Raisa tidak bisa tidur. Percakapan dengan Dito masih berputar di kepalanya. Ada sesuatu dalam caranya berbicara yang memikat, sesuatu yang membuat Raisa merasa seperti ditarik masuk ke dalam dunianya. Tengah malam, ia memutuskan membuka aplikasi itu lagi. Dan seperti telah menunggu, sebuah pesan baru dari Dito masuk.
Dito
Kamu belum tidur?
Raisa
Belum. Kamu juga? Malam-malam begini masih online.
Dito
Kadang, sulit tidur kalau ada sesuatu yang terus terbayang
Raisa
Apa yang kebayang?
Dito
Kamu
Raisa menggigit bibir bawahnya. Jawaban Dito selalu langsung dan jujur, dan itu membuatnya tak tahu harus merespons bagaimana. Dia akhirnya mengetik balasan setelah beberapa detik berlalu.
Raisa
Kamu ini ya… selalu tahu cara bikin aku bingung.
Dito
Bukan maksudku bikin bingung, Raisa. Aku cuma bilang apa yang aku rasa
Raisa
Kadang aku mikir, kamu ini serius apa cuma main-main. Kamu terlalu… sempurna di kata-kata.
Dito
Aku serius. Tapi kalau kamu mau tahu seberapa seriusnya aku, gimana kalau aku buktikan?
Raisa
Buktikan? Maksud kamu apa?
Dito berhenti mengetik. Beberapa detik berlalu, kemudian sebuah pesan suara masuk. Raisa ragu, tapi akhirnya memutuskan untuk memutarnya. Suara berat Dito terdengar jelas di telinganya, lembut, namun penuh intensitas.
Dito
(Voice Note):
Raisa, aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan sekarang. Tapi aku cuma bisa bilang... setiap malam, aku ngebayangin kamu ada di sini. Ngebayangin gimana suaramu, caramu bicara, dan... gimana rasanya kalau aku benar-benar bisa menyentuh kamu. Aku tahu ini hanya kata-kata, tapi aku harap, suatu hari nanti, aku bisa nunjukin semua ini langsung ke kamu. Kamu mau itu, Raisa?
Raisa menggenggam ponselnya erat. Nafasnya terasa sesak, dan wajahnya mulai memanas. Sebuah dorongan membuatnya mengetik balasan, meskipun hatinya berteriak untuk berhenti.
Raisa
Aku nggak tahu, Dito. Ini terlalu cepat. Tapi aku nggak bisa bohong... apa yang kamu bilang tadi, aku juga ngerasain hal yang sama
Dito
Kalau begitu, kenapa kita nggak jujur sama perasaan kita, Raisa? Aku nggak akan memaksa, tapi aku tahu kamu juga pengen ini
Raisa
Pengen apa, Dito?
Dito
Pengen aku... sama seperti aku pengen kamu
Percakapan terhenti sejenak. Raisa tahu dia berada di ambang batas. Tapi ada sesuatu dalam cara Dito berbicara yang membuatnya tidak ingin mundur, tidak malam ini. Sebelum dia sempat membalas, Dito mengirimkan pesan lagi.
Dito
Kalau aku bisa, aku pengen bilang semua ini langsung di depan kamu, sambil menggenggam tangan kamu. Tapi untuk sekarang, aku cuma bisa bilang... aku ingin kamu tahu, Raisa, bahwa aku nggak akan berhenti di sini
Raisa menatap ponselnya. Kata-kata Dito seperti bayangan yang terus menghantuinya, semakin menariknya masuk ke dalam dunia yang tidak sepenuhnya ia pahami, tapi entah kenapa, ia ingin berada di sana.
Comments
Octavio Gonzalez
Sumpah, gue ketagihan sama cerita ini, ngeri banget!
2024-12-31
0