Luka Di balik Keceriaan

...—Happy reading, and enjoy—...

...•...

...•...

...•...

Di sana. Di bawah pohon rimbun di temani angin sepoi-sepoi hingga membuat rambut hitam kecoklatan itu beterbangan di sekitar wajahnya dengan indah. Gadis yang tak lain adalah Amora Willona itu duduk di tempat yang sudah menjadi favoritnya ketika hendak beristirahat.

Tanpa diminta, memori memori buruk yang sangat di bencinya muncul kembali hingga hampir memenuhi pikirannya, seperti di undang untuk datang. Luka-luka lama terekam jelas di benaknya, luka yang ingin sekali di buang oleh Mora sejak lama.

Tak terasa buliran bening berhasil lolos dari pelupuk mata indahnya, tatapan kosong sama sekali tidak menjamin bahwa di dalam otaknya itu aman aman saja. Mora kuat tapi bukan berarti gak hancur, hingga saat ini masalah keluarga masih menjadi salah satu kelemahannya.

Dari kejauhan, netra Ezra menangkap jelas bagaimana tangan gadis itu naik untuk mengusap air matanya sendiri. Ezra benci pemandangan ini, Ia benci melihat seorang perempuan menangis di hadapannya.

Kenapa hidup ini gak adil, Tuhan. lirih gadis itu dalam hati.

Ada rasa bersalah dalam hati Ezra yang telah mengatai gadis itu. Seharusnya dia berterima kasih kepadanya karena telah menyelamatkan Mama nya dan mau menemani Wanita yang paling dia sayang itu di pondok.

Tatapan kosong mengarah ke depan, wajah yang basah karena air mata yang terus mengalir tanpa henti, serta memori buruk yang terus berputar di benaknya. Hingga kehadiran seseorang membuatnya tersadar dan buru-buru menghapus air matanya.

Gadis itu menoleh melihat siapa yang duduk di sampingnya. Seketika raut wajah yang tadinya sendu berubah garang setelah melihat Ezra dengan santai duduk di sampingnya. Jarak mereka sekitar lima jengkal.

"Ngapain lo?!" Suara khas setelah menangis terdengar jelas ditelinga Ezra. Ia tidak menyukai itu.

"Nangis aja, gak apa-apa ko. Kadang manusia butuh nangis untuk meluapkan semua yang dia rasa. Gue emang gak tau apa yang terjadi sama lo tapi dari mata lo gue tau seberapa sakit apa yang lo rasain," ucap laki-laki itu. Percayalah Ezra mengatakan itu dengan tulus.

Mora sedikit terkejut. Merasa ada yang aneh dengan laki-laki di hadapannya ini. Gadis itu tak sengaja memperhatikan wajah Ezra dengan seksama dan menyadari bahwa Ezra memang tampan, untung saja dari Ezra berkata-kata tadi wajahnya menghadap ke depan.

"I feel you, Mora," sambung Ezra beralih pandang ke arah samping.

Kedua netra tak sengaja bertatapan selama beberapa detik hingga akhirnya Mora memalingkan wajahnya lebih dulu. Sedangkan Ezra masih memandangi gadis itu.

Kejadian kemarin membuatnya bersalah karna telah mengatai gadis yang menurutnya menyebalkan tapi ternyata Ia menyimpan banyak luka. Dapat dilihat dari matanya, Ezra bisa merasakannya.

"Gak usah sok perhatian, gue tau lo cuma kasian sama gue!" Tegas Mora mengandung tekanan disetiap kata-katanya.

Ezra masih setia memandangi wajah gadis yang masih terlihat basah karena air mata.

"Kayaknya lo gak bakal percaya kalau gue bilang gue peduli sama lo?"

Mora menatap mata Ezra menerawang untuk memastikan kebohongan di matanya, namun ternyata nihil. Mora tidak menemukan kebohongan disana, gadis itu bahkan merasakan ketulusan dari Ezra, orang yang beberapa hari ini sudah masuk ke daftar musuhnya.

"Kalau lo butuh tempat cerita gue siap dengerin semua cerita lo, tapi kalau lo gak mau, atau gak percaya sama gue itu gak masalah. Gue tau gue orang baru di hidup lo, gue cuma mau bilang sama lo apapun masalah lo seberat apapun masalah lo tetap semangat," ucap Ezra dengan lembut. Ia tau caranya berhadapan dengan perempuan yang tengah berhadapan dengan lukanya.

"Banyak hal yang belum lo cobain di dunia ini dan gue yakin lo punya banyak keinginan besar yang belum terpenuhi sekarang. Itu sekarang, kita gak tau nanti! Jadi, jangan bosan untuk menunggu hari esok kita gak bakal tau kebahagiaan apa yang di janjiin sama tuhan setelah luka yang kita dapetin hari kemarin." kata-kata Ezra benar-benar berhasil menembus dinding kokoh gadis itu, Mora terharu sekaligus sedih.

Tutur kata lembut dan nasehat dari Ezra adalah hal yang dulunya Ia harapkan dari sosok seorang Ayah. Gadis itu tertegun mendengar penuturan laki-laki di sampingnya itu, kata-katanya berhasil masuk ke dalam relung hatinya hingga membuatnya terus terdiam sembari memperhatikan wajah Ezra.

"Gue kesini gak ada maksud lain atau seperti yang lo sebutin tadi, karna gue kasian sama lo? Itu nggak sama sekali. Gue kesini mau minta maaf sama lo karena masalah beberapa hari yang lalu termasuk karna gangguin lo sama ponakan lo dan yang kemarin, gue minta maaf karena udah sempet marahin sekaligus kesel sama lo padahal niat lo baik nolongin nyokap gue. Makasih, udah mau temenin nyokap gue di pondok dan jadi temen ceritanya dia," ungkap Ezra panjang lebar, nada bicaranya masih terdengar lembut di telinga.

Sepertinya gadis itu salah paham dengan laki-laki di sampingnya ini. Mora sempat berfikir bahwa Ezra adalah orang yang menyebalkan tapi ternyata Ia salah, bahkan di saat Ia sendiri hanya laki-laki itu yang berhasil membuatnya tenang dan merasa di pedulikan.

Tak di sangka Mora refleks tersenyum kecil, samar terdengar di telinga Ezra. Laki-laki itupun tak menyangka bahwa gadis yang kemarin sangat menyebalkan dengan wajah yang terlihat garang bisa semanis ini di matanya.

"Lo ketawa?" tanya Ezra.

"Emang gak boleh?" Ezra pun ikut tertawa kecil mendengar pertanyaan gadis itu.

"Boleh, tapi kayak aneh aja lo bisa ketawa sama gue," jawab Ezra tenang.

"Gue juga minta maaf karna udah gak sopan sama lo waktu itu, tapi serius deh, gue waktu itu mancing mau nyari lauk mau makan tapi suara lo kegedean jadi ikannya pada kabur. Alhasil ikan gue cuma tiga itupun ukurannya kecil buat di bagi dua sama ponakan gue, soalnya kita gak bawa lauk dari rumah." Apa yang di bilang Mora memang benar adanya. Selain mencari ketenangan dan hobi, Mora memang sengaja mencari lauk untuk bekalnya yang mereka bawa dari rumah.

Raut wajah Ezra yang tadinya tenang dan sudah mulai tersenyum kini perlahan pudar karna penjelasan Mora. Tidak tega, itu yang di rasakan oleh Ezra sekarang. Laki-laki itu menatap Mora sangat dalam seakan tak menyangka dengan nasib gadis itu.

Setelah mendengar pernyataan gadis itu, Ezra sadar bahwa Ia kurang bersyukur dengan apa yang dia miliki. Bahkan laki-laki itu teringat perkataan Mama nya yang selalu menyuruhnya menghabiskan makanan yang sudah di pesan olehnya agar tidak mubazir karena banyak orang yang belum tentu bisa seenak dirinya. Itu benar! Ia menemukan jawabannya pada gadis ini sekarang.

Entah kenapa mengobrol dengan Ezra membuatnya tenang seolah sudah kenal lama dengan laki-laki itu, padahal mereka baru saja mengobrol dengan santai beberapa menit yang lalu.

"Terus lo gak makan waktu itu?" tanya Ezra hati-hati, Ia akan semakin merasa bersalah jika itu benar.

Mora tersenyum tipis bahkan sangat tipis saat menyadari raut wajah Ezra, "Makan lah, lo pikir gue bakal mogok makan gitu gara-gara gak ada lauknya? Lagian sebelum lo ganggu gue, gue udah dapat tiga ekor ikan dan itu gue bagi sama ponakan gue untuk lauk makan siang," ucap gadis itu. Ya obrolan mereka sekarang lumayan baik sekarang.

"Gue minta maaf,"

"Udahlah, gue juga salah ko."

Gue bisa liat ada kelembutan di dalam diri lo, yang mungkin gak semua laki-laki di dunia ini punya sifat itu. Batin gadis itu.

...—TBC—...

...—To Be Continued—...

...See u next part, guys.(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤...

Terpopuler

Comments

Girl lạnh lùng

Girl lạnh lùng

Ekspektasi tinggi dari pembaca, kenapa nggak update-chapter?!

2025-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!