Lembar kertas putih baru~
Di perempatan sepi dan begitu sunyi, sepasang kekasih beradu mesra bagaikan merpati tapi untuk orang lain, mungkin dua kucing liar.
Berita tersebut telah mengguncang jiwa, para penikmat alih-alih bersimpati dan perihatin malah kebanyakan bersorak untuk kejayaan era globalisasi halus.
Alice
"Halah.. heboh lagi deh"
Aku mengatakan tanpa alasan jelas sebab, satu-persatu orang-orang seperti bunyi gendang yang di pukul secara brutal tanpa irama dan aku tidak terlalu tertarik urusan yang bukan urusan sendiri.
Jonathan
"Lihat tuh, begini!"
Melly
"Orangnya cantik kok, kelakuan nol"
Meski aku mengerti, ucapan mereka tapi aku lebih memilih diam alih-alih nimbrung karena tenaga aku bisa habis nanti untuk membicarakan hal yang tidak perlu.
Terkadang aku berpikir aku cocok sebagai pria alih-alih gadis dengan kepribadian tertutup dan tampan.
Mungkin, seandainya aku pria pasti banyak gadis yang akan jatuh hati denganku. Meski, aku cukup puas dengan kehidupan ini.
Melly
"Aduh, manis. Hari ini, kau pasti perlu cukup tidur untuk melancarkan aksi mu"
Steven
"Entahlah, kali ini. Enaknya, ngapain ya?"
Dia yang memeluk aku dari belakang dan aku cukup terkejut akan tindakan serta perlakuan manis yang di berikan.
Jonathan
"Bikin malu aja sih!"
Meski, semua hal tersebut ada pada benakku dan seseorang yang sekarang ada dalam pikiran aku sambil berkerja.
Aku bisa fokus berkat memikirkan ia, pekerjaan yang bahkan terasa membosankan telah lenyap karena tidak habisnya dengan beberapa episode.
Norin Ghost!
"Sayang, sesudah ini. Nanti malam.."
Tentu aku berbicara dengan diriku sendiri, seolah memiliki kemampuan telepati dan berbicara akan seseorang pria hantu aku.
Dalam diam, dia akan paham dan mengerti dalam sekali percobaan seperti cenayang.
Jika aku seorang pria sekarang, mungkin aku akan melakukan hal serupa dengan membayangkan seorang gadis seperti aku.
Dalam hal ini, aku melakukan hal serupa dengan kemampuan yang ternyata aku takut sendirian dan bisa berimajinasi seolah hal tersebut telah nyata terjadi.
Lagu yang sesuai suasana hati, seolah pria saya yang meminta ke radio untuk memainkan musik. Katanya, untuk kekasih.
Norin Ghost!
'kekasih yang aku sayangi'
Norin Ghost!
'kekasih yang selalu ada, menemani dalam kediaman serta melewati hari bersama~'
Tentu, semua hanyalah khayalan semata dan seseorang yang begitu sempurna, tidak akan bisa menikah dengannya.
Semua kebaikan terasa bertolak belakang dengan kenyataan yang ada, aku khawatir kebahagiaan sekarang akan direbut waktu.
Lili
"Norin, aku harap kau jodohku dan nyata, apakah aku terlalu egois ya?"
Pikiran tersebut mendadak saja ada, Norin tampak terkejut begitu juga aku. Aku tidak bermaksud begitu, tapi Norin menghilang.
Permainan telah berakhir, aku terdiam dan memang pada kenyataannya, aku tetap diam di antara kerumunan orang.
Masih bingung untuk melanjutkan skenario, aku memilih berinteraksi terlebih dulu pada orang yang nyata ada dalam hidupnya.
Jonathan
"Pacarku akan selalu mengirim pesan kabar, tanda dia itu sayang!"
Steven
"Enak dong- Bro, ngobrol sambil kegelap-gelapan apalagi kalau sudah tahap itu loh gass"
Tersenyum untuk menghargai lelucon terlontarkan, meski tidak lucu dan seberapa kali telah terdengar.
Lili
'ah.. aku ingin dipeluk' batin dalam benakku.
Padahal, seharusnya ia tidak datang dan berpikir marah padaku. Aku merasakan kehangatan meski bukan lewat pelukan aku mau, tapi sinar terpancar lewat jendela.
Tersenyum yang tidak aku tunjukkan agar diam-diam merasakan kesenangan, bayangkan lagi bagaikan Norin yang ada.
Norin diam sambil memelukku, mengecup pipi seolah rutinitas sepasang kekasih dan aku diam seolah menjadi pacar cuek.
Malam hari telah tiba, saat aku berbaring setelah mandi dengan tubuh masih segar dan aku membayangkan Norin lagi. Akan tetapi, dia terlihat cuek sekarang padahal aku membayangkan Norin akan jail.
Walaupun begitu, tidak boleh melupakan bahwa aku adalah pemilik serta hak penciptanya dan hanya aku yang dapat memiliki Norin seutuhnya, ya itu aku.
Mode genit serta centil Alice, kisah hidup baru yang cuma ilusi ada dalam pikiran dan genggam aku ini.
Lili
"Norin, aku mau mengganti kamu" bisik ku.
Seolah terancam Norin mendorong aku pada dinding dan bertanya apa alasannya. Menatap dengan saling memandang, aku pikir sudah membosankan dengan mainan.
Ternyata Norin masih menarik minat bagiku, walaupun sering aku mainkan sesuai rencana serta beberapa adegan dalam hati serta pikiran yang berlangsung cukup lama.
Lili
"Karena kau pasti lelah denganku, kau juga sudah mulai malas meladeni aku. Jadi, aku putuskan!!"
Norin mendekap mulutku, meski aku bisa melawannya. Akan tetapi, aku lebih memilih membiarkan dia mengendalikan untuk mencapai kepuasan yang aku mau.
Norin Ghost!
"Jangan pernah berpikir kau bisa, hanya mengandalkan pikiran saja." Ucapan seolah menusuk tapi tidak akan gentar, lagi pula dia bisa apa.
Norin Ghost!
"Kamu tidak akan bisa melupakan aku"
Lanjutnya seolah mengerti apa yang aku pikirkan dan aku memandang kosong ke bawah. Angin dingin seolah tertiup pada tubuh yang begitu halus dan berbaring.
Aku suka membayangkan Norin, untuk memuaskan hasrat terpendam serta berpikir dia punya beberapa trik dengan sentuhan lembut dan menghangatkan.
Aku paling suka dipeluk dengan selimut, seolah dekapan adalah salah satunya cara agar kami tetap terhubung di antara hangat dan dingin menyejukkan hati.
Perasaan biologis, akhirnya mencapai titik penuh dan melelahkan setelah waktu cukup lama. Norin tidak berpikir begitu, aku tahu karena dia adalah diri aku yang lain dan mungkin, aku saja belum cukup puas.
Lili
'aku ingin perasaan yang begitu diinginkan, aku ingin ada yang bilang bahwa aku cantik dalam keadaan apapun dan aku tidak ingin, terlalu bodoh dalam percintaan'
Mantra apapun tidak akan berhasil, tanpa ada niat yang cukup jelas dan aku bukan penyihir yang berhasil memiliki seseorang.
Bisa membayangkan Norin tertidur lelap, aku menanggung dengan berbagai pikir jahil dan pertama, tentu menyentuh wajah.
Kalau orangnya nyata, bisa timbul jerawat di pipinya dan saat aku berinisiatif mencium, mendapatkan balasan serta pelukan.
Norin Ghost!
"Good morning, baby girl!"
Lili
"Good morning too, My Daddy Norin. I love you"
Norin terkejut sambil tangannya, bertindak mengelus wajah cantik jelita sehabis bangun dan aku hanya bisa menatapnya.
Norin Ghost!
"I love you too." Ucapan pelan khas bangun tidur tidak seperti tadi dan ia duduk berdiri.
Aku terbaring tanpa niat mengikuti Norin, seolah baru menyadari apa yang aku lakukan dan bersikap tidak bersalah.
Lili
"Meow.. aku telah lelah setelah semalam"
Berpose manja dengan satu tangan di wajah dan berkedip sambil memberikan senyuman. Norin tidak marah, tidak akan marah juga karena perasaan membaik kita.
Norin bersandar di sebelah tempat aku berbaring dan berkata sambil tersenyum, tidak apa-apa untuk istirahat.
Dia mengendong aku yang sesuai harapan, tapi aku mengetahui ketidak mampuannya. Aku terpaksa bangun berkat memikirkan Norin, berjalan rasanya masih lemah serta lesu dan terus memikirkan dia.
Dia berjalan di belakang seolah mendorong lembut untukku, segera ke kamar mandi.aku bersikeras untuk menjadi keras kepala.
Lalu, beberapa adegan terlintas dalam benakku hingga langsung saja aku masuk. Mungkin, akan lebih tepatnya Norin heran karena aku mendadak bersemangat.
Walaupun begitu, Jangan lupakan aku terhubung dengan Norin lewat pikiran. Setelah memberitahu dia, seberapa mesum aku dan berpikir Norin tersipu merona malu.
Setelah rutinitas di toilet, aku ke ruangan yang terlihat begitu sepi dan sunyi. Agak sedih tapi aku terbiasa dengan ada Norin serta tidak melupakan seseorang yang masih nyata, Gentala.
Lili
"Gen, ngapain?" Tanyaku yang melihat di luar jendela rumah.
Gentala
"Loh ya, itu pakaian pakai yang bener dong. Mirip gembel aja loh" balasnya ketus.
Lili
"Terserah gue dong, orang aku yang pakai"
Gentala tidak terima dan malah masuk ke rumah seenaknya, aku terkejut sekaligus takut karena tidak pernah disentuh senyata.
Lili
"Asah.. Lo ngapain coba??"
Aku bener-bener tidak mengharapkan ini, di situasi bener-bener digendong oleh orang yang begitu nyata tapi aku suka dan malu.
Lebih memalukan dari pada pipis di celana, aku hanya menutup wajah cantik setelah keluar dari kamar mandi.
Gentala
"Apa-apaan sih loh? Kayak nggak pernah digendong begini, Lo jelek kalau malu!"
Gentala terkejut sedikit dan tersenyum seolah mengejek, tapi itu bener-bener menghilang ketegangan antara kami berdua. meski begitu, laki-laki tersebut cukup lembut untuk membaringkan aku di ranjang dan menatap pekat.
Tidak peduli seberapa banyak aku, bayangkan wajah Norin berapa kali dan adegan yang bisa aku lakukan.
Lili
'sangat gugup, aku takut dipandang segitunya ya' batinku sambil mendorong lembut tubuhnya.
Gentala tidak melepaskan aku, malah mencengangkan pergelangan tangan dan membisikkan.
Gentala
"Apa kamu tau, apakah kesalahanmu?HM?tahu tidak sih, kenapa aku bisa masuk?"
Perasaan merinding dan menggigil dalam jiwa, rasanya ingin berteriak untuk lepaskan.
Hal yang merupakan kebiasaan aku berpikir tanpa sengaja terucap hingga timbul kesalahpahaman dalam benak Gentala.
Tanyanya membuat aku ketakutan, padahal Norin tidak nyata dan aku akan dianggap gila dalam benak Gentala. Akan tetapi, tunggu sebentar.
Lili
"Bener, kenapa? Cemburu ya?"
Tanyaku kali ini, takut bercampur paniknya aku tapi mungkin tidak terlihat dimatanya. Nada yang aku keluarkan begitu tenang, seolah kebenaran tapi di selimuti bohong.
Setelah itu, Gentala berdiri tanpa mengatakan apapun dan pergi dari hadapan seolah tidak ada yang pernah terjadi.
Aku terbaring lemas di ranjang sambil menatap atap ruangan dan menyelusuri, setiap detail hingga yakin aku sendirian berada di kamar.
Menutup mata sejenak dan Menganti pakaian, hal tidak terduga terjadi ada hembusan angin dingin saat aku telanjang.
Bisa aku bayangkan hanya Norin cemburu, mengeluarkan aura dingin menggenggam botol minuman hingga pecah seperti karakter yang pernah ada dalam benakku.
Tanpa sepengetahuan dariku, Gentala ternyata belum pergi dan malah berada di depan pintu seolah menunggu aku.
Kami tidak mengatakan sepatah katapun, saling memandang satu sama lain hingga genggam tanganya menyadarkan aku untuk pergi terasa tidak sabaran.
Aku terus memanggilnya, tapi tidak ada sautan terdengar seolah dia tuli bikin kesal saja dan aku mengikuti langkah kakinya.
Lili
"Pagi-pagi begini, bikin bete aja. Malah lapar lagi" Gumam aku sambil menyentuh perut karena terasa begitu lapar apalagi semalam tidak makan.
Akhirnya, gentala mau berhenti di tempat berjualan camilan lokal seperti odading dan cakueh.
Aku cuma cari tempat duduk terdekat, seolah setelah kehabisan tenaga karena berlarian tadi dan membiarkan gentala mengurus urusan sendiri.
Entah kenapa, aku malas menanggapi gentala sekarang karena tidak menyahut saat aku panggil tapi semua itu lenyap.
Aku mengambil tapi tidak langsung aku makan dan mencari uang dalam saku dan aku teringat, bahwa tas ketinggalan.
Menundukkan penuh kekesalan, aku harus bersabar mengingat citra yang aku bangun sampai sekarang.
Lili
"Gentala, aku nggak bawa uang"
Ucapannya, membuat aku terdiam. Dalam hati telah memaki-maki karena kesalahan gentala yang secara brutal membuat ku oleng yang terburu-buru itu.
Ucap aku terdengar sedih karena sudah kelaparan malah di ajak olahraga pula, lebih buruk lagi dimana martabat aku sekarang.
Gentala duduk di sisi aku menundukkan serta merajut, aku pikir gentala tidak akan pernah memikirkan 'ah tidak jadi galau'.
Gentala
"Makan" katanya sambil tangannya, seolah menyapi aku yang penuh curiga.
Lili
"Apa? Mau ledekin aku? Emang aku.."
Gentala
"Memang bocah!" Balasnya cepat, seolah memotong omongan aku terasa dianggap lambat dan aku memakannya lahap, tanpa sadar mungkin karena terlalu lapar.
Aku menjadi rakus, mencari makanan seperti bubur atau nasi kuning tapi yang aku temukan hanya baso tahu.
Tiba-tiba aku kecewa karena tidak bisa menguras dompet gentala yang sering kali, membuat darah tinggi aku naik tingkat.
Setiap bersama gentala, rasanya aku telah melupakan seseorang yang memang tidak akan pernah muncul kecuali aku berpikir. Sesudah menghabiskan makanan kami.
Akhirnya aku bisa berangkat kerja pada runitinas biasanya, aku lakukan. Bertemu rekan serta teman seumuran pada definisi ini.
Sebenernya, aku cukup bersyukur menjadi orang biasa tapi keserakahan kesenangan dan kemewahan lain adalah kebohongan saat aku bilang tidak menginginkannya.
Bahkan traveling yang orang-orang bilang, membuat aku semakin tertarik untuk melakukan perjalanan di luar sana dan bertemu jodoh yang sebenarnya.
Lili
'Norin, tolong temani aku'
Lili
'norin, kau tidak nyata dan kamu cuma semacam ilusi yang aku buat'
Dalam bayangan tidak bersuara tanpa ada, keberadaan serta kesunyian abadi ini. Ada jeritan yang tidak mungkin terdengar kecuali beberapa orang menganggapnya delusi.
Norin Ghost!
'tolong, jangan katakan itu!'
Norin Ghost!
'tidak boleh, sayang dan aku tidaklah bodoh seperti yang ada dalam pikiran mu'
Wanita yang mengerikan serta racun yang menggoda, dia juga telah memanggil aku yang sebatas ada terbentuk harapannya.
Dia bisa semanis kelihatan, tapi dia seram saat begitu sendirian seolah kedua mata bersinar terang diantara kedua matanya.
Dia sebenarnya begitu rewel dan berisik, bahkan menganggu sepantasnya perempuan tapi tidak pernah mau menunjukkan sisi aslinya secara publik.
Terkadang lucu, melihat bagaimana reaksi dia berpikir seperti perempuan padahal dia memang perempuan tapi bersikap menjadi pria yang tangguh dan bijaksana.
Aku ingin menyampaikan beberapa hal, tapi aku harus berpikir tidak bisa melakukan secara insiatif karena aku bisa membaca kedalam pemahaman dari lingkungan sekitarnya.
Kesadaran ini, entah datang darimana tapi aku agak tidak menyukainya karena berbentuk energi kegelapan tapi 'tuan-ku' seperti akan tertarik akan hal baru.
Mengubah apa yang membosankan, harus di dasarkan niat dengan jelas dan akan aku bujuk 'dia' untuk meningkatkan kekuatan.
Lili
"Norin, kemarin. Peluk aku!"
Master telah memanggil, aku pun menjawab panggilannya dan siap untuk episode selanjutnya..
Norin Ghost!
'master, apa yang akan kau lakukan hari ini?'
Comments