5. Cincin keren •

Buugh!

Noza melancarkan pukulan keras ke arah monster tidur yang muncul kembali di dalam kamarnya.

Monster tersebut terbentur dinding, dengan segara Noza mengarahkan pisaunya dan menyerang kedua mata Monster tersebut.

Ding!

[Selamat karena sudah mengalahkan monster tidur LV 1 dalam 3 kali serangan.

Hadiah: 6 poin dan 3 poin untuk tubuh monster tidur.

Total poin yang dimiliki: 40 poin.]

Sudah 3 hari berlalu setelah Noza berhasil mengalahkan monster tidur yang pertama. Jujur, bagi Nimbus perkembangan Noza salam mengumpulkan poin cukup lambat.

"Kamu benar-benar manusia yang pemalas."

Noza yang sedang merapikan pakaiannya pun mendengus pelan. "Aku hanya sedang malas menunjukkan kehebatan ku."

Remaja itu tidak membereskan kekacauan yang terjadi karena Oray akan membereskannya.

Secara singkat ini seperti ketika area pertarungan dalam game yang sudah hancur dan memperbaiki diri sendiri secara otomatis sebelum permainan berikutnya di mulai. Bedanya, di dunia kaca ini kekacauan yang terjadi akan pulih tepat ketika hari sudah berganti.

Noza langsung duduk dan membuka salah satu jajan di atas meja. "Terra, aku ingin membeli barang ajaib yang harganya kisaran 1 sampai 10 poin."

"Kamu yakin ingin membeli item, bukannya kemarin kau mau fokus menaikkan level?" tanya Nimbus yang baru muncul.

Remaja itu mengangkat bahunya. "Hidup cuman sekali, kita tidak tahu apakah besok aku mati atau tidak jadi setidaknya aku pernah membeli item yang bagus."

Ding!

Terra pun menunjukkan daftar barang yang sesuai.

[1. Ramuan pemulihan lv 1\= 10 poin

Racun ikan buntal lv 1\= 10 poin

Kaca pembesar lv 1\= 9 poin.

Lilin abadi.]

Noza langsung menekan tombol 'skip' di bawah layar. Jari telunjuknya terhenti ketika mata Noza menemukan sebuah barang yang menarik.

[66. Cincin Ular \= 3 poin

Deskripsi: Keren

Efek: (level anda masih rendah)

Jumlah: 2/2]

Tanpa pikir panjang Noza pun langsung membeli cincin tersebut. Dua buah cincin berwarna hitam dan silver dengan motif ular yang melingkar. Masing-masing ia taruh di jari tengah.

"Wah, ini keren."

"Ya, itu membuat aura wibu-mu begitu terasa," komen Nimbus.

Begitu Noza hendak meninju Nimbus, makhluk itu sudah terbang lebih tinggi untuk menghindar.

"Awas kau!"

.

.

.

"Aku punya pertanyaan." Nimbus bertanya pada Noza yang sedang jalan-jalan mengelilingi kota dengan sepeda motor milik orang lain.

"Kenapa kau begitu pemalas?"

Deg!

Noza merasa pertanyaan Nimbus tadi begitu menyesakkan. "Ya, habisnya di duniaku yang lama aku tidak punya waktu sesantai sekarang."

"Permisi, di bumi tidak ada monster yang berbahaya loh?!" Nimbus yang keheranan tak sadar menaikkan nada bicaranya.

"Bukan itu maksudku," balas Noza, "di bumi memang tidak ada monster pemakan manusia tapi ada yang namanya tanggung jawab. Aku ini anak pertama yang harus menjadi contoh bagi adikku. Belum lagi aku juga harus mengejar rangking sekolah. Lalu berlomba masuk ke universitas yang bagus sambil mencari pekerjaan yang menghasilkan uang banyak."

Remaja itu pun terdiam sesaat. Hembusan angin sore dan pemandangan matahari terbenam sedikit mengalihkan pandangannya.

"Pokoknya, aku merasa sedikit bebas di dunia ini. Semoga saja kedamaianku ini tidak habis."

Suara tawa Nimbus menarik perhatian Noza.

"Sepertinya harapanmu itu tidak terkabul."

"??"

Ding!

Sebuah layar hologram berwarna hijau tiba-tiba muncul di depan Noza.

[Anda memasuki zona pelatihan!

Segera ikuti pelatihan dari Roh Ratri Kirana agar anda bisa keluar dari zona pelatihan.

Ratri Kirana

Julukan: Pendekar Bulan Merah

Kisah: Ratri adalah seorang pendekar wanita yang terkenal di kerajaannya. Ia gugur karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya sendiri. Di masa jayanya, Ratri terkenal dengan kemampuan bertarung yang menggunakan pisau atau belati. ]

Noza menatap datar layar tersebut. "Asem."

"Siapa kamu!?"

Suara tegas dan merdu dari seorang wanita mengejutkan Noza. Remaja itu baru menyadari jika pemandangan jalan kota di sekitarnya telah berubah menjadi perkampungan pada jaman dulu.

Bangunan warna-warni dari bata dan semen yang berjejer rapi kini digantikan dengan rumah-rumah kayu kecil yang dengan jarak satu sama lain. Jalan raya beton juga berubah menjadi jalan tanah.

"Buset! Sepeda motorku juga berubah jadi kereta kencana anjir!" Batin Noza.

"Apa kau tidak bisa mendengar perkataan ku tadi wahai rakyat jelata!?"

"Haha, maaf nona tadi saya sempat terlena dengan kecantikan anda." Noza berpura-pura kikuk lalu turun dari kereta kencana.

Sosok Roh Ratri Kirana itu cukup cantik di mata Noza. Rambut panjang berwarna putih dengan hiasan bunga melati. Mata tajam berwarna hitam. Bibir berwarna merah muda alami.

Noza selaku perempuan dibuat minder, namun ia dengan cepat menghilangkan pemikiran itu.

"Saya Noza Arshiki."

Karena tidak tahu harus memberi salam seperti apa, Noza hanya mengangkat tangan kanannya ke jantung. Mirip seperti prajurit di anime yang pernah ia tonton.

Mata hitam Ratri menatap Noza dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Jadi engkau adalah utusan yang hendak menjadi muridku."

"Iya, nona."

Ratri pun berbalik. "Ikuti aku."

Noza sempat melirik ke arah kereta kencananya, ia terkejut karena kereta itu tiba-tiba hilang bak ditelan bumi.

Dengan berat hati ia pun mengikuti langkah Ratri menuju sebuah rumah besar berbahan kayu jati yang mengkilap.

Remaja itu pun berpikir. "Semoga kamar mandinya gak jauh dari kamarku."

Setelah berjalan menyusuri lorong rumah besar yang memiliki banyak kamar.

Langkah Ratri berhenti di sebuah kamar dengan pola semanggi daun empat. Wanita itu membuka pintu memperlihatkan sebuah kamar berukuran 5 × 5 meter.

Hanya ada kasur, meja rias dan lemari di dalam kamar. Walau begitu, Noza tahu jika kamar seperti ini cukup luas bagi orang-orang jaman dulu.

"Ini adalah kamarmu. Pelatihanmu dimulai esok pagi jadi persiapkan hatimu."

"Oke, eh, maksudku baiklah." Noza sedikit kebingungan memilih kosa kata yang sekitarnya dipahami oleh Ratri.

Wanita berambut putih itu pun mengangguk pelan lalu berjalan meninggalkan Noza.

Noza pun masuk dan langsung merebahkan badannya di tempat tidur yang tidak lebih empuk dari tempat tidur di rumahnya.

"Agh! Semoga besok latihannya gak berat-berat amat," ujar Noza.

"Yang namanya latihan pasti berat. Apalagi untuk manusia pemalas sepertimu," kata Nimbus yang tiba-tiba muncul.

"Nye Nye Nye."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!