"Awwssh! Pelan-pelan dong! Sakit tau, bisa gak sih!" Suara Arkana menggelegar memenuhi seisi gudang belakang sekolah.
Jenna memutar bola matanya kesal. Malas menanggapi keluhan dari Arkana.
Kini, mereka hanya berdua saja di gudang sekolah. Tangan Jenna dengan lihai membasuh luka memar berwarna merah di dada bidang Arkana. Sebetulnya, memar tersebut tidak terlalu mencolok, bahkan warnanya dirasa sudah mulai pudar, namun Arkana bersih keras jika itu sangat menyakitkan dan semua itu karena tabrakan tadi dengan Jenna.
Di hadapan Jenna, kini terpampang dengan nyata ciptaan Tuhan yang mungkin ingin dan sangat diidamkan oleh para kaum hawa agar dapat dilihat. Namun, mereka sangat sulit melihatnya. Akan tetapi, Jenna, seorang siswi biasa dengan mudahnya bahkan Arkana sangat sukarela membuka seragamnya di depan Jenna. Sehingga terpampanglah dada bidangnya yang amat disukai oleh para siswi sekolah ini.
Apa sih yang mereka sukai dari Arka ini, nyebelin begini!
Jenna bergumam dalam hatinya. Tanpa ia sadari, bibirnya menjadi mengerucut.
Hap!
"Hmmphh!"
Tangan kekar Arkana membekap mulut Jenna. Melihat Jenna yang sepertinya kesusahan bernapas, barulah dia melepaskan tangannya dari mulut Jenna.
"Heh! Apa maksudmu membekapku, kalau aku mati, bagaimana?" Jenna bertanya dengan nada yang berapi-api. Sungguh, dia membutuhkan pasokan udara. Dengan sedikit rakus, dia menghirup oksigen di sekitarnya. Arka keterlaluan, pikirnya.
"Tinggal dikubur." Jawab Arkana dengan entengnya. "Sudahlah, jangan banyak drama, cepat obati gue lagi!" lanjut Arkana dengan nada penuh perintah.
"Tidak mau! Kamu pasti berbohong, itu bukan luka karena aku kan? Masa ditabrak sedikit langsung memar, lagipula memarnya seperti sudah ingin pudar begitu!" Mata Jenna terlihat menyipit memperhatikan dada sebelah kanan Arkana.
Ya ampun, ternyata memang sebagus itu. Pantas tubuhnya disukai oleh mereka. Hush, apa sih yang kamu pikirkan!
Saat Jenna memutuskan untuk melangkah menjauhi Arkana, sebuah tarikan keras terasa dari sebelah kirinya.
Tubuh Jenna terasa limbung terjatuh dan berakhir di atas pangkuan Arkana.
Kini, jarak wajah keduanya begitu dekat. Mata Jenna sampai melotot tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Arkana.
"A-pa yang kau lakukan? Lepas!" Jenna berusaha untuk menyingkirkan tangan Arkana yang membelit di pinggang Jenna.
Sayangnya, tidak sesuai harapan. Semakin Jenna berusaha keras memberontak, Arkana semakin erat memeluk pinggang kecil Jenna.
"Pinggang lu kecil banget ya," bisik Arkana dengan suara rendah. Dan, itu sangat membuat bulu kuduk Jenna berdiri.
"Lepas, Arka! Ini gak bener!" tegas Jenna. Tangannya masih sibuk menjauhkan lengan Arkana yang ada di perutnya.
"Tapi, gue nyaman." Arkana menaruh kepalanya di bahu Jenna membuat pergerakan Jenna terhenti. Dia semakin terkejut dengan tingkah Arkana.
duh, ada apa sih sama nih makhluk!!
Belum juga sadar atas keterkejutannya, aksi Arkana selanjutnya membuat Jenna bertambah tegang.
Arkana memindahkan seluruh rambut Jenna di sebelah kiri ke sebelah kanan sehingga memperlihatkan leher jenjang milik Jenna yang sangat putih dan mulus.
"Wow! Putih, mulus lagi!" gumam Arkana.
Mendengar ucapan Arkana, membuat Jenna tersadar dari lamunannya dan naik darah. "Kurang ajar!"
Bruk!!.
Dengan sekuat tenaga, Jenna mendorong tubuh Arkana. Untungnya, tangan Arkana sedikit melonggar, karena tangan satunya lagi membelai lehernya.
"Aku pikir, kamu itu cuma bikin onar biasa saja seperti membolos. Tapi, ternyata kamu juga bisa bersikap kurang ajar pada seorang gadis!" Jenna menunjuk Arkana yang sudah terjatuh dari kursi berikut dengan kursinya yang juga ikut terjatuh.
Arkana menyunggingkan senyumnya.
"Gue barusan muji loh. Kapan lagi, dipuji gue."
"Aku gak butuh! Kamu tuh seperti gak pernah dididik sama orangtua, tau gak!? Apa ibumu tidak pernah mengajarkan sopan santun terhadap wanita?"
Mendengar omongan Jenna, Arkana langsung melotot ke arahnya. Terlihat kilatan amarah yang keluar dari kedua matanya dan itu tertuju ke Jenna.
Jenna yang menyadari hal itu tiba-tiba menciut nyalinya. Keberaniannya tadi dalam membalas perkataan Arkana, berganti dengan ketakutan sebab melihat Arkana yang terus mendekatinya dengan tatapan yang sangat tajam.
"Apa yang Lo bilang barusan?" tanya Arkana dengan nada datar.
"A-ku, tidak bicara apapun."
"Apa maksud Lo ngomong gitu, Jenna?"
Jenna terus memundurkan langkahnya hingga tubuhnya bersandar pada dinding. Arkana yang sudah tepat di hadapannya pun langsung mengurung tubuh Jenna dengan kedua tangannya di sebelah kanan dan kiri Jenna sehingga ia tidak dapat bergerak kemanapun.
Jenna menunduk, tidak sanggup menatap kedua mata Arkana yang sangat intens menatapnya dengan tatapan kemarahan itu.
Namun, hal itu tidak Arkana biarkan. Dia meraih dengan kasar rahang Jenna. Mengangkatnya sehingga mau tidak mau membuat Jenna harus beradu pandang dengan Arkana.
"Lo mau tau jawabannya?" Bukan begini maksud Jenna, dia telah salah sepertinya mengajukan pertanyaan. "Ya! Gue emang gak pernah diajarkan sama wanita itu! Mau tau kenapa? Karena tuh orang, malah pergi sama selingkuhan yang gak ada apa-apanya! Dan karena itu, semuanya hancur!" Arkana mengeluarkan suara yang tidak lagi datar seperti sebelumnya. Kali ini, nadanya meninggi.
Jenna hanya bisa terdiam, ia benar-benar tidak berani untuk menanggapi apalagi bertanya pada Arkana.
"Maaf."
Arkana menarik sudut bibirnya. "Buat apa Lo minta maaf?" Arkana bertanya dengan nada suara yang biasa, namun Jenna tau kalau masih ada amarah yang terselip di dalamnya.
"Maaf karena aku menyinggung kamu." Walau aslinya, Jenna tidak tau bagian mana yang pasti membuat Arkana tersinggung, tapi yang pasti omongannya membuat seorang Arkana ngamuk.
Arkana kembali tersenyum sinis. Menatap Jenna dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti. "Oke, gue bakal maafin Lo."
"Beneran? Terimakasih. Maaf aku menyinggung, tidak ada maksud."
"Tapi ada satu syarat."
Dahi Jenna mengernyit. "Apa?"
Arkana mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Jenna. "Lo harus te-lanjang di depan gue."
Saat itu juga, Jenna melotot dan langsung mendorong tubuh Arkana dengan cepat. Bahkan, dia menendang perut Arkana dengan keras.
"Lebih baik, gak usah dimaafin, daripada aku harus melakukan hal menjijikkan itu!" dengan secepat kilat, Jenna langsung keluar dari gudang, meninggalkan Arkana yang terlentang dengan tangan memegang perutnya. Mulutnya terus meringis kesakitan.
"Sial, nih cewek! Sakiiittt!" umpat Arkana.
•••
BERSAMBUNG--
JANGAN LUPA LIKE, KOMENTAR, DAN VOTE NYA YAA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments