Cerminnya pecah.
Tapi kenapa... bayanganku masih di sana?
Dia... nggak bergerak. Cuma berdiri. Tapi senyumannya makin lebar.
[23.27 - Voice Message dari Nanda - 0:06]
"Dia nggak ngikutin aku... Dia nonton aku.
Kayak dia... nunggu aku balik badan."
[23.28 - WhatsApp]
Dinda
Jangan balik badan.
Apapun yang kamu lihat di cermin,
jangan pernah kasih dia punggungmu.
Nanda
Gimana kamu tahu semua ini?
Dinda
Karena aku udah ngelakuin kesalahan itu.
Aku pikir dia cuman pantulan...
tapi waktu aku balik,
aku ngelihat diriku... di tempatku berdiri.
[23.30 - Voice Note dari Dinda - 0:09]
"Sekarang aku bukan siapa-siapa.
Yang di luar sana, yang kamu kenal selama ini...
bukan aku lagi, Nan."
Nanda
Jadi yang nelpon aku, yang chat aku sekarang...
itu bukan kamu?
Dinda
Separuh aku.
Separuh yang udah kena cermin itu.
Nanda
Berarti... aku juga?
Dinda
Belum.
Tapi kalau kamu terus ngeliat dia...
kalau kamu mulai ngerasa pikiranmu suka kosong...
mulai ngedengar suara yang bukan dari luar...
Itu tandanya dia udah mulai masuk.
[23.32 - Photo sent by Nanda]
Cermin sudah hancur, tapi di potongan paling besar, masih ada bayangan Nanda berdiri. Kali ini... dia mengangkat tangan, seakan melambai.
[23.33 - WhatsApp]
Nanda
Dia gerak sekarang.
Dia... nyalain senterku.
Tapi... aku gak ngangkat tangan sama sekali.
Dinda
Keluar dari rumah itu, Nan.
SEKARANG.
Nanda
Terlambat.
Dia udah...
di belakangku.
[23.34 - Voice Message dari Nanda - 0:05]
"Aku bisa ngerasa nafasnya.
Panas. Dekat.
Dan dia bisik: 'Sekarang giliranmu.'"
[23.35 - Semua pesan dari Nanda dihapus]
Dinda Online
Dinda
Kita semua akan tersenyum.
Tinggal kamu yang belum.
Comments