Untuk para kawula muda, biasanya weekend digunakan untuk bersantai atau keluar malam mingguan. Tetapi semua itu tidak berlaku Buat Eka. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, Eka masih berkutat di tempat latihan. Melatih kekuatan tangan dan kaki, kecepatan dan kelincahan memanjat wall sampai mencapai waktu yang diinginkan. Peluh sudah membasahi dahi dan tubuhnya.
Eka terus berlatih tanpa kenal lelah. Ia harus mencapai rekor waktu tercepat. Dengan harapan, saat nanti waktu tanding, Eka bisa juara dengan waktu seminim mungkin. Kalau bisa ia ingin memecahkan rekor atlit rock climbing di dunia. Pukul delapan pas, Eka menyudahi latihannya.
Eka mencuci tangannya yang masih kotor karena bubuk magnesium sampai bersih. Lalu menyeka peluh di dahi dan wajah. Setelah peluhnya hilang, ia membasuh mukanya sampai bersih. Tak lupa Eka merapikan jilbab instannya yang sedikit morat marit. Setelah selesai dia berpamitan ke coach dan rekan rekan seprofesinya.
" Gak ikut malam mingguan bareng bareng kita Ka? kita mau ngopi ke cafe sambil nikmati live music." Ajak Arya sesama rekan atlit di club Federasi panjat tebing.
" Hehehe gak mas Ar.. mau langsung pulang aja, sudah ngantuk." Jawab Eka.
Arya terlihat kecewa mendengar jawaban Eka. Ingin sekali ia bisa ngobrol dekat dengan Eka diluar latihan. Tapi tak pernah kesampaian. Tadi ia berharap Eka mau ikut ngafe. Di cafe nanti, ia ingin mengajak Eka duet nyanyi. nyanyi lagu cinta. Pasti ia dan Eka akan terlihat sebagai pasangan yang romantis. Sudah lama Arya naksir Eka.
"Daaa semuanya.. met weekend.. Assalamualaikum." Eka berpamitan.
"Waalaikumsalam." Arya dan yang lain menjawab bareng.
Semilir angin menerpa wajah Eka yang sedang mengendarai motornya menuju arah pulang. Sambil bersenandung pelan untuk mengusir kantuk yang mulai menyerang, akibat rasa lelah .. Eka melajukan motonya dengan kecepatan sedang.
Tiga puluh menit Eka sampai di depan rumahnya. Pagar rumah Eka terbuka lebar, ada sebuah mobil mewah terparkir di halaman depan rumah. Eka melajukan motor miliknya masuk ke halaman. Setelah parkir dengan rapi, Eka melepas helm sambil memandang mobil mewah yang terparkir di sebelah motornya.
"Hmmm ada tamu rupanya, siapa ya? mobilnya keren dan mewah." Eka membatin sambil menaruh helm di atas gagang spion.
Terdengar obrolan dan canda tawa di di dalam rumahnya. Suara tawa Ayu yang lebih mendominasi. Tampaknya Adiknya Eka sedang berbahagia.
"Ouw Ayu pulang rupanya, mungkin itu tamu ayu." Eka menerka dalam hati.
"Assalamualaikum" Eka mengucap salam.
"Walaikumsalam." Penghuni rumah menjawab salam Eka berbarengan.
Eka masuk ke dalam rumah. Matanya menyapu orang orang yang duduk di ruang tamu. Mata Eka terpaku pada sosok laki laki bule yang baru kali ini dilihatnya.
"Mbak Ekaaaa... aku kangeeen ..." Ayu menghambur memeluk Eka.
Si lelaki bule menatap interaksi Ayu dengan wanita yang baru datang dengan ekspresi datar.
"Dih lebay." Eka menyambut pelukan Ayu.
"Malam amat sih pulangnya mbak, mau ada persiapan kejuaraan yang akan diikuti ya?" Ayu mengurai pelukannya.
"Gak ada Yu, aku latihan seperti biasa! kalau weekend latihan kami memang panjang hingga malam." Eka menjelaskan.
"Ish .. ish mbakku ini.. kalau weekend dipakai latihan melulu, kapan mbak Eka menikmati masa muda kalau setiap kerja dan latihan melulu." Bibir Ayu mengerucut.
" Hei jangan salah ya ... aku menikmati loh aktivitas latihan! Dengan berlatih aku bisa bahagia meski lelah dan berat." Ralat Eka.
"Yaelah mbak yang Ayu maksud bukan itu ... sekali kali kek weekend buat pacaran! ngedate mbak ... ngedate sama cowok." Ayu memprotes.
" Ndak tahu kakak kamu ini Yu .. hari harinya habis untuk latihan aja .. ya mbok sekali kali refreshing, ibu ingin melihat kakakmu mengajak kekasihnya datang ke rumah ini." Bu Rahayu menyela.
Eka hanya bisa menghela nafas. Lebih baik tidak usah menjawab karena akan bertambah panjang perdebatan ini.
"Sudahlah .. aku mau ke atas, ke kamarku untuk mandi, terus tidur." Eka berniat meninggalkan ruang tamu.
"Eh .. mbak Eka tunggu dulu, jangan masuk kamar dulu! kenalin nih teman special Ayu." Cegah Ayu sambil menarik tangan Eka yang sudah mau ngacir.
Ayu menyeret Eka ke arah laki laki bule yang dari tadi hanya memandang interaksi kakak beradik ini.
Laki laki bule itu bangkit dari duduknya sambil mengulurkan tangan ke arah Eka.
"Teman special?" Tanya Eka sambil menatap Ayu masih mengabaikan uluran tangan laki laki bule itu.
"Iya benar .. saya kekasih Ayu.. perkenalkan nama saya Zever Romano.." laki laki bule itu masih mengulurkan tangannya.
Eka mengalihkan tatapan matanya kepada laki laki bule dihadapannya. Memindai laki laki di depannya.
Wajah si bule memang tampan memikat, matanya berwarna hazel, tubuhnya tinggi dan gagah . benar benar seperti mitologi dewa dewa yunani. Rambutnya sedikit gondrong, terkesan macho seperti cowok dari negeri pizza Italy.
"Apa iya cowok bule ini berasal dari Italy?" Eka membatin.
"Eka .. kakaknya ayu." Membalas uluran tangan Zever.
" Jadi anda kekasih Ayu? saya harap dengan status anda sebagai kekasih jangan pernah mempermainkan Ayu, apalagi menyakitinya .. berlakulah sebagai laki laki sejati yang memperlakukan perempuan dengan baik! jika anda hanya mempermainkan dan menyakiti Ayu, akan kukejar anda, meski harus ke kolong semut sekali pun." Eka menatap lelaki di depannya dengan tajam.
Zever terpaku mendengar ancaman Eka, buru buru Zever menjawab," tentu mbak Eka .. saya berjanji tidak akan mempermainkan Ayu ... saya benar benar mencintai Ayu."
" Bagus .. dan buktikan kata kata anda." Eka Masih dalam mode mengancam.
"iih mbak Eka .. apaan sih .. kami juga masih taraf penjajakan kok mbak! jangan serius gitu dong! Kak Zever maaf ya .. jangan diambil hati omongan mbak Eka." Ayu ngedumel.
"Kakakmu benar Ayu .. bapak juga tidak suka kalau ada laki laki yang mempermainkan mu apalagi sampai menyakitimu .. hati hatilah dalam berhubungan dengan lelaki." Bapak menyela omongan.
"Saya sedikitpun tidak ada niatan untuk mempermainkan anak bapak." Zever menjawab," saya akan selalu berusaha bertanggung jawab."
"Ya .. ya .. sudahlah .. ayo jangan tegang, kita lanjutkan obrolannya." Ibu menengahi.
Eka melanjutkan langkahnya menuju tangga ke lantai dua rumahnya.
"Hmm ... ketus dan tegas kakaknya Ayu ini, sepertinya restu mbak Eka agak sulit mendapatkannya." Zever menatap punggung Eka.
" Jangan diambil hati ya kak omongan mbak Eka .. dia emang posesif sama kami adik adiknya... jangankan aku yang cewek .. sama Agung yang cowok aja mbak Eka posesif banget." Ayu menyenggol lengan Zever yang tak berkedip memandang Eka yang sedang berjalan menaiki tangga.
"Its oke ayu .. I am fine .. begitulah keluarga harus saling memperhatikan." Zever tersenyum.
Eka sudah sampai di kamarnya di lantai atas. Menaruh ranselnya. lalu masuk ke kamar mandi. Eka berdiri di bawah shower. Membasahi tubuhnya dengan air hangat yang memancar dari shower. Eka merasakan kesegaran menerpa tubuhnya.
Selesai mandi Eka mamakai piyama tidur. Rambut basahnya ia keringkan dengan handuk. Sambil menepuk nepuk rambutnya Eka beranjak ke balkon kamar. Eka menatap langit malam bertabur bintang. Dara manis ini menghela nafas kasar. Sebentar lagi, kampungnya akan gempar.
Bukan gempar karena ada warga yang kemalingan atau hal lain tapi gempar karena Ayu pulang bersama lelaki bule. Berita lelaki bule pacarnya Ayu akan tersebar luas. Dan ujung-ujungnya, nama Eka akan katut menjadi bahan gunjingan.
Agak lama Eka merenung ... sampai sapuan angin dingin ke kulit tubuhnya menyadarkan Eka dari lamunannya. Eka segera beranjak masuk ke dalam kamar .. menutup pintu balkon, lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Menunggu kantuk datang, Eka mengambil gawainya. Melihat chat wa, sambil mendengarkan musik dari aplikasi musik kesayangannya. Sejurus kemudian Eka tenggelam dalam dunia maya. Entah berapa lama Eka bermain gawainya. Sampai ia menguap, kantuk mulai menghampirinya.
Samar Samar dari bawah terdengar suara mobil bergerak keluar dari halaman rumah, sepertinya si Zever sudah berpamitan pulang. Eka tak perduli. Rasa kantuk makin menguat. Eka sudah hampir terlelap saat pintunya diketuk dengan keras.
"Mbak .. mbak Eka .. aku masuk ya?" Suara Agung adik laki lakinya menginterupsi kantuk Eka.
Belum sempat Eka menjawab Agung sudah menerobos masuk.
"Mbak siapa lelaki bule yang barusan pulang tadi ... buset dah mobilnya keren habis ... mobil mewah itu." Tanya Agung antusias.
Eka masih mengantuk, berusaha mengumpulkan nyawanya untuk menjawab pertanyaan Agung.
" Kenapa gak tanya ke bapak atau ibuk... atau Ayu yang lebih tahu?" Eka menguap
"Bapak dan ibuk suruh tanya ke mbak Ayu .. mbak Ayu kutanya jawabnya kepo ... ayoo dong mbak Eka siapa dia?" Desak Agung.
"Pacarnya Ayu." Jawab Eka singkat.
" Wuiiih ... gilak mbak Ayu ya ... dapat bule tajir." Seru Agung.
"Sudah sana keluar ... mbak mau tidur .. dah ngantuk nih." Usir Eka.
"Yaaa gak seruuu .. ayo dong mbak kita ngebahas pacarnya mbak ayu.. aku kepo nih." Jiwa kepo Agung meronta.
" Ya bahaslah dengan Ayu sana kenapa dengan mbak Eka .. mbak gak tahu apa apa Gung... sudah sana pergi ke kamarmu! tidur jangan main game melulu." Eka mendorong Agung keluar.
Agung melangkah keluar sambil ngedumel.
"Eee ... sebentar Gung! darimana kamu .. sudah malam baru pulang .. jam berapa ini .. kamu gak melakukan sesuatu yang aneh aneh kan?" Eka menyelidik.
"Ya enggaklah mbak .. Agung latihan musik, belajar main organ sama teman teman." Agung berhenti melangkah.
" Belajar musik di mana ?" Eka bertanya lagi.
" Di rumahnya Abian mbak." Jawab Agung.
" Di mana rumahnya?" Cecar Ayu
" Di daerah polehan ... gak nanya sekalian RT RW nya ... siapa nama bokapnya Abian?" Agung menatap kakak sulungnya dengan jengkel.
Eka terkekeh mendengar jawaban Agung. Dirinya memang protektif pada kedua adiknya. Jangan sampai mereka melakukan perbuatan yang melanggar norma. Jaman sekarang, banyak pergaulan anak muda yang salah arah.
"Kalau bersepeda hati hati .. jangan ngebut .. jangan suka nyalip truck." Nasehat Eka.
Sebelum nasehat Eka lebih panjang kali lebar Agung segera melesat keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments