Bab 3

Pagi itu, langit mendung. sekolah seperti biasa, tapi.. suasananya ga tenang. Azura masuk melalui gerbang belakang. telat dikit karna semalam susah tidur. Pandangannya kosong, tapi langkahnya tetap santai. Tapi begitu dia belok ke lorong belakang aula.. Dia berhenti Lia. di cekik ke dinding oleh Zale, salah satu anak The Vultures juga. Di sampingnya, gentala nyengir sambil ngomong kasar.
gentala
gentala
lo pikir, dengan jabatan lo sebagai osis.. lo bisa aman terus? ga semua aturan di sekolah ini di tulis di buku, ngerti?
lia
lia
a-aku ga ganggu siapa siapa.. //ucapnya sambil menangis kecil
Di ujung lorong, Orion berdiri dengan tangan menyilang di depan dada, sambil tersenyum miring.
orion
orion
kasian banget ya, azura... teman mu ini ga ngerti tempat
Azura diam. Matanya melihat wajah Lia, pucat dan panik. Tangan gadis itu gemetar, mencoba melepaskan cekikan Zale yang makin kenceng. Dan tiba-tiba...
azura
azura
lepasin //suara azura datar, tapi tegas
mereka semua nengok
azura
azura
//azura maju perlahan gua bilang lepasin
Zale noleh ke orion, untuk meminta aba aba. Orion mengangguk. Zale mendorong Lia ke lantai. Gadis itu tersungkur, terbatuk pelan. Azura menghampiri Lia dan membantunya untuk berdiri.
azura
azura
pergi dari sini
Lia berdiri, dan langsung pergi darisana.
orion
orion
lo ngapain sih? mau jadi pahlawan?
azura
azura
gua bukan pahlawan, tapi kalian terlalu pengecut buat lawan orang yang lebih kuat
Gentala langsung maju, tapi sebelum nyentuh Azura.. Bughh!! Azura mendorong pundaknya keras, membuat gentala terbentur ke dinding. Zale mencoba untuk menyerang, tapi di tangkis dan menendangnya di perut. Tapi sebelum Orion ikutan maju.. Suara langkah berat terdengar. Kael datang dari arah aula, mukanya datar. semuanya langsung minggir.
kael
kael
cukup!
Kael ngelirik Orion lalu Gentala, tapi dia ga ngomong apa apa.
azura
azura
ga heran kalian di sebut brandalan
kael
kael
//kael maju satu langkah lo gatau apa apa tentang kita!
azura
azura
//azura tersenyum tipis dan lo gatau apa apa soal gua
mereka saling tatap. tegang, sunyi, semua murid di sana merasakan suasana yang tidak meng-enakan.
Bel masuk jam pelajaran ketiga baru saja berbunyi. Azura duduk di kelas, lalu membuka bukunya, pas suara interkom terdengar di seluruh gedung sekolah. “Azura emberlyn renata. Harap ke ruang kepala sekolah sekarang juga.” Semua mata langsung tertuju pada azura. Azura diem sejenak. Nggak kaget, nggak panik. Tapi napasnya pelan-pelan berat. Kayak... dia udah nebak ini bakal terjadi.
[Ruang Kepala Sekolah] Ruangan itu dingin. Bukan karena AC, tapi karena auranya. Lengkap dengan rak buku tua, karpet merah gelap, dan meja besar yang keliatan kayak lebih cocok buat ruang sidang daripada kantor sekolah. Kepala sekolah, pria berjas hitam dengan rambut setengah abu dan kacamata bulat, duduk di balik meja. Namanya Pak Dirga—orang yang jarang muncul, tapi semua orang tahu: kalo dia udah turun tangan, berarti ada yang gak beres banget. Begitu Azura masuk, dia gak langsung menyuruhnya duduk. Dia cuma mandang lama.
pak dirga
pak dirga
duduk, Azura
pak dirga
pak dirga
saya dapat laporan... kamu terlibat dalam perkelahian lagi
azura
azura
bela diri, kalau teman mu di cekik, kamu juga bakal lawan mereka
Pak Dirga melirik rekaman CCTV di layar laptop nya. Cuplikan tadi pagi, Zale menyerang Lia. Azura membalasnya dengan cepat. Terlalu cepat buat anak SMA biasa.
pak dirga
pak dirga
gerakan mu... sangat terlatih //gumamnya pelan
pak dirga
pak dirga
Kamu tau kan, sistem kami menyimpan data semua murid. Tapi file mu... berbeda. Saya penasaran, siapa yang cukup berkuasa untuk memasukkan kamu kesini tanpa sepengetahuan penuh OSIS atau staf akademik lainnya.
azura
azura
kalau anda tau aku 'bermasalah', kenapa tidak langsung keluarkan saja?
pak dirga
pak dirga
//pak dirga tersenyum tipis karna kadang... monster di butuhkan untuk melawan monster yang lebih besar
Ruangan itu hening, Azura hanya diam, tapi pundaknya mulai menegang.
pak dirga
pak dirga
pertanyaan terakhir, azura. apakah kau masih mengingat fasilitas di ruang bawah tanah itu?
azura
azura
//mata azura langsung berubah ... kenapa anda tau soal itu?
pak dirga
pak dirga
karna saya bagian dari proyek itu
Kalimat itu seperti ledakan. Bunyi detak jam di ruangan kepala sekolah mendadak terdengar lebih keras. Tangan Azura di atas lututnya mengepal. Suara napasnya mulai berubah. Pikiran di kepalanya—suara, ingatan, jeritan. Semuanya muncul bersamaan. “AZ-13 tak stabil.” “Subjek menunjukkan respon berbahaya dalam stimulasi trauma.” “Aktifkan protokol red restraint—sekarang!!”
azura
azura
berhenti //gumamnya pelan
pak dirga
pak dirga
//pak dirga masi duduk tenang, matanya tajam lihat? kamu mulai retak. bahkan sebelum saya sengaja memancing mu
azura
azura
berhenti!
Ulang Azura lebih keras. Matanya mulai memerah, bukan karna menangis, tapi karna.. sesuatu yang lain.
pak dirga
pak dirga
kamu bisa merasakannya, bukan? denyut di dalam tubuhmu. sesuatu yang tidak wajar itu..
BRAK! Azura melempar kursi yang tadi dia duduki. Kursi itu mental ke rak buku, jatuh berantakan. Pak Dirga berdiri, tapi sebelum sempat bicara lagi— SREETT! Azura udah ada di depan meja Pak Dirga. Tangannya menghantam meja kayu besar itu, meninggalkan retakan panjang. Nafasnya berat, matanya liar, tubuhnya tremor.
azura
azura
kau pikir aku boneka?! //teriaknya
Pak Dirga gak mundur. Tapi tangannya turun pelan ke tombol darurat di bawah mejanya. Terlambat. DOR! Azura menyerang. Tangannya melayang ke arah leher Pak Dirga, refleks dan liar—tapi juga terlatih. Serangan pembunuh. CLANG! Tiba-tiba, suara metalik menghentikan semuanya. Sebuah perisai energi aktif dari meja—sistem pelindung untuk keadaan darurat. Azura terpantul. Terlempar ke belakang. Dia jatuh, punggungnya membentur lemari. Napasnya terengah. Tapi matanya—mata itu udah berubah. Bukan lagi Azura biasa. Pak Dirga berdiri, masih tenang walau keringat dingin turun dari pelipisnya.
pak dirga
pak dirga
AZ-13... masih hidup. tapi kontrol emosinya... semakin buruk. //ucapnya sambil memencet tombol darurat yang ada di bawah meja nya
> “Unit pengamanan khusus. Subjek aktif. Bawa ke ruang isolasi.” Azura bangkit pelan. Tapi sebelum siap melawan lagi— Tiga pria berbaju hitam muncul. Obat penenang disuntik cepat. Semuanya gelap.
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!