BAB 3 Kontrak Baru

Rapat tim pemasaran berlangsung di ruang konferensi Alessandro Corporation. Alena mempresentasikan rencana pemasaran baru untuk produk terbaru perusahaan. Presentasinya rapi dan profesional, namun Gavin Alessandro terus mengkritik dengan nada dingin dan tegas.

"Tidak cukup baik, Alena. Kurang inovatif dan tidak memenuhi target pasar." Kata Gavin.

Alena mencoba menjelaskan konsepnya, namun Gavin memotongnya. "Tidak perlu menjelaskan, aku sudah memahami. Ini tidak cukup baik."

Setelah rapat, Alena langsung menuju ruang kerja Gavin, dengan langkah pasti dan wajah serius. Ia membuka pintu tanpa mengetuk.

"Pak Gavin, saya tidak mengerti. Apa yang salah dengan presentasi saya?" tanya Alena dengan nada tegas dan profesional.

Gavin terkejut, mengangkat alisnya. Belum pernah ada bawahan yang membantahnya dengan begitu berani. Ia mengernyit dahinya.

"Apa yang kamu inginkan? Kamu tidak puas dengan kritikanku?" tanya Gavin dengan nada menantang.

Alena tidak gentar. "Saya ingin tahu letak kesalahannya secara spesifik. Saya ingin memperbaiki dan meningkatkan kualitas kerja."

Gavin terdiam, memandang Alena dengan rasa heran. Ia tidak terbiasa dengan bawahan yang berani membantahnya.

Gavin memandang Alena dengan ekspresi yang sulit diartikan. Membuat Alena merasa tidak nyaman. Namun, Alena menunggu penjelasan lebih lanjut. "Cukup, keluar sekarang."

Alena terkejut dan merasa kecewa. Ia tidak mendapatkan penjelasan tentang kesalahannya. Dengan rasa frustrasi, Alena berdiri dan menuju pintu.

"Saya harap Pak Gavin bisa memberikan umpan balik yang konstruktif." Kata Alena dengan nada sopan.

Gavin tidak menjawab. Ia malah menekan tombol di meja dan berbicara ke telepon. "Emily, tambahkan tugas baru untuk Alena. Aku ingin melihat kemampuan sebenarnya."

Alena merasa terpukul. Ia keluar dari ruangan Gavin dengan perasaan kesal dan bingung. Saat itu, Emily sudah menunggu dengan senyum sinis.

"Alena, kamu mendapatkan tugas baru dari Pak Gavin," kata Emily sambil menyerahkan berkas tebal. "Proyek pemasaran internasional. Deadline satu minggu."

Alena merasa terkejut. "Bagaimana bisa? Saya sudah memiliki tugas lain yang belum selesai."

Emily hanya mengangguk. "Pak Gavin ingin melihat kemampuanmu, Alena. Kamu harus bisa menyelesaikannya."

Alena merasa tertekan. Ia harus menyelesaikan tugas baru dengan waktu singkat dan tanpa bantuan yang memadai.

Alena duduk di meja kerjanya, memandang tugas baru dengan rasa cemas. Waktu singkat dan beban kerja yang besar membuatnya merasa tertekan.

"Ia harus bisa menyelesaikannya," kata Alena kepada dirinya sendiri.

Dengan tekad kuat, Alena mulai bekerja. Ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menganalisis data, membuat strategi pemasaran, dan menulis laporan. 

Saat waktunya makan siang, Alena melihat Gavin berjalan cepat keluar ruangan, diikuti Emily. Semua mata tertuju pada mereka, dengan rasa penasaran dan spekulasi. Emily melirik dan mengisyaratkan agar mereka menundukkan pandangan, takut Gavin melihat mereka.

Alena tidak mengerti isyaratnya dan terus menatap Gavin dengan rasa ingin tahu. Saat Gavin melewati meja Alena, ia tidak meliriknya, namun memberikan isyarat halus menunjuk ke arah Alena. Isyarat itu tidak terlihat oleh orang lain, kecuali Emily.

Emily langsung menarik lengan Alena dengan cepat. "Ikut dengan pak Gavin, sekarang!" kata Emily pelan, dengan nada tegas.

Alena terkejut dan penasaran. "Apa yang terjadi? Kenapa harus ikut?" tanyanya, berusaha tidak meninggikan suara. “Padahal kerjaanku belum selesai, masak harus ditambah lagi sih.” Gerutunya.

Emily tidak menjawab. Tinggal Alena berjalan cepat mengejar Gavin, hingga tiba di ruang rapat tertutup yang terletak di lantai atas.

"Ada tugas baru untukmu." Ucap Gavin.

Alena merasa penasaran dan siap. "Apa tugasnya Pak?" tanyanya, dengan mata yang terfokus pada Gavin.

Gavin menarik napas dalam-dalam. "Saya ingin menawarkan kontrak pernikahan selama satu tahun. Kamu akan menjadi istri saya dan mendapatkan hak-hak serta keuntungan yang sesuai."

Alena terkejut. "Pernikahan kontrak? Mengapa?"

Gavin menjelaskan, "Saya membutuhkan image yang stabil untuk meningkatkan reputasi perusahaan. Dan kamu... kamu memiliki kualitas yang saya cari."

Alena merasa bingung dan tertekan. "Saya membutuhkan waktu untuk berpikir."

Gavin menyerahkan sebuah kontrak. "Waktu kamu terbatas, Alena. Saya membutuhkan jawabanmu hari ini juga."

Alena memandang kontrak yang ditawarkan Gavin dengan mata yang bergetar. Ia teringat kata-kata ibunya tentang pentingnya menikah dan memiliki kehidupan yang stabil.

"Pak Gavin, saya... saya tidak tahu," kata Alena, mencari kata-kata yang tepat.

Gavin mendekati Alena dengan langkah yang pelan. "Apa yang membuatmu ragu, Alena? Apakah karena pernikahan kontrak ini?"

Alena mengangguk. "Ya, saya tidak mengerti mengapa Anda memilih saya untuk pernikahan kontrak ini."

Gavin menjelaskan, "Saya membutuhkan image yang stabil dan kamu memiliki kualitas yang saya cari. Selain itu, saya sudah tau keluargamu, akan aku bantu."

Dalam hati Alena berkata, "Membantu untuk apa? Apakah rahasia keluargaku diketahui olehnya? Bukankah selama ini aku tidak pernah menunjukkan siapa keluargaku sebenarnya? Apakah paman dan bibiku di kampung yang diketahuinya?"

Alena mencoba menyembunyikan kecurigaannya. "Baiklah, saya setuju, tapi saya ingin negosiasi beberapa kondisi."

Gavin mengangguk. "Silakan, Alena. Saya terbuka untuk diskusi."

Alena melanjutkan, "Pertama, alasan pernikahan kontrak ini harus dijaga kerahasiaannya. Kita hanya menikah kontrak jadi harus ada perjanjian yang saling menguntungkan tanpa ikut campur urusan masing-masing."

Gavin menyetujui. "Baiklah aku setuju."

Alena melanjutkan negosiasi, memastikan kesepakatan yang adil dan aman bagi dirinya.

Alena melanjutkan, "Kedua, apa hak-hak saya selama pernikahan kontrak ini? Apakah saya akan mendapatkan kebebasan pribadi?"

Gavin menjawab, "Kamu akan mendapatkan apartemen mewah di pusat kota, mobil mewah, dan kartu kredit tanpa batas. Selain itu, kamu juga akan mendapatkan akses ke semua fasilitas perusahaan, termasuk klub golf dan spa."

Alena berpikir. "Bagaimana dengan peraturan selama pernikahan kontrak ini? Apakah saya harus melakukan sesuatu yang spesifik?"

Gavin menjelaskan, "Kamu harus hadir dalam acara-acara penting perusahaan, menjaga image kita sebagai pasangan yang bahagia dan saling mencintai, dan tidak melakukan sesuatu yang dapat merusak reputasi. Selain itu, kamu juga harus menjaga hubungan baik dengan keluargaku."

Alena bertanya lagi, "Apa yang akan saya dapatkan setelah pernikahan kontrak ini berakhir? Apakah saya akan mendapatkan kompensasi yang adil?"

Gavin menjawab, "Kamu akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp 10 miliar, apartemen yang sudah menjadi milik kamu, dan kesempatan untuk memulai bisnis sendiri dengan dukunganku."

Alena mempertimbangkan semua kondisi tersebut. Ia masih ragu, tapi keinginan ibunya untuk melihatnya menikah membuatnya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut.

"Aku setuju." Kata Alena pelan.

Gavin tersenyum. "Baiklah, tandatangani kontrak ini sekarang juga."

Gavin mengeluarkan kontrak yang sudah disiapkan dan menyerahkannya kepada Alena. Alena menandatangani kontrak tersebut, menandai awal dari pernikahan kontrak yang tidak biasa membuatnya harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!