Raisa sedang berbaring di tempat tidurnya. Lampu kamar remang-remang, hanya cahaya layar ponsel yang menerangi wajahnya. Sebuah notifikasi muncul dari Dito, seorang pria yang akhir-akhir ini sering mengisi malamnya dengan percakapan hangat.
Dito
Lagi apa malam ini? Sepertinya kamu selalu sibuk, ya.
Raisa
Enggak juga. Cuma menikmati malam sambil dengerin musik. Kenapa nanya
Dito
Karena aku penasaran, gimana rasanya menikmati malam bersamamu.
Raisa
Hmm... mulai lagi, ya? Rayuan-rayuan gombal kamu itu
Dito
Kali ini aku nggak bercanda, Raisa. Ada sesuatu di kamu yang selalu bikin aku kepikiran.
Raisa
Hah? Apa sih? Aku cuma perempuan biasa
Dito
Perempuan biasa? Kamu nggak sadar, ya, pesona kamu itu nggak cuma soal wajah. Ada sesuatu di caramu bicara, caramu ngetik, yang bikin aku nggak bisa berhenti baca pesan kamu
Raisa tersenyum kecil, meski jantungnya berdebar. Ada sesuatu di cara Dito bicara yang selalu berhasil menyentuh sisi lembutnya.
Raisa
Kamu terlalu banyak nonton drama, Dito. Dunia nyata itu nggak seindah itu.
Dito
Siapa bilang? Dunia nyata itu indah kalau kamu tahu cara menikmatinya. Kalau aku bilang aku serius, apa kamu masih bakal bilang aku bercanda?
Raisa
Kamu serius apa? Kita bahkan belum pernah ketemu
Dito
Kadang, perasaan itu nggak perlu alasan atau jarak. Aku ngerasa deket sama kamu, Raisa. Malam-malam kayak gini, aku cuma pengen ada kamu di sebelahku
Raisa terdiam. Tangannya menggenggam ponsel erat, ragu mengetik balasan. Pesan Dito terasa terlalu jujur, dan itu membuatnya bingung. Tapi sebelum dia sempat membalas, sebuah pesan lain masuk.
Dito
Kalau aku ada di sebelahmu sekarang... mungkin aku nggak bakal banyak ngomong
Raisa
Terus ngapain?
Dito
Aku bakal lihat mata kamu, dan pelan-pelan aku bakal sentuh tangan kamu. Rasain detak jantung kita yang sama-sama berdegup kencang
Raisa membaca pesan itu. Nafasnya terasa lebih berat, ada sesuatu yang aneh merayap di dadanya, perasaan antara malu, penasaran, dan dorongan yang tak biasa. Dia mengetik balasannya dengan jari yang sedikit gemetar.
Raisa
Kamu ini ya, Dito... suka banget bikin orang bingung
Dito
Bingung karena apa? Karena kamu ngerasain hal yang sama?
Raisa
Aku nggak tahu. Ini semua terasa salah, tapi aku juga nggak pengen berhenti
Dito
Kadang, yang terasa salah itu justru yang paling kita inginkan
Raisa menutup matanya sejenak. Percakapan ini sudah mulai terasa terlalu jauh, tapi ada sisi dirinya yang ingin tahu, ingin melangkah lebih dalam ke dalam bayangan yang Dito tawarkan.
Dito
Kamu nggak perlu jawab sekarang, Raisa. Tapi kalau suatu hari nanti kamu siap, aku akan ada di sini. Menunggumu.
Percakapan berhenti sejenak. Tapi di dalam hati Raisa, badai sudah mulai bergolak.
Comments