MINE
Di Hotel The Mark, salah satu hotel ternama di New York, Amerika Serikat, berlangsung lah pernikahan mewah antara Gavin Alessandro, CEO di Alessandro Corporation, dan Clara Nathania Lim, supermodel yang saat ini sedang naik daun. Pasangan ini membuat iri tamu undangan karena kecocokan mereka dalam segala aspek. Suasana di dalam hotel sangat elegan dengan dekorasi yang mewah dan cahaya yang hangat. Tamu undangan berpakaian formal, memadati ballroom yang dihiasi bunga-bunga indah dan candle bir yang berkilau. Foto besar pasangan pengantin, Gavin dan Clara, dipajang di atas panggung, menjadi pusat perhatian.
Hidangan yang disajikan sangat beragam, mulai dari kuliner internasional seperti sushi, pasta, hingga hidangan khas Amerika seperti steak dan lobster. Bar juga menyajikan berbagai minuman eksklusif, seperti champagne dan koktail. Tamu undangan menikmati hidangan sambil berbincang dan menikmati musik yang merdu. Semua mata terfokus pada Gavin dan Clara yang berdiri di panggung, menanti detik-detik sakral pernikahan mereka. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa kebahagiaan ini akan berakhir dengan kejutan yang tidak terduga.
Tiba-tiba, Gavin Alessandro berbicara dengan suara tegang, "Saya membatalkan pernikahan ini."
Ballroom yang penuh dengan tamu undangan terdiam, keheranan dan kebingungan terukir di wajah mereka. Keluarga Clara terlihat terpukul dan marah.
Ayah Clara Mr. Lim, berdiri dengan wajah merah padam. "Apa yang kamu lakukan, Gavin?!"
Ibu Clara Mrs. Lim, menangis. "Mengapa kamu melakukan ini, Gavin! Apa salah Clara?"
Wajah Clara seketika memerah menahan malu, mata merah menahan air mata. "Gavin, apa yang terjadi? Mengapa kamu membatalkan pernikahan kita?"
Gavin tidak menjawab, berpaling dan meninggalkan panggung. Tamu undangan berbisik, mencari tahu penyebab pembatalan pernikahan tersebut. Keheningan dan kekacauan memenuhi ballroom Hotel The Mark, malam yang seharusnya menjadi malam bahagia berubah menjadi malam yang penuh tanda tanya.
Mr. Lim mendekati Gavin dengan langkah besar, wajahnya merah padam. "Gavin Alessandro, kamu harus menjelaskan apa yang terjadi! Mengapa kamu membatalkan pernikahan ini?"
Gavin tetap tenang tidak menjawab. Ia memandang Mr. Lim dengan mata dingin tanpa ekspresi.
"Kamu tidak bisa meninggalkan putriku begitu saja!" Mr. Lim meninggikan suara.
Gavin berpaling, meninggalkan ballroom dengan langkah cepat meninggalkan kekacauan dan kekecewaan di belakangnya. Clara masih berdiri di panggung, menahan air mata dan malu. Ia merasakan kekecewaan.
"Apa yang terjadi, Clara?" tanya ibu Clara.
Clara hanya menggelengkan kepala, tidak bisa berbicara.
Menatap punggung Gavin yang menjauh, Clara merasakan amarah dan kebencian memuncak. Dalam hati ia bersumpah. "Gavin Alessandro, kamu akan membayar atas apa yang kamu lakukan hari ini. Aku akan membuatmu hancur, lebih hancur dari apa yang kamu lakukan padaku."
Ballroom yang megah kini terasa seperti penjara. Tamu undangan berbisik, memandang Clara dengan rasa iba dan penasaran. Keluarga Lim terlihat menahan marah dan malu.
Ibu Clara mendekati putrinya, "Clara, sayang, kita harus keluar dari sini. Ini tidak lagi tempat yang tepat bagi kita."
Clara mengangguk, menahan amarahnya. Ia berjalan keluar dari ballroom dengan kepala tegak, meninggalkan pesta pernikahan yang gagal dan malam yang penuh kekecewaan.
Di luar hotel Clara menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan rasa sakit. Ia memandang ibunya dan ayahnya. "Aku tidak akan membiarkan Gavin Alessandro melanjutkan hidupnya dengan tenang, aku akan membalas dendam ini."
Ayah Clara, Mr. Lim mengangguk. "Kita akan mendukungmu, Clara. Kita tidak akan membiarkan Gavin Alessandro menghancurkan hidupmu."
Keesokan harinya, Clara memulai rencana balas dendamnya. Ia menghubungi pengacara terbaik untuk mengajukan gugatan terhadap Gavin. Ia juga memulai kampanye di media sosial untuk menghancurkan reputasi Gavin. Sementara itu, Gavin Alessandro tampak tenang dan tidak terpengaruh oleh kejadian tersebut. Namun, dibalik kesan tenangnya, Gavin menyembunyikan rahasia yang bisa menghancurkan hidup Clara.
Flashback
Gavin Alessandro duduk di ruang kerjanya, jemarinya mengetuk perlahan meja di depannya. Sorot matanya tajam menatap layar laptop, memperhatikan rekaman yang diputar oleh anak buahnya. Rekaman itu menunjukkan Clara, masuk ke sebuah ruangan tepat di sebelah ruang ganti pengantin, satu jam sebelum prosesi pernikahan dimulai.
Di dalam ruangan itu, sudah menunggu seseorang—Adrian Callisto. Gavin mengepalkan tangannya di atas meja. Ia tahu betul siapa pria itu. Adrian bukan hanya saingan bisnis terbesarnya, tetapi juga seseorang yang selalu berusaha mencari celah untuk menjatuhkannya.
Di rekaman itu, suara Clara terdengar bergetar bukan karena takut, melainkan karena emosi yang ia tahan. "Jadi, kau sudah mendapatkan semua yang kau butuhkan?" tanyanya tajam.
Adrian menyeringai, menyilangkan tangan di dadanya. "Tentu saja. Kau memberiku lebih dari cukup, Clara. Sekarang terserah padamu."
Gavin tidak bisa mendengar dengan jelas seluruh percakapan mereka, tetapi ia cukup memahami maksudnya. Bahwa Clara dan Adrian memiliki hubungan khusus. Ia menutup laptop dengan gerakan tenang, tetapi di balik ketenangan itu, ada badai yang berputar di dalam dirinya. Gavin bisa saja menggunakan informasi ini untuk menghancurkan Clara, membalas apa yang telah dilakukan wanita itu kepadanya di altar. Namun, ia tidak akan melakukannya.
Clara adalah sahabat kecilnya. Ia mengenalnya lebih dari siapapun. Ada sesuatu yang lebih besar di balik dendam yang Clara simpan. Sesuatu yang membuatnya memilih pergi, sesuatu yang membuatnya berpikir Gavin adalah musuhnya.
"Selidiki semua yang Clara rencanakan," kata Gavin akhirnya. "Tapi jangan menyentuhnya. Aku ingin tahu seberapa jauh dia akan melangkah sebelum aku bertindak."
Luca, pengawal pribadinya mengangguk. "Baik, Tuan. Saya akan mengawasinya dari jauh."
Gavin menyandarkan punggungnya ke kursi, menghela nafas panjang. Clara mungkin mengira dirinya telah memenangkan perang ini, tapi ia salah. Gavin tidak akan membiarkan dirinya dihancurkan begitu saja. Namun, di saat yang sama, ia juga tidak akan membiarkan Clara tenggelam dalam kebencian yang bisa menghancurkan segalanya.
Ia hanya perlu mengingatkannya, bahwa mereka pernah saling melindungi. Gavin juga tahu bahwa Clara bukan wanita bodoh. Jika dia benar-benar bekerja sama dengan Adrian, pasti ada alasan kuat di baliknya.
Gavin menghela napas panjang, meletakkan gelas minumannya di meja sebelum berdiri. Pikirannya masih dipenuhi rekaman pertemuan Clara dan Adrian, tetapi saat ini bukan waktunya untuk memikirkan itu lebih jauh.
Langkahnya mantap saat ia berjalan keluar dari ruang kerjanya, menyusuri lorong menuju tempat dimana seharusnya hari paling bahagia dalam hidupnya terjadi, altar pernikahan. Suara musik lembut memenuhi ruangan besar yang dipenuhi tamu undangan, semuanya menunggu momen sakral itu. Para tamu tampak berbisik-bisik, beberapa terlihat tak sabar, sementara yang lain hanya tersenyum menyaksikan suasana yang begitu megah.
Dengan ekspresi datar Gavin berkata. "Saya membatalkan pernikahan ini." Lalu meninggalkan tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments