedatangan mereka, lalu mengajak bu Sophia dan Vivian berbincang. Bu Sophia, mengatakan kepada pilot itu, jika Vivian yang ingin naik balon udara itu, namun Vivian mengajak mamanya untuk ikut naik bersamanya.

"Are you ready, miss?" tanya pilot itu sambil menatap wajah Vivian.

"Yes, sir." sahut Vivian sambil tersenyum. Segalanya telah dipersiapkan pilot itu, Vivian dan mamanya kini telah berada di atas balon udara. Walaupun penuh keraguan, bu Sophia menuruti permintaan Vivian.

"Saljunya semakin tebal, nak. Sebaiknya kita batalkan saja, ya." ucap bu Sophia dengan penuh kecemasan, saat berada di atas balon udara itu.

"Kita sudah berada di atas balon udara ini, ma. Tidak apa-apa, kok." sahut Vivian dengan penuh keyakinan. Melihat putrinya yang bersemangat dan penuh antusias, bu Sophia hanya bisa pasrah walaupun hatinya gelisah dan takut melihat salju yang turun cukup deras.

"Be careful, sir." pinta bu Sophia kepada pilot balon udara itu.

"Don't worry, madam. Everything will be okay." sahut pilot itu sambil tersenyum kecil menatap wajah bu Sophia yang kelihatan panik. Perlahan, pilot keturunan Arab itu mulai menerbangkan balon udara itu. Balon udara itu mulai terbang, Vivian menikmati momen di atas balon udara itu dengan penuh kebahagiaan, sedangkan bu Sophia diliputi wajah tegang dan panik.

"Lihatlah, ma! Alangkah indahnya salju-salju di atas atap rumah itu." ucap Vivian sambil menunjuk ke arah salah satu atap rumah yang dipenuhi oleh salju tebal.

"Iya, nak." sahut bu Sophia sambil tersenyum lebar menatap wajah putrinya yang bahagia. Balon udara semakin terbang tinggi, berpacu dengan salju yang turun dari langit. Semakin balon udara itu terbang tinggi, udara semakin dingin menusuk tulang-tulang bu Sophia. Anehnya, Vivian tidak terganggu dengan salju yang berjatuhan dari langit. Vivian justru menikmati udara dingin itu sambil tertawa lebar. Sesekali, tangan Vivian berusaha menangkap salju-salju yang turun.

"Aku bisa menangkap salju, ma." teriak Vivian sambil memperlihatkan salju putih yang berada di telapak tangannya. Bu Sophia hanya tertawa kecil melihat tingkah Vivian yang seperti anak kecil, sang pilot juga tersenyum lebar memandangi wajah Vivian yang sedang bahagia. Namun, kegembiraan Vivian dan mamanya tidak berlangsung lama, tiba-tiba saja bu Sophia merasakan dadanya sesak. Wajah bu Sophia pucat, Vivian yang tengah asik menikmati pemandangan salju yang berjatuhan, tidak menyadari jika mamanya tengah kesakitan sampai akhirnya kepala bu Sophia jatuh di pundak Vivian.

"Ma?" Vivian berusaha membangunkan mamanya, namun tidak ada jawaban. "Ma... Mama?" teriak Vivian dengan wajah yang panik, dia berteriak berusaha meminta pertolongan kepada sang pilot.

"please help my mother, sir." pinta Vivian sambil menatap ke arah sang pilot dengan penuh harap. Sang pilot segera menoleh ke arah bu Sophia, sang pilot mulai menyadari jika terjadi sesuatu dengan bu Sophia.

"Yes, sure. We'll be landing soon, miss." sahut sang pilot yang berusaha menenangkan Vivian. Perlahan-lahan, sang pilot mulai mematikan pembakar balon udara, lalu berusaha membuka komunikasi dengan para kru melalui alat komunikasi agar membantunya mencarikan tempat yang aman untuk mendarat. Sedangkan, Vivian mulai meneteskan airmata menatap wajah mamanya yang mulai pucat.

"Ya Tuhan... Sadar, ma." ucap Vivian dengan penuh kecemasan dan isak tangis. Sang pilot ikut mencemaskan keadaan bu Sophia yang tidak sadarkan diri.

"Land quickly, sir. My mother needs help." teriak Vivian dengan bahasa inggrisnya yang fasih.

"Be patient, miss." sahut sang pilot. Beberapa menit kemudian, sang pilot mendarat secara perlahan.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!