bab 4
Hari itu, suasana sekolah menjadi aneh.
Seperti.. ada sesuatu yang di bungkam.
Kael duduk di rooftop, matanya memandang langit yang mendung. Biasanya dia cuek, tapi kali ini... pikirannya kemana-mana.
Tiba-tiba, Nyx muncul sambil membawa tab nya.
nyx
gua baru dapat info
//katanya, tanpa basa basi
azura...
nyx
//nyx menunjukkan layar tab nya
tadi pagi dia di panggil ke ruang kepala sekolah. habis itu... ilang. ga balik ke kelas. ga balik ke asrama. gaada di data presensi.
kael
//kael mengerutkan keningnya
di keluarin?
nyx
engga, statusnya cuma: 'di pulangkan secara khusus'. tanpa detail, tanpa surat resmi. bahkan sistem kita gabisa akses CCTV lorong lantai tiga sejak jam 9 pagi tadi. semua filenya di kunci.
kael
siapa yang bisa ngelakuin itu?
Hening sebentar
Kael jalan pelan ke pagar rooftop, matanya melihat ke lapangan bawah yang kosong.
kael
ada yang ga beres
//gumamnya
gua liat sendiri, pagi tadi dia lawan gentala sama orion kayak bukan anak sekolah.
nyx
//nyx nyengir tipis
lo mulai mikir dia makhluk mitos?
kael
//menatapnya tajam
gua lagi ga bercanda nyx
nyx
oke oke, tapi lo mau ngapain?
Rei diem. Lalu buka ponselnya.
> [To: Krooz]
“Lo dapet detail soal kenapa Ara ilang?”
Gak ada balasan.
> [To: Axel]
“Tadi lo bilang liat dia dijemput. Sama siapa?”
Belum juga dikirim, notifikasi muncul duluan.
> [From: Nomor Tidak Dikenal]
“Jangan ikut campur, Rei.”
Dahi Rei langsung berkerut. Luno juga ngintip layarnya.
kael
azura... dia bukan hanya sekedar murid baru
//katanya pelan
dan gua, akan cari tau semuanya
Gelap. Hampa.
perlahan... cahaya putih menyilaukan menyusup masuk ke mata Azura. Dia sadar. Tapi tubuhnya berat. Kayak dililit rantai tak terlihat.
Dinding putih. Lantai putih. Langit-langit putih. Semuanya steril, membosankan, terlalu bersih buat sesuatu yang penuh luka.
Azura mencoba bangun, tapi lengannya terkunci ke tempat tidur logam. Kabel menancap ke pergelangan tangan, dada, dan pelipis.
> “Aktivitas korteks frontal mulai naik. Subjek AZ-13 sadar.”
Suara itu bukan suara manusia. Suara dari speaker kecil di sudut ruangan. Datar. Dinginnya melebihi suhu ruangan.
azura
//memicingkan matanya
ini dimana?
> “Ruang pengamanan khusus. Protokol Red Reintegration aktif. Mengakses memori kritis.”
Tiba-tiba, proyeksi muncul di udara. Gambar buram. Anak kecil dengan rambut acak-acakan. Pisau di tangan. Darah menetes dari ujungnya.
Tubuh kecil itu gemetar, tapi matanya kosong.
> “Hari eksperimen ke-38. Subjek gagal membedakan musuh dan target non-kombat. Hasil: 4 korban.”
azura
//menggigit bibir bawahnya
berhenti...
> “Hari ke-102. Subjek mulai menunjukkan reaksi emosional setelah diberi stimulus berupa ‘boneka saudara.’ Reaksi: histeris. Pingsan.”
Tangan Azura mengeras, dan—CZRAAK!!
Salah satu kabel di tangannya copot. Alarm langsung berbunyi.
> “Subjek tidak stabil. Aktifkan level keamanan tiga—”
BRAK!!
Azura bangkit. Tubuhnya udah penuh adrenalin. Kabel yang masih nyangkut di punggung ditarik paksa. Mata merahnya bersinar sebentar—efek kimia dari zat yang dulu disuntikkan ke sumsum tulangnya.
azura
Kalian pikir... gua bakal terus di kurung kayak dulu?
Langkah kaki mendekat dari luar ruangan.
> “Pasukan 02, masuk. Jangan biarkan dia keluar.”
Azura ngelangkah ke tengah ruangan. Badannya goyah, tapi tatapannya solid.
Pintu terbuka. Tiga orang berbaju hitam masuk.
Azura tersenyum dingin.
Pintu terbuka penuh.
Tiga orang berseragam hitam masuk. Wajah tertutup. Tubuh tegap. Langkah mereka rapih, sinkron, dan tanpa ragu. Mereka bukan penjaga biasa.
Mereka adalah Unit Omega. Dulu, Azura dilatih bersama mereka.
Sekarang? Mereka disuruh mengurungnya.
Azura berdiri di tengah ruangan. Tangan kosong. Luka bekas suntikan masih mengucur pelan.
azura
unit omega? Pakai tiga orang buat satu anak buangan?
//gumamnya sinis
Mereka tak menjawab. Hanya satu dari mereka yang tampak ragu. Yang di tengah. Gerakannya sedikit lebih lambat. Tapi dua lainnya? Sudah siap tempur.
SWOOSH!!
Orang pertama meluncur ke depan. Serangan tangan kosong cepat. Azura memutar tubuh, menghindar—lalu sikunya menghantam dagu lawan. CRACK!
Lawan pertama tumbang. Rahangnya patah.
Yang kedua menyerang dari belakang—tapi Azura udah berbalik dan menggigit kabel yang putus dari tangannya, lalu menjentikannya ke leher lawan. Kabel itu berspark—arus listrik sisa dari alat tadi mematikan sesaat.
Tubuh kedua kejang, lalu roboh.
Yang ketiga... masih berdiri. Gemetar.
Azura mendekat.
azura
alzero?
//suaranya mengecil
lo masih hidup?
Si pria itu terdiam. Pelindung wajahnya perlahan dilepas. Dan benar, itu Alzero, sepupu sekaligus teman masa kecilnya Azura saat di asrama.
Mata mereka bertemu.
alzero kecil
lo... gua kira lo udah...
azura
//azura mengangguk pelan
gua juga
Hening.
Tapi waktu zero mau ngomong lagi—PSSST!!
Dart penenang meluncur dari tembok. Azura sempat menghindar satu, tapi dart kedua nancep di sisi lehernya.
Tubuhnya mulai lemas.
Zero berlari ke depan, menangkapnya sebelum jatuh.
alzero kecil
KENAPA KALIAN NEMBAK DIA?!
> “Protokol utama: AZ-13 tidak boleh keluar. Tak peduli siapa yang menghalangi.”
Azura menatap zero, napasnya pendek, matanya berkaca-kaca.
azura
lo... harus keluar dari sini, zero. mereka... bakal manfaatin lo juga.
Zero mengeratkan rahangnya, tapi sebelum sempat dia berbicara—
Azura pingsan.
*FLASHBACK*
Langit-langit beton. Lampu putih menyala 24 jam tanpa pernah padam. Waktu tidak punya arti di tempat itu.
Suara sepatu kecil berlari di lorong panjang. Nafas terengah. Luka di lutut. Tapi dia gak berhenti. Azura kecil—kurus, rambut acak-acakan, mata penuh ketakutan tapi juga keras kepala.
Di belakangnya, suara langkah kaki berat. Bukan penjaga. Tapi... anak lain.
“Berhenti! Lo udah kena, zura!” teriaknya.
Azura berhenti di pojokan, membalik badan.
azura
kamu kena duluan! tadi peluru dummy-nya ke bahu mu!
Anak itu—Alzero, waktu masih 11 tahun, dan Azura berusia 9 tahun, tetapi mereka sudah mengerti semuanya. Dia berdiri sambil nyengir, meski pelipisnya berdarah sedikit.
alzero kecil
Gua tetap lebih cepet. Dan lo jatuh, jadi gue menang.
Azura mendengus. Tapi gak bisa bohong: dia capek. Perutnya kosong sejak latihan tadi pagi.
Zero jalan pelan, duduk di sebelahnya.
alzero kecil
kita kayak tikus di lab
//katanya pelan
disuruh lari, dipantau, disakiti... terus disuruh bertarung.
Azura diem. Tapi ujung matanya mulai basah.
alzero kecil
lo inget mama lo?
//tanya zero
azura
//azura menggeleng.
aku cuma inget suaranya. lembut. Tapi sekarang udah gak ada.
Zero manggut-manggut. Lalu dia nyelipin sesuatu ke tangan Azura kecil. Sebungkus kecil biskuit protein yang dicuri dari ruang medis.
alzero kecil
buat lo. tapi jangan bilang-bilang. kalo ketahuan, gue kena lagi.
Azura pelan-pelan buka bungkusan itu. Tangannya gemetar. Tapi waktu dia makan, matanya... berubah. Kayak ada harapan kecil banget di tengah semua neraka itu.
azura
kamu... selalu nolongin aku
//bisiknya.
alzero kecil
//zero tersenyum kecil
karena lo satu-satunya yang gak ninggalin gue waktu semua anak lain mulai ‘hilang’ satu per satu.
azura
//azura menunduk
kamu pernah mikir kalo kita bakal keluar dari sini?
alzero kecil
entah, tapi kalau lo keluar duluan…
//zero menatap lembut mata azura
cariin gue
azura
//azura mengangguk kuat
aku janji
---
Dan sekarang—di masa kini— zero memegang tubuh Ara yang tidak sadarkan diri, dan suara janji itu terngiang di kepalanya.
Tapi kali ini... dia yang harus menepati
Comments