Jenna menghirup udara di sekitarnya kasar, lalu menghembuskan ya. Sial! Ya, hari ini memang hari sial di minggu ini. Jenna yang sudah berlari sekuat tenaga ternyata kalah dengan langkah kaki yang lebar milik sang guru Kimia. Itu mengakibatkan dia tidak dapat mengerjakan tugas sebelum mata pelajaran dan akhirnya dihukum.
"Kenapa harus lupa kerjain tugas sih. Kenapa tadi segala drama lagi dan macet di jalan segala." Cerewet Jenna di depan kelasnya. Raut wajahnya sangat kentara jika dia sedang diliputi rasa kesal yang membara. Pandangannya hanya melihat ke arah lapangan yang ada di depan.
Kelas Jenna di lantai dua dan kelasnya langsung menghadap lapangan.
"Tuh Cogan-cogan kenapa ganteng banget sih." ujar Jenna sembari cengengesan, lalu menutup mulutnya. Bahkan pipinya bersemu kemerahan.
"Dasar cewek bego! Gila lagi! Ketawa tiwi sendiri, kerasukan lo?"
Jenna yang mendengar umpatan itu langsung menoleh. Mendapati sosok tinggi dengan rambut kecokelatan dengan gaya yang elegan, angkuh, dan cool itu. Kedua tangannya diselipkan ke dalam kantong jaket denim yang Jenna tebak adalah Jaket mahal karena tertulis brand terkenal disana.
"Apa sih!" ketus Jenna, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah lapangan. "Yaaahh, kok pada bubar sih main basket ya." gumam Jenna kecewa.
Arkana terkikik, "Mereka nyadar diliatin kunti. Hahaha."
Saat Jenna ingin menampol mulut nyebelin Arkana, Arkana sudah pergi lebih dulu ke kelasnya dengan santai sembari bersiul.
"Arkaa! Dasar cowok rese!"
°°°
"Heh, masbro sini, sini! Gua bawa rujak, buatan Emak gua, nih. Baik gua mah berbagi gak kayak si Arya." Thomas menyodorkan sebuah kresek hitam berisi buah-buahan dan juga Tupperware yang ada sambelnya.
"Cih, bangga banget lo bawa rujak timbang sekresek kecil doang. Gua bisa datengin langsung pedagang rujaknya." ucap Arya.
"Oh, oke oke, sorry. Lo kan punya komunitas Perunas ya?"
"Apa itu?" Bara yang sedari tadi hanya diam memperhatikan, mencoba bergabung.
"Pedagang Rujak Nasional. Hahaha." Arya yang disebelah Thomas langsung menoyor kepala Thomas cukup keras. Dia merasa emosi dengan temannya yang satu itu.
"Gua perhatiin tadi pas lu masuk kelas wajah lu berseri-seri." ucap Bara. Walaupun Bara pendiam dan terlihat cuek, bukan berarti dia tidak memperhatikan hal-hal di sekitarnya. Termasuk saat Arkana masuk kelas dengan wajah yang berubah cerah.
"Gak papa." ucap Arkana singkat.
"Tadi lo senyum, walau tipis." Bara kembali mengungkapkan apa yang dia lihat tadi.
"Lo salah lihat." elak Arkana. Padahal, dirinya sempat tersenyum tipis bahkan tertawa lebar saat bertemu Jenna.
"Oke." Bara pun kembali fokus memakan rujak milik Thomas.
Thomas melirik keduanya. Dia melebarkan bola matanya. "Udah gitu doang ngobrolnya? Ampun gue sama kalian berdua, apa gak punya kata-kata yang banyak gitu biar bisa ngomong panjang. Irit banget." Thomas mendelik ke arah dua sahabatnya yang duduk sebangku di depannya.
"Mereka bukan kek elo, Tomyam, yang kalo ngomong tuh kayak mobil rem blong." tukas Arya.
"Gua kesel ya Ar, kagak bakalan gua kasih rujak gua ke lo."
"Bodo, gak peduli, takut menjerit juga lambung gue, usus gue, dan segala yang ada dalam tubuh ini." Mereka bertiga yang lainnya memutar bola matanya malas.
°°°
Pulang sekolah telah tiba. Jika siswa maupun siswi lain sangat gembira jika bel berbunyi tanda pulang sekolah itu tiba, berbeda dengan Jenna yang sekarang malah terduduk lemas di bawah pohon mangga sekolah. Pohon mangga itu berada di belakang sekolah.
Jenna menunduk. Dari ekspresinya, terlihat begitu murung dan kesedihan tergambar disana. "Aku gak mau pulang."
"Kenapa sendirian di bawah pohon begini?" Sebuah suara rendah terdengar dari sebelah kanannya.
Jenna mendongak untuk melihat siapa yang berbicara. "Tidak apa-apa."
"Nangis?" Tanyanya.
Jenna yang tersadar bahwa dia sempat menitikkan air mata langsung mengusapnya buru-buru. "Tidak. Ini kelilipan debu."
"Cepat pulang, waktu sudah semakin sore dan penjaga sekolah akan mengunci gerbang sekolah. Apa lo berniat nginep di sekolah?" Itu adalah kalimat panjang yang diucapkan Bara.
Ya, Bara lah yang sedang berdiri di hadapan Jenna saat ini. Bara adalah ketua OSIS. Dia sedang membantu penjaga sekolah untuk memeriksa jika masih ada siswa yang berada di lingkungan sekolah.
" Ah, baiklah. Maaf ya, aku permisi." Bara tidak menjawab, dia hanya mengangguk saja. Semua orang tau, Bara dan Arkana adalah si duo irit dalam hal berbicara. Entah karena apa mungkin mereka sariawan.
°°°
Tik! Tik!
"Duh, pake hujan segala. Aku lupa bawa payung, gimana ini!" Jenna sangat cemas karena hujan yang turan tiba-tiba padahal tadi cuaca sangat cerah.
Dengan tangan yang setia menutupi kepalanya, Jenna berlari menuju salah satu kios yang tutup untuk sekedar berteduh.
"Lebih baik aku tunggu angkot ya disini saja."
Bukannya angkot yang datang, tetapi malah sebuah mobil sport hitam yang berhenti tepat di depannya. Membuat Jenna kelimpungan untuk melihat ke jalan karena posisinya yang menghalangi penglihatan.
"Ish!"
Kaca mobil turun. Di tempat kursi pengemudi, duduk seorang lelaki yang mengenakan seragam SMA.
"Lo! Masuk, hujan deres!" titah si siswa SMA tersebut.
Jenna meliriknya sekilas. "Siapa kamu?"
Tidak menjawab, melainkan hanya menurunkan kacamata hitamnya. "Masuk!"
"Arka? Gak mau!" tolak Jenna dengan nada yang sangat yakin.
"Oh, oke." Arkana sudah bersiap ingin kembali melajukan mobilnya. Namun, Jenna menghentikannya.
"Tunggu, aku masuk!" Tidak ada pilihan lain, selain ikut menumpang di mobil Arkana. Hujan semakin deras dan angkot yang tidak kunjung datang. Jenna takut di rumah, dia akan kena marah.
Setelah Jenna masuk, mobil Arkana langsung melaju kencang.
"Woy, gila ya kamu. Mau mati? Ini hujan, jangan ngebut." Tangan Jenna secara spontan berpegangan erat.
"Jangan dekat-dekat dengan Bara."
Jenna menoleh tidak mengerti. "Maksud kamu?"
"Gue gak mau temen gue deket sama cewek mirip kunti kayak lo." Sarkas Arkana.
"Siapa yang deketin Bara. Gak ada lagi." Arkana melirik Jenna. Lalu, menginjak rem.
"Kalau sampai gue liat lo deket dengan semua temen gue. Urusan lo sama gue. Sekarang, turun!" Titah Arkana.
Jenna hanya terdiam dengan mulut menganga. "Turun? Lo serius?"
"Turun atau lo mau mati." ucap Arkana dengan tatapan yang begitu tajam. Jenna pun akhirnya turun, dia tidak mau diajak mati oleh Arkana.
Setelah Jenna turun, mobil Arkana melaju dengan kencang membelah jalan.
"Bagus deh aku turun. Dia nyetir mobil kayaknya kerasukan." gumam Jenna. Dia pun kembali berteduh karena hujan yang masih cukup deras. Emang sialan si Arkana itu, pikir Jenna.
°°°
BERSAMBUNG--
JANGAN LUPA LIKE, KOMENTAR, DAN VOTENYA YAA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
NaRa
kalau sekarang aku lagi hectic bangettt nii, tp insyaallah mendekati lebaran aku bakal up lagi yaa!! steytun/Smile//Kiss/
2025-03-11
0
🐌KANG MAGERAN🐌
ceritanya seru... kapan up lagi kak?
2025-03-11
0