3. Mampir ke Toko Buku

"Ahh sudah lama sekali aku nggak ke sini. Adimas tau aja tempat yang di sukai para cewek-cewek!" ucap Natalie sambil menunjuk patung yang memakai gaun bewarna hitam selutut.

"Lihat itu, cantiknya ... aku ingin beli itu! Ayo ahh ke sana!" kata Natalie langsung menyeret Sisi menuju toko baju. Sisi sebenarnya enggan sekali beli baju dan melihat-lihat baju di mall. Dia lebih suka ke toko buku dan membaca buku sepuasnya di sana. Sudah sejak kecil Sisi hobinya membaca buku novel dan komik. Sampai-sampai di rumahnya dipenuhi dengan buku novel dan komik.

Natalie mencoba gaun yang dipakai patung tersebut. Setelah mencobanya Natalie menunjukkan kepada Sisi dan temannya. Gaun tersebut terlihat sangat cocok dipakai Natalie, sampai banyak pelayan toko mengatakan, "Natalie kamu sangat cantik". Begitu juga dengan Adimas yang tiba-tiba terpaku melihat kecantikan Natalie. Namun tidak membuat Adimas mengalihkan pandangannya terhadap Sisi kekasihnya.

"Si, kamu nggak mau mencoba salah satu gaun di sini??"

"Ogah, aku dah banyak gaun di kamar!"

"Ah, kamu nggak seru deh! Pasti yang banyak di kamarmu novel sama komik. Aku ambil yang ini ya kak," ucap Natalie memasuki ruang ganti. Karena yang dikenakannya harus dibungkus.

"Baik kak."

"Kamu yakin nggak mau nyobain gaun?! Bagaimana kalau aku yang memilihkan gaun buat kamu?" tawar Adimas yang berharap melihat Sisi memakai gaun yang diinginkannya.

Sisi menatap lekat kedua mata kekasihnya itu yang tampak terlihat jelas menginginkan Sisi menuruti keinginannya. Padahal didalam hati Sisi males banget.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama nanti aku bosan."

Akhirnya Adimas tersenyum merekah mendengar Sisi menyetujuinya. Adimas berjalan dan mengelilingi seisi toko gaun tersebut untuk memilih gaun mana yang cocok untuknya. Adimas ingin melihat Sisi mengenakan gaun yang sedikit terbuka. Entahlah bayangan apa yang sedang menghantui Adimas saat ini. Ia terus membayangkan Sisi mengenakan gaun yang diinginkannya.

Tak sampai 15 menit Adimas berkeliling toko, akhirnya ia menemukan gaun yang cocok untuk Sisi. Sebenarnya dalam penglihatan Adimas, Sisi cocok memakai apapun. Tapi kali ini Adimas ingin melihat Sisi tampil sedikit berbeda. Sedangkan Sisi menahan rasa kesal dan bosan karena harus mengikuti Adimas ke sana kemari.

"Sisi, ini dia! Ini sangat cocok sama kamu. Coba kamu cobain?"

"Bungkus aja, aku males ah nyobain kayak gituan!" ucap Sisi kemudian memperhatikan model gaun yang diberikan Adimas. Sisi mengerutkan kening dan sedikit kesal kepada Adimas.

"Apa ini! Gaun apa ini?! Aku nggak mau ahh pakai gaun ini!" ucap Sisi kesal dan langsung mengembalikannya kepada Adimas

"Tapi gaun ini bagus dan cocok sama kamu Sisi?!" terang Adimas penuh harap.

"Nggak mau ah pokoknya aku nggak mau titik! Gaun apaan tuh sama sekali aku nggak suka!"

Adimas sedikit manyun dan kecewa. Padahal dia berharap sekali saja bisa melihat Sisi memakai gaun seperti itu, meski tak harus dipakai saat berpesta.

"Adimas? Kalau Sisi nggak mau sama gaun itu, lebih baik berikan padaku saja!" kata Natalie tersenyum yang secara spontan membuat Adimas dan Sisi terkejut.

"Eh enak aja, Adimas ini beli buat aku mau kamu ambil nggak boleh!" ucap Sisi tiba-tiba merasa takut seketika.

"Bungkus!" ucap Sisi kepada Adimas yang tiba-tiba berubah pikiran.

"Nggak mau dicoba dulu?" kata Adimas dan Dion penuh harap.

"Apa sih kalian berdua ini! Kok pengen banget ya aku nyobain gaun itu. Lain kali aja deh, sekarang aku lagi males. Atau kalau ada acara pesta aku pakai!" terang Sisi melototi mereka berdua. Membuat mereka berdua merinding melihat ekspresi Sisi kalau sedang marah.

Jam sudah menunjukkan pukul jam 15.00. Setelah berkeliling dan membeli ini dan itu, mereka semua merasa lapar. Dan pada akhirnya mereka mengunjungi restoran kecil klasik dan cukup berkelas dimana restoran tersebut adalah tempat favorit anak-anak muda. Dan bisa dikunjungi dan dinikmati untuk kelas menengah ke bawah sampai kelas menengah ke atas. Tentunya ada tempat VIP bagi kalangan elite dan lebih privasi.

Ada berbagai macam menu di sana. Dari makanan ringan seperti dessert dan makanan berlemak juga berserat. Begitu juga dengan minumannya. Yang paling disukai anak-anak muda di sana adalah es teller yang nggak pelit sama sentuhan buah duriannya.

Sisi dan teman-temannya sangat menyukai es tellernya di sana. Mereka tak hanya memesan es teller saja tapi juga menu-menu ala Jepang seperti Sushi dan Jajangmyeon ala Korea.

"Hmmm ini enak banget ...." Ekspresi Sisi saat menikmati makanan kesukaannya sering kali membuat syok teman-temannya. Mereka melihatnya seakan di sini hanya dunia miliknya seorang dan tak ada seorang pun disekitarnya. Sehingga Sisi begitu cepat melahap semua makanannya tanpa melihat orang-orang disekitarnya. Begitu selesai menghabiskan makanannya barulah ia sadar betapa malunya Sisi tidak dapat mengontrol dirinya di hadapan semua temannya.

Bagi Natalie sama sekali tidak membuatnya terkejut. Dia sudah terbiasa melihat Sisi seperti itu. Karena hanya Natalie yang paling dekat dengan Sisi dari semua temannya di sekolah. Adimas cukup terkejut melihat sisi Sisi yang seperti ini. Untung saja ini adalah ruangan VIP. Jika di tempat umum, Adimas yang sebagai pacarnya pasti sangat malu melihat cara makannya Sisi. Ini baru pertama kali Adimas melihatnya.

"Kenapa kalian ngelihatnya kayak gitu?! Aku sudah selesai makannya."

"Cepat sekali Sisi, kamu hebat!" kata Dion memuji supaya tidak kena semprot sama Sisi. Dion juga sudah terbiasa dengan cara makannya Sisi seperti orang nggak pernah makan. Yang buat Dion ragu, bagaimana dengan ekspresi Adimas betapa terkejutnya dia Sisi seperti itu. Padahal selama dengannya Sisi makan dengan baik, sopan dan anggun. Untuk hari ini, seperti bukan Sisi. Sisi terlihat seperti belum makan selama beberapa hari.

"Eh Sisi, kamu makan yang benar dong! Sampai belepotan gitu di bibir!" celetuk Natalie sengaja dengan senyum jahatnya.

"Sialan! jawab Sisi dengan tatapan tajam pada Natalie dan segera mengambil kaca di dalam tas sekolahnya untuk melihatnya.

Saat Sisi melihatnya segera ia meraih tisu yang ada di meja, namun tiba-tiba tanpa Dion sadari siapa yang berada disampingnya. Dion tanpa berpikir dan melihat ke samping, ia langsung menyeka dan membersihkannya dengan tisu.

"Si, kamu biasa ya tiap makan makanan kesukaanmu selalu belepotan. Bikin repot aja tauk!" ucap Dion lalu tiba-tiba ia sadar siapa yang sedang memperhatikan dirinya dengan tajam sekarang.

"Sayang pulang yuk! Aku bosan nih!" ajak Sisi dengan manja.

"Kok cepat banget sih bosannya?! Teman-temanmu masih ada yang belum selesai tuh makannya. Mereka terlihat masih ingin berlama-lama di sini.

"Masalahnya aku nggak mau lama-lama di sini. Soalnya aku masih ada urusan yang lain! Kalau mereka berdua belum selesai ya udahlah tinggalin aja mereka berdua di sini. Sebagai gantinya makanan yang kalian pesan aku yang bayar!"

"Kamu selalu saja seperti itu! Seenaknya sendiri dan hanya mementingkan diri kamu sendiri!"

"Apaan sih, emang apa masalahnya kalau aku pengen pulang duluan!"

"Lihat tuh, Adimas saja belum selesai makannya!" terang Natalie nggak mau kalah. Sedangkan Adimas hanya diam saja dan males banget berdebat hanya karena hal sepilih.

"Aku nggak apa-apa kok sayang. Mari kita pulang! Kalian berdua di sini nggak apa-apa, kan?"

"Yeah, aku nggak apa-apa nggak masalah kok dim," jawab Dion segera.

"Dasar egois!" kata Natalie kesal.

Sisi tak peduli dengan perkataan Natalie. Dia pergi begitu saja dan menggandeng pacarnya. Dalam perjalanan Adimas mengantar Sisi pulang, Adimas hanya diam saja. Tak mengeluarkan suara sama sekali sebelum Sisi memulai lebih dulu. Sisi pun menyadari sikap Adimas yang diam begini. Namun Sisi tidak peduli. Ini sudah sering terjadi, jadi sikap Sisi menanggapinya biasa saja.

Sisi biasa duduk melihat jalan lewat jendela kaca mobilnya sambil memainkan handphonenya. Tiba-tiba Sisi melihat Toko buku yang biasa dia datangi ternyata masih buka dan ramai pengunjung. Akhirnya Sisi meminta Adimas berhenti sebentar.

"Sayang, stop turunkan aku di sini!" teriak Sisi cukup keras membuat Adimas sedikit panik. Untung saja Adimas tidak langsung mendadak mengerem di tengah jalan.

"Kenapa sih kamu tiba-tiba begini, bikin aku jantungan nggak sih!" ucap Adimas sedikit kesal kepada Sisi. Karena hal seperti ini tidak terjadi sekali dua kali.

"Maaf sayang, di seberang sana ada toko buku yang biasa aku kunjungi. Ternyata sampai sekarang masih buka. Aku dah lama banget nggak ke sana. Turunkan aku di sini saja, kamu boleh pulang!"

(Adimas mengernyitkan keningnya)

"Aku pulang sama kamu, ya seharusnya aku temenin pacarku sampai rumah, kan?! Aku temenin kamu ke sana gimana?!"

"Kamu nggak apa-apa?!"

"Iya aku nggak apa-apa."

"Nggak keberatan?!"

"Aku sama sekali nggak keberatan kok sayang." Adimas mencubit pipi Sisi karena merasa gemas.

"Baiklah, kita jalan kaki saja ke sana. Biar nggak ribet."

Adimas dan Sisi bergandengan tangan menyeberang jalan. Jalanan begitu ramai kendaraan dan hari sudah semakin sore. Sisi dan Adimas memasuki toko buku tersebut dan langsung melihat-lihat buku novel dan komik. Jika ada yang menarik, tak segan-segan Sisi akan langsung mengambilnya dan membelinya.

***

Hallo para reader yang mungkin sudah menunggu lama kelanjutan cerita ini. Mohon maaf sebelumnya author sebelumnya mengalami kendala masalah kesehatan, jadi tidak sempat berfikir dan menulis saat itu. Maaf ya,

Dan ditunggu, like, vote, komen, dan hadiahnya biar makin semangat!

💋💋💋💋❤️

Terpopuler

Comments

Hajime Nagumo

Hajime Nagumo

Akhirnya nemu lagi cerita yang oke banget, terima kasih thor untuk karyanya! ❤️

2025-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!