Hari demi hari berlalu tak terasa sudah berganti bulan . Hubungan Ayu dan Zever makin intens. Setiap weekend pasti Zever ikut Ayu pulang ke rumah.
Hubungan Zever dan keluarga Ayu makin akrab. Kecuali dengan Eka karena jarang ketemu. Entah apa dia orangnya humble dan royal seperti yang dikatakan Ayu, setiap kali datang selalu membawa oleh oleh mahal.
Ibu diberikan tas, baju gamis, bahkan diberikan perhiasan emas berupa kalung. Tentu saja ibu senang bukan main.
Sementara buat bapak, Zever membawakan berbagai tanaman karena bapak hobi sekali berkebun. Kebun belakang rumah nyaris penuh dengan beraneka ragam tanaman. Ada tanaman bonsai buah buahan, ada tanaman hias, bahkan sayuran. Sekarang ibu tidak perlu belanja sayuran, karena di kebun belakang sudah tumbuh berbagai macam sayuran seperti pok coy, cabe, terong, seledri, kangkung, daun sla dan entah tanaman apa lagi, Eka tidak tahu.
Tak ketinggalan si Agung dibelikan handphone keluaran baru yang harganya lumayan mehong untuk ukuran kantong keluarga Eka.
Meski Eka pernah memperoleh hadiah satu milyar dari bapak presiden, Tak mungkin Eka akan membelikan handphone seri terbaru yang harganya selangit.
Uang hasil juara satu, Eka gunakan untuk renovasi rumah. Rumah yang mereka tempati sekarang juga hasil dari jerih payah Eka ikut kejuaraan rock climbing. Eka dengan telaten menabung. Setelah terkumpul, Eka belikan sebuah rumah sederhana. Setelah berhasil menyabet juara pertama di kejuaraan dunia, dan setiap atlit peraih medali emas berhak mendapatkan gift satu milyar dari pemimpin negeri ini, barulah Eka bisa merenovasi rumah ini menjadi layak huni.
Bercermin dari keluarga yang hidup pas pasan, Eka dan keluarga hidup sederhana meski keadaan ekonomi sudah mulai membaik.
Dari hari ke hari, Zever makin akrab dengan keluarga Eka. Lelaki ini sering membawa keluarga Eka refreshing. Dari mulai kuliner ke cafe hingga mengunjungi tempat tempat rekreasi. Tentu saja semua anggota keluarga merasa senang. Siapa yang tak senang diajak wisata kuliner dan healing dengan gratis?
Eka jarang ikut bahkan nyaris tak pernah ikut acara keluarga yang digagas Zever. Pernah satu kali ketika keluarganya diajak Zever dinner di sebuah resto yang mempunyai spot foto instragamable dan view yang indah.
Eka nyaris mati bosan kala itu. Pada dasarnya Eka memang tidak suka berfoto, akun sosmednya saja hanya berisi foto foto saat dia berlaga di kejuaraan. Foto foto itupun berasal dari jepretan coach atau teman satu team. Bahkan Eka nyaris tidak pernah update status atau story.
Eka benar benar bosan saat berada di resto, apalagi mereka hanya menjadi obat nyamuk bagi Ayu dan Zever. Pasangan itu benar benar merasakan dunia milik berdua, yang lain ngontrak. Tak malu mempertontonkan kemesraan mereka, tepatnya Zever yang bersikap sok mesra.
Duduk merapat berdua, menyuapkan makanan ke mulut Ayu, menyelipkan rambut ayu yang tergerai ke belakang telinga, memegang tangan ayu, bahkan mungkin kalau Ayu tidak mencegahnya si Zever akan mencium bibir Ayu. Benar benar tidak tahu malu. Anggota keluarga yang lain sampai jengah melihat mereka berdua. Bahkan bapak sampai berdehem memperingatkan Ayu. Mungkin karena Zever orang bule. Kebanyakan orang bule tak malu untuk mempertontonkan kemesraan, bahkan berciuman di depan umum.
Sejak saat itu, meski Eka berada di rumah, kalau diajak refreshing bersama, selalu menolak. Sementara anggota keluarga yang lain masih mau kalau Zever dan Ayu mengajak mereka keluar bersama. Bapak tak pernah membiarkan Ayu dan Zever pergi berdua saja.
Entah kalau mereka berdua balik kerja di kota Surabaya. Kota Surabaya tempat ayu mengais rejeki. Sementara keluarga yang lain tinggal di kota Malang. Bapak dan ibu tak pernah putus mewanti wanti Ayu agar bisa menjaga diri.
Eka sendiri sudah sering ke kota Surabaya, saat mengikuti kejuaraan yang membela daerah propinsi, para atlit akan berkumpul dan dikarantina di basecamp Surabaya.
Minggu pagi, Eka sedang berada di ruang tamu, memeriksa laporan pembukuan bisnis onlinenya.
Karena di rumah, Eka lebih memilih memakai baju panjang rumahan. Jilbab instannya sengaja tidak ia pakai. Cukup lama Eka memeriksa, meneliti, menulis, dan merekap laporan. Eka tenggelam dalam pekerjaannya. Eka terlonjak kaget, tiba tiba terdengar suara salam menyapanya.
"Assalamualaikum." Sapa Zever yang sudah berdiri di depan pintu yang terbuka lebar.
Eka memekik sambil menyambar jilbab dan buru buru memakainya.
Zever Romano sempat tertegun melihat Eka tanpa kerudung, terpaku melihat rambut hitam panjang bergelombang milik Eka. Di mata Zever, Eka tampak jelita tanpa kerudungnya.
" I'm sorry, maaf maaf mbak Eka." Zever terbata minta maaf karena sudah memergoki Eka tanpa kerudung dan sempat terpesona dengan tampilan Eka.
"Lain kali jangan langsung masuk dong! ketuk pintu dulu kek, jangan langsung nyelonong." semprot Eka jengkel.
"Astaga galak banget mbak Eka." Zever berpikir dalam hati.
"Maaf mbak Eka, saya kira Ayu yang ada di dalam, lagipula pintu dalam keadaan terbuka jadi saya langsung masuk memberi salam." Zever membela diri.
Eka langsung melotot mendengar pembelaan zever," seenaknya saja kalau ngomong, lain kali jangan ulangi lagi, jadi ternoda nih dilihat bukan muhrim."
"Ternoda?" Zever jadi geram," maksud mbak apa ya, saya hanya melihat sepintas, dan tampa saya sengaja, saya juga tidak ngapa ngapain mbak, kenapa mbak menuduh saya menodai mbak Eka?"
Eka makin murka mendengar pembelaan Zever. ia bangkit dari kursi dan menuding Zever dengan telunjuknya.
"Hei kamu, apa kamu tidak pernah membaca dan tahu kalau perempuan berhijab tidak boleh dilihat selain muhrimnya?" Eka berteriak marah.
"Ada apa ini ... Eka kenapa kamu berteriak pada Zever?" ibu tergopoh gopoh datang.
"Tuh Si Zever main nyelonong masuk aja, sedang aku lagi tidak memakai jilbab." Eka mengadu.
"Maaf bu saya tidak sengaja, melihat pintu terbuka saya langsung masuk dan mengucap salam, mana saya tahu kalau mbak Eka ada di ruang tamu dan tidak memakai kerudung biasanya kan mbak Eka tidak pernah berada di ruang tamu." Jawab Zever masih membela diri.
Eka makin nyolot mendengar Zever malah menyalahkannya," suka suka aku dong, mau aku berada di ruang tamu, di kamar, di toilet, bahkan di atas genting terserah aku lah, kan ini rumah aku."
"Ekaaa sudah .. sudah, hentikan, jangan berteriak sama nak zever," ibu melerai," Nak Zever sudah minta maaf padamu, ayo sekarang kamu giliranmu minta maaf padanya karena sudah berteriak tidak sopan."
"Apa minta maaf padanya? Aku tidak mau .. maaf bu kali ini aku tidak patuh pada ibu, aku tak sudi meminta maaf pada orang ini." Eka bergegas membereskan berkas berkas laporannya, langsung ngibrit berjalan menaiki tangga ke lantai atas tanpa pamit.
"Maaf kan Eka ya nak Zever, ndak biasanya loh Eka kasar sama orang, mungkin lagi pms." Ibu menatap Zever dengan rasa bersalah.
"Its oke ibu, tak jadi masalah! ngomong ngomong Ayu du mana bu? " Zever melihat ke atas, berharap kekasihnya turun.
"Ayu keluar sama Agung, tadi sih katanya mau ke car free day di jalan Ijen, sekalian kuliner." ucap Bu Rahayu.
" Tumben nak Zever baru datang, biasanya datang hari Jum'at malam bareng Ayu?" Bu Rahayu bertanya
"Hari sabtu kemarin ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal bu, jadi saya nyusul hari minggu pagi." Zever menjelaskan.
"Nak Zever tidak bawa mobil ya?" Ibu melongok ke halaman depan, tidak ada mobil terpakir.
"Saya naik pesawat bu, kalau pakai mobil gak keburu." Zever menjelaskan.
"Oh naik pesawat ... Silahkan duduk nak, ditunggu aja Ayunya .. sebentar lagi juga pulang, wong Ayunya cuma pingin beli kue rangin di pasar minggu car free day." Ibu mempersilahkan Zever duduk.
"IYa ibu, terimakasih." Zever duduk di atas sofa.
Ibu beranjak ke dalam sambil berteriak." Ekaaaa ... tolong buatkan minuman buat nak Zever!"
"Tidak usah bu, biar saya nunggu Ayu saja." Zever sungkan karena ibu menyuruh Eka.
"Ndak papa nak Zever, jangan sungkan, sudah datang jauh jauh pasti haus." Sahut bu Rahayu.
Masih belum ada sahutan dari Eka.
"Ekaaaaa .. buruan!" Ibu berteriak lagi.
Terdengar langkah menghentak hentak dari arah tangga.
"Dibuatkan minum apa bu?" Eka telah sampai di bawah.
"Biasanya kopi, coba tanya dulu ke nak Seger! ." ucap ibu sambil memasukkan camilan ke dalam toples.
Eka melangkah ke ruang tamu, mukanya tertekuk jengkel. Masih merasa mengkal pada Zever.
"Mau minum apa?" Nada suara Eka ketus.
"Mbak Eka galak banget! kalau boleh teh lemon dengan es sedikit ya." Pinta Zever.
Eka menatap zever dengan sengit," ini bukan warung ya, bukan cafe!"
"Lha situ yang menawarkan minum apa?" Zever nyaris terkekeh melihat sikap Eka.
"Tapi yang tahu diri dong, jangan seenaknya request! yang ada jeruk nipis, mau tidak teh jeruk nipis tanpa gula dan es, karena lagi gak punya gula dan es." Eka masih nyolot.
Zever tak bisa menahan tawanya. Di mata Zever, Eka terlihat lucu.
"Dih malah ketawa." Eka makin jengkel.
"Teh manis biasa aja mbak Eka, maafkan saya sudah membuat tidak nyaman mbak." Sekali lagi Zever meminta maaf.
Sambil melengos Eka masuk kembali ke dapur.
"Kamu itu Kaa mbok ya jangan galak galak toh pada nak Zever, dia itu orang baik, calon suami Ayu, bersikap lah yang baik!" Bu Rahayu menasehati, wanita itu masih berkutat memasukkan cemilan ke beberapa toples.
"Memangnya saya pernah berbuat tak baik pada Zever ... gak pernah kan?" Eka mengomel.
"Hadeuh kamu ini, setiap dinasehati selalu membantah! pokoknya kamu tidak boleh berkata kasar sama nak Zever, titik!" bu Rahayu menatap Eka dengan tajam.
"Dih yang sudah dikasih sogokan kalung emas, dibela teros." balas Eka.
Eka langsung mendapat tabokan di lengannya. Eka menggosok lengan yang ditabok bu Rahayu, lumayan terasa sakit. Meski kesal, Eka tetap membuat minuman es teh lemon seperti permintaan Zever.
Ibu melangkah ke depan sambil membawa toples toples berisi cemilan. Bu Rahayu meletakkan toples toples tersebut di atas meja.
"Silahkan di makan nak Zever kue kuenya, sambil menunggu minumannya datang .. ibu ke depan dulu ya,mau menjaga warung." bu Rahayu berpamitan.
Zever mengangguk sambil tersenyum sopan.
Tak lama Eka datang sambil membawa minuman. Tanpa basa basi Eka meletakkan minuman di atas meja dan langsung ngacir.
"Terimakasih minumannya mbak." Seru Zever
"Dasar si paling pendendam." Zever ngedumel, Eka tak merespon ucapan terima kasihnya.
Zever mengambil gelas saji yang berisi es lemon tea. Teh lemon buatan Eka terlihat segar dan menggoda. Di pinggiran gelas, dihiasi jeruk lemon. Persis seperti sajian minuman di cafe. Zever sejenak mengagumi tampilan es lemon teh di tangannya. Biasanya Ayu menyajikan minuman dalam cangkir biasa. Zever segera meminum seteguk teh dari gelas di tangannya, ia memang sedang haus.
"Es teh lemon ini segar sekali! takarannya pas tidak terlalu manis, nikmat sekali rasanya tidak kalah dengan minuman di cafe." Zever memuji.
"Dasar si pendendam, tadi bilangnya gak ada lemon dan es, eh ternyata malah dibuatkan es teh lemon, benar benar pemarah mbak Eka ini, padahal aku tak sengaja melihat dia tidak pakai hijab." Dalam hati Zever mengomel.
"Tapi minuman buatannya benar benar nikmat." Zever kembali meneguk es teh lemon buatan Eka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments