~Sepertinya tambah memory~
Lili
"Siapa apa ya? Kalau omong yang jelas dong!" Balasku pura-pura tidak mengerti
Melly
"Itu loh, cowok jemputan kemarin!"
Aku tersedak batuk, tidak menyangka orang akan berterus terang padaku karena aku mengira dia akan merasa jengkel. Lebih buruk lagi, dia tambah bersemangat saat aku menyangkal pernyataannya.
Lili
"Dia tukang ojek langganan!"
Melly
"Enak ya, tapi kok orangnya masih muda ya"
Lili
"Karena dia temanku!"
Melly
"Udah punya pacar belum? Kenali dong, lain kali jodohku!"
Lili
'jodoh pala mu!' batinku.
Lili
"Sorry, mungkin dia punya pacar juga!"
Kebingungan aku, sebenarnya mengatakan antara kebenaran dan kebohongan kali ini. Akan tetapi, sesuatu yang pasti aku tidak ingin memperkenalkan gentala.
Gentala
"Bisa-bisanya, kamu kenalin orang seperti alien itu, Padaku?" Tanya gentala dalam imajinasi lili dan terus berlanjut hingga pada adegan gentala meninggalkan lili karena pacarnya.
Lili
'hatiku terasa sakit, meski hal tersebut tidak terjadi pada kenyataannya' batinku.
Melly
"Kalian pacaran ya?"
Lili
"Nggak, aku nggak punya pacar!"
Melly
"Bohong! Kapan jadian?"
Lili
"Kalau bener, kami pacaran terus kenapa?" Tanyaku terasa jengkel ditanya terus.
Lili
"PJ apaan?" Tanya aku heran tidak memiliki pengalaman tentang sesuatu hubungan.
Jonathan
"CK, Pajak Jadian!!"
Lili
"Pacaran juga perlu bayar pajak ya?" Tanya aku kaget berpikir pemerintah pasti tidak menyetujui pacaran padahal yang aku ingat.
Melly
"Ya lah, di tunggu traktiran ya lili!" Ucapannya sambil menepuk bahuku.
'Hadeh, ternyata minta ditraktir toh. Aku kira apa, negara lain yang populasinya sedikit berkurang bukan berada di negara ini' batinku menghela napas karena berbeda sekali dengan negara yang aku tempati malah sangat meningkat pesat anak-anak.
Walaupun begitu, aku tetap positif kepikiran bahwa tidak buruk juga untuk mentraktir orang-orang telah berkerja keras denganku. Anggap saja, ucapan rasa syukur telah diterima kerja dan sedekah untuk diri sendiri pada orang lain.
Setelah aku belanja lagi, kali ini secara online dengan memikirkan secara serius uang yang aku punya dan berpikir aku perlu diet juga, sebab gentala adalah orang yang sering bawel terhadap makanan.
Selama aku punya alasan untuk tidak jajan, mungkin dia juga akan berhenti rewel karena tidak mungkin juga dia mau traktir aku terus.
Semua orang yang aku traktir berterima kasih di tempat kerja, bahkan mendoakan aku untuk langgeng pada hal yang aku kira mereka salah mengira hubungan yang aku maksud.
Seperti aku tersenyum menganggap teman, lain halnya dengan mereka mengira pacar. Tidak ingin merusak suasana hati, aku lebih memilih diam saja.
Waktu tidak terasa berjalan begitu cepat, aku tetap merasakan semangat dalam diri. Sesudah sampai rumah, bukannya rebahan seperti kebiasaan dan aku malah menari di halaman rumah yang ada taman.
Tanpa alunan lagu tapi terdengar ada dalam jiwa seolah telah merekam lagu-lagu yang sangat begitu pas dengan suasana hati.
Setiap gerakan terasa elok dan aku sambil membayangkan gerakan apa yang akan aku lakukan selanjutnya, berhenti.
Aku terdiam sejenak menatap gentala, berdiri diam ditempat dia bisa melihat aku yang tidak mengetahui kapan keberadaan.
Seolah-olah menyadari apa yang aku lakukan, gentala berniat pergi tapi aku mencegahnya pergi dengan memeluk dari belakang dan dengan nada manja.
Lili
"Tolong, temani aku bermain ya?"
Gentala begitu jelas kebingungan terlihat dari kediaman dan aku pun, tertawa saling berhadapan. Aku mengambil tangannya, biarkan aku mengelilingi dari lengan dan berputar-putar hingga tidak sengaja terjatuh.
Untungnya dia sigap menangkap aku, pada akhirnya kami menari bersama saat fajar seolah malu dengan apa yang kami lakukan.
Kami tidak berhenti, kegelapan malam tanpa cahaya tidak bisa menghentikan kami untuk menari dan bernyanyi alas-alasan. Mencapai puncaknya akan kepuasan, aku pikir kami bersenang-senang tapi tidak menyangka hanya aku yang bergembira diri.
Lili
"Wong do you, aku menatap kau!"
Lili
"Les me go, kau tidak akan bisa memiliki ku~"
Tarian terus berlanjut hingga tidak sadar ada yang mengamati, entah yang lihat seekor burung sekedar lewat atau kucing kecil yang tersesat.
Aku memberi sentuhan agar kamu bisa menangkap aku sekarang, lemah tidak berdaya tapi berusaha kuat diantara kesendirian tanpa dirinya.
Biarkan putaran demi putaran menguasai hati yang begitu gelisah, diselidiki setiap asa apa yang aku miliki sekarang.
Lili
"Biarkan aku menjadi milikmu, seutuhnya~!"
Wajah cantik yang penuh keringat disertai, hembusan angin dingin yang kuat dan aku menatap penuh rasa haus akan hasrat.
Aku membiarkan pria yang didepan aku, menopang bagian belakang tubuh ku sementara aku menyentuh wajah tampan dalam rangkuman tangan milikku.
Perlahan-lahan aku mengetuk pundaknya, mengunakan jari-jari yang terasa lentik dan dia menatap bagian mana yang aku sentuh. Seberapa menyenangkan untuk mencoba, pria yang sekarang begitu pendiam ini.
Lambat Laun, dia terlihat begitu lelah tapi masih bertenaga dan saat aku mendekati wajahnya. Seolah mengetahui apa yang aku coba lakukan, dia mendorong mendudukkan aku yang termenung.
'aku mengira gentala tidak tertarik padaku, tidak mungkin bagi kami bersama karena dia sudah punya pacar' batinku melamun.
Gentala pergi tanpa mengatakan sepatah katapun, melebihi rasa sakit setelah dibuai kesenangan yang aku nikmati sekarang dan perasaan terjatuh dari ketinggian ini.
Aku menyadari perasaan aku terhanyut pada saat bersama gentala serta aku suka, tidak ingin kehilangan dan tidak berdaya ini.
'Maafkan aku, telah menyukaimu' batinku pada pandangan udara yang kosong serta bayangan yang ada dalam benakku ini.
Diantara kesunyian yang aku pikir abadi, terdengar bunyi berdering teleponku dan aku mengangkat tanpa keraguan.
Steven
"Apakah anda berniat untuk bergabung bersama kami dik?"
Lili
"Mungkin, salah sambung dan aku masih memiliki pekerjaan. Jadi, tidak berminat untuk menjadi Admin!"
'kirain siapa, ternyata nomor telepon iseng.' batinku setelah mendapatkan nomor tidak dikenal.
Walaupun begitu, berkat hal yang tidak sengaja aku jumpa mengalihkan perhatian yang sempat tadi telah aku lupakan. Jadi, dari mana orang itu bisa mendapatkan nomor orang lain ya dan beruntung aku tidak kena tipu.
Setelah menghela napas sejak, aku melanjutkan kegiatan memasak untuk makan malam sendiri ditemani televisi. Menikmati dalam kesendirian begini, rasa campur aduk yang aku rasakan.
Terkadang aku berpikir seberapa sedihnya, orang-orang yang tidak bisa seberuntung aku yang hidup bisa makan enak dan memiliki tempat tinggal seperti sekarang.
Bahkan berpikir tidak ada yang bisa bertahan hidup seperti aku bila tidak bisa berpikir jenius dan berapa bersyukurnya. Meski, aku cukup membanggakan diri dan sempat tersenyum malu sendiri begini.
Tanpa terasa makan didepan aku telah habis saja, aku melamun dan bersandar pada sandaran sofa dengan membiarkan televisi menyala.
Perasaan kekosongan datang, aku seolah bingung harus melakukan apa tapi tahu dengan kesadaran masih tersisa. Aku males untuk sekedar bicara tapi rasanya, harus mengatakan sesuatu untuk memecahkan kesunyian yang membuat aku terlelap dalam tertidur ini.
Keyakinan akan mimpi membuat aku berhasil memasuki dunia penuh ilusi ini, tidak ada yang nyata sekarang dan aku berada di zona yang tidak termasuk nyata dalam kehidupan ini.
Aku mengintai sekeliling dimana tempat tidak bisa aku datangi, selain berada disini. Hutan yang indah disertai pohon-pohon berwarna ungu yang pernah aku lihat dalam sosial media dan berjalan-jalan di sekitar.
Lalu, aku menemukan pakaian cantik yang sekarang di kenakan dan berharap bisa seterusnya, begini pada pantulan di danau.
Raga terasa begitu ringan seperti aku terbuat dari boneka kapas tapi cukup cantik dalam bentuk patung kaca yang rapuh dan berpikir aku bisa pecah kapan saja.
Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, aku bergegas pergi menemukan keimutan serta keindahan lain yang tidak bisa aku jumpai.
Ada sekor kucing putih bermata biru cerah, ada kelinci putih juga berwarna serupa dan peri yang terbang di sekitar aku lewati, bermacam-macam warnanya.
Kebahagiaan aku rasakan seolah tidak ingin bangun dari mimpi yang terasa begitu asik, saat aku berputar-putar mencoba menari tanpa sengaja aku menginjak sesuatu yang kecil hingga menghancurkan tubuh yang aku miliki.
Terdiam aku termenung tidak menyadari apa yang terjadi, aku coba meneriaki para peri dan hewan-hewan yang aku jumpai untuk meminta pertolongan tapi mereka seolah mengacungkan diriku yang cacat.
Tidak peduli seberapa waktu telah berlalu, ada seseorang yang saat itu melewati aku dan membawa aku bersama dengan tidak berdaya.
Aku pikir akan menjadi panjang dirumahnya, kayak hewan-hewan yang dikeremasi rusa atau kabret beruang dalam tontonan pemburu di kartun.
Comments