Raisa terbangun dari mimpi yang membuatnya terengah. Suara Dito, nada suaranya yang rendah dan dalam di pesan suara semalam, masih terngiang di pikirannya. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang menguasai dirinya. Hari itu berlalu dalam kebingungan, tetapi saat malam tiba, dia kembali membuka aplikasi dan menemukan pesan baru dari Dito.
Dito
Aku tahu kamu masih ragu. Tapi, aku nggak bisa berhenti memikirkan kamu sejak pertama kali kita bicara. Kalau kamu biarin aku lebih dekat, aku janji nggak akan pernah nyakitin kamu.
Raisa menggigit bibirnya. Jarinya ragu untuk mengetik. Akhirnya, dia memberanikan diri menjawab.
Raisa
Kamu tahu, aku nggak biasa sama hal kayak gini. Tapi... kamu bikin aku penasaran. Kenapa aku?
Dito
Karena kamu beda, Raisa. Aku bisa ngerasain itu sejak awal. Suara kamu, caramu bicara, bahkan cara kamu ragu... semua itu menarik. Aku pengen lebih dari sekadar pesan ini. Aku pengen tahu apa kamu ngerasain hal yang sama.
Raisa terdiam. Dia membaca ulang pesan itu berkali-kali. Seolah kata-kata itu merasuki dirinya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya membalas.
Raisa
Aku nggak tahu. Tapi, mungkin... aku pengen tahu lebih banyak tentang kamu juga.
Dito
Kalau begitu, biar aku mulai duluan. Aku bakal jujur soal apapun yang kamu tanya. Nggak ada rahasia, nggak ada bayangan. Cuma aku dan kamu
Raisa
Kenapa terdengar terlalu sempurna?
Dito
Aku bukan sempurna, Raisa. Aku cuma tahu apa yang aku mau. Dan sekarang, aku mau kamu.
Raisa merasa tubuhnya memanas membaca pesan itu. Ada sesuatu dalam cara Dito menulis yang membuat imajinasinya liar. Tapi dia mencoba tetap tenang.
Raisa
Kamu ini tahu cara ngomong, ya. Tapi aku nggak mau kebawa. Kamu cuma kenal aku lewat teks.
Dito
Itu yang bikin ini spesial, Raisa. Aku bisa melihat kamu, bahkan tanpa harus menyentuhmu. Tapi kalau aku boleh jujur, aku nggak sabar untuk akhirnya bisa menyentuh
Pesan itu menghantam seperti gelombang. Raisa tidak tahu harus merespons apa. Jantungnya berdegup kencang, dan ada perasaan aneh yang membuatnya menggenggam ponsel lebih erat. Dito mengirimkan pesan lagi sebelum dia sempat berpikir lebih jauh.
Dito
Aku nggak mau buru-buru, Raisa. Tapi aku tahu kamu bisa rasain ini juga. Kita punya sesuatu yang lebih dari sekadar teks. Aku cuma ingin kamu tahu... aku di sini, nunggu kamu siap.
Raisa akhirnya mengetik dengan tangan gemetar.
Raisa
Aku nggak janji apa-apa, tapi... aku nggak akan lari.
Dito
Itu cukup buat aku, Raisa. Malam ini, aku bakal mimpiin kamu lagi.
Percakapan terhenti di situ, tapi bayangan Dito terus menghantui Raisa. Dia memandang ponselnya lama, seolah menunggu sesuatu. Malam itu, dia tidur dengan pikiran yang penuh oleh bayangan Dito, dan hatinya terus bertanya-tanya, sejauh apa dia akan melangkah ke dalam dunia ini.
Comments
babyzizie
Jangan berhenti menulis, thor! Suka banget sama style kamu!
2025-01-01
0