Bab 3

Seminggu berlalu, Vivian telah mempersiapkan dirinya untuk ke Turki bersama dengan kedua orang tuanya. Malam itu, pak Frans dan istrinya yaitu bu Sophia menemui Vivian yang sedang berada di dalam kamarnya.

"Kraaak." terdengar suara pintu yang sengaja dibuka oleh pak Frans.

"Kenapa kamu belum tidur, nak?" tanya pak Frans sambil menatap Vivian yang sedang mengatur baju-bajunya di dalam koper.

"Besok sore kita akan berangkat. Aku telah mempersiapkan semuanya, pa." sahut Vivian dengan penuh keyakinan. Pak Frans menatap mata putrinya yang indah, lalu menghela nafas panjang seakan melepaskan segala beban yang ada dalam hatinya.

"Maafkan papa, ya! Papa tidak bisa ikut denganmu, nak." ucap pak Frans sambil menundukkan kepalanya dengan wajah yang sedih.

"Kenapa, pa? Bukankah papa telah memesan tiket?" tanya Vivian dengan rasa penasaran.

"Iya, nak. Tiba-tiba saja ada urusan kantor yang tidak bisa ditunda." sahut pak Frans dengan nada pelan.

"Bagaimana dengan mama?" tanya Vivian dengan penuh keraguan sambil menoleh ke arah mamanya yang berdiri di samping papanya.

"Mama yang akan menemanimu, nak." ucap bu Sophia sambil tersenyum menatap wajah putrinya yang putih.

"Apakah urusan kantor lebih penting daripada berlibur denganku, pa?" tanya Vivian sambil menatap wajah papanya. Mendengar pernyataan Vivian, membuat hati pak Frans sangat sedih. Dengan pelan, pak Frans mulai mengatakan kepada putrinya tentang rekan bisnisnya yang juga seorang investor besar di perusahaannya meminta mengadakan pertemuan selama 3 hari ke depan, yang bertepatan dengan jadwal keberangkatan mereka ke Turki.

"Papa ingin sekali ikut denganmu dan mama. Namun, papa juga tidak bisa menolak investor itu." ucap pak Frans.

"Iya, pa. Tidak apa-apa, kok." sahut Vivian dengan penuh pengertian.

"Lain waktu kita sekeluarga akan pergi ke negara lain." ucap pak Frans dengan penuh pengharapan. Pak Frans mengusap rambut putrinya yang cukup panjang dan berwarna pirang itu dengan lembut, dan penuh kasih sayang. Terlihat dengan jelas jika pak Frans sangat menyayangi Vivian. "Papa ke ruang tengah dulu, ya." ucap pak Frans sambil meninggalkan ruang kamar Vivian.

"Iya, pa." sahut Vivian sambil menatap pundak papanya dari belakang. Bu Sophia tersenyum menatap wajah putrinya yang bulat dan putih.

"Mama juga keluar, ya. Mama hendak berkemas." ucap bu Sophia sambil beranjak dari duduknya dan meninggalkan Vivian yang masih duduk di tepi ranjang sambil mengatur beberapa pakaiannya untuk di masukkan ke dalam koper. Di ruang tengah, pak Frans duduk dengan santainya sambil mengepulkan asap rokok yang keluar dari dalam mulutnya. Perlahan bu Sophia menghampiri suaminya itu.

"Apakah Claudia dan Renata tahu tentang investor itu, mas?" tanya bu Sophia dengan penuh keraguan.

"Tidak, ma. Mereka tidak tahu apa-apa tentang investor itu." sahut pak Frans dengan penuh keyakinan.

"Hmmm... Kamu harus memberitahu mereka, mas." ucap bu Sophia.

"Mereka akan tahu sendiri nanti, ma." sahut pak Frans dengan nada pelan.

"Mereka berhak tahu, mas." ucap bu Sophia. Perusahaan pak Frans sedang tertimpa masalah yang cukup serius. Pak Frans enggan mengatakan tentang masalah perusahaannya kepada kedua anak perempuannya yaitu Claudia dan Renata. Saat bu Sophia dan pak Frans sedang membahas tentang masalah perusahaan mereka, tanpa sepengetahuan pak Frans dan bu Sophia, ternyata Renata mendengar pembicaraan kedua orang tuanya. Saat itu, Renata keluar dari dalam kamarnya dan melangkah menuju ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Dengan langkah pelan, Renata menghampiri kedua orang tuanya.

"Apa yang terjadi dengan perusahaan kita, pa?" tanya Renata dengan rasa penasaran. Pak Frans dan bu Sophia tersentak kaget saat mengetahui kedatangan Renata.

"Sejak kapan kamu di situ, Renata?" tanya pak Frans dengan penuh keheranan.

"Jawab saja pertanyaanku, pa." sahut Renata dengan rasa tidak sabar. Pak Frans menghela nafas panjang, lalu kembali membuang nafasnya secara perlahan.

"Katakan saja, mas. Renata berhak tahu juga." ucap bu Sophia. Akhirnya, pak Frans mengatakan tentang masalah perusahaannya yang mengalami kerugian cukup besar selama 2 bulan terakhir. Pak Frans berniat menjual perusahaannya kepada orang lain, namun seorang sahabat pak Frans yang mengetahui masalah perusahaannya berniat membantu pak Frans dengan cara memberikan modal yang cukup besar, namun dengan catatan salah satu putrinya harus menikah dengan anak sahabatnya yang temperamen yang bernama Johan. Pak Frans juga mengatakan tentang liburan Vivian ke Turki dan menggunakan tabungan pribadi pak Frans. Mendengar pernyataan papanya, Renata menunjukkan ekspresi tidak senang.

"Jangan aku, pa. Aku tidak mau." ucap Renata yang langsung menolaknya.

"Papa juga tidak mau mengorbankan kalian bertiga, nak." ucap pak Frans dengan nada berat.

"Apakah tidak ada jalan lain, pa?" tanya Renata.

"Jalan satu-satunya adalah menjual semua aset kita, nak. Kita akan hidup sederhana dulu." ucap pak Frans.

"Aku tidak mau hidup susah, pa. Ini terlalu berat buat aku." ucap Renata.

"Menikahlah dengan Johan." pinta pak Frans dengan penuh pengharapan. Kamu tidak akan hidup susah, Renata." ucapnya lagi.

"Batalkan saja liburan Vivian, pa." pinta Renata. Tabungan papa dan mama pasti cukup untuk menutupi kerugian perusaan kita." ucapnya lagi dengan penuh keyakinan. "Biarkan saja adikmu bersenang-senang. Kasihan dia, selama ini Vivian tidak pernah keluar rumah." ucap pak Frans yang berusaha menyenangkan hati Vivian.

"Terserah papa, deh! Aku tidak mau dijodohkan dengan Johan." ucap Renata sambil melangkah dengan terburu-buru meninggalkan papa dan mamanya menuju kamarnya.

"Istirahatlah dulu, mas." pinta bu Sophia sambil memegang pundak suaminya dan beranjak dari duduknya, lalu melangkah dengan pelan menuju kamar tidur. Pak Frans, hanya terdiam dan masih duduk di kursi malasnya sambil termenung memikirkan tentang penawaran dari sahabatnya itu. Johan yang merupakan putra satu-satunya dari sahabat pak Frans yang bernama om Rudy, akan dijodohkan dengan salah satu putrinya. Pak Frans sedikit gelisah dengan sifat Johan yang temperamen. Johan adalah seorang pria tampan, mapan, dan juga mempunyai usaha yang bergerak dibidang otomotif itu. Johan yang pernah gagal dalam menjalin cinta membuatnya sulit mengontrol emosinya.

"Siapa yang akan aku jodohkan dengan Johan? Claudia sudah mempunyai kekasih, sedangkan Renata telah menolaknya. Aku juga tidak tega terhadap Vivian yang mempunyai fisik yang lemah." guman pak Frans dengan penuh kebingunan. "Aku sangat mengantuk. Besok saja aku pikirkan lagi. Semoga saja aku bisa menemukan jawabannya besok." gumannya sambil beranjak dari kursi goyang miliknya, lalu melangkah menuju kamar tidurnya. Setibanya di dalam kamarnya, dengan tubuh yang lelah, pak Frans membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan tidur di samping istrinya yang sudah lebih dulu tertidur.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!