4. Monster Tidur (2)

Setelah selesai bersiap-siap, akhirnya Noza pun memulai perjalanannya menuju pos utama kepolisian yang berada jauh dari rumahnya mengandalkan JPS.

"Untungnya Internet masih bisa berguna di sini," pikir Noza.

Ketika tiba di sana, Noza mengalami masalah baru. Gudang senjata yang menggunakan pintu baja itu memerlukan akses masuk yang rumit. Di butuhkan kartu anggota, pin, dan sidik jari untuk membukanya.

Noza menggaruk kepalanya. "Yah, aku sudah menduga hal ini sih."

Tak hilang akal, Noza pun mulai mengetik suatu tempat di ponselnya.

[Anda ingin pergi ke mana setelah ini?]

"Ada 2 tempat yang sekiranya bisa aku datangi, pertama perumahan khusus Tentara dan kedua, markas militer. Tapi kemungkinan besar, markas militer sudah didatangi oleh peserta yang lain jadi aku akan pergi ke perumahan khusus Tentara— Hoaam!"

Walau sudah mandi di pagi hari, rasa kantuk masih menghantui dirinya.

[Sepertinya anda harus tidur terlebih dahulu. Kesehatan anda harus diutamakan dalam permainan bertahan hidup ini.]

Noza terdiam. Rasa kantuk membuatnya tidak bisa memberikan keputusan yang bagus jadi dia pun menuruti saran dari sistem informasi. Lagi pula sejauh ini sistem informasi tidak berniat membuatnya gagal seperti cahaya putih itu.

Remaja itu tidak bisa mengingat jelas kejadian ketika ia menuju rumah.

Begitu mata merah dan hitam Noza terbuka, yang pertama ia lihat bukan hanya atap kamarnya melainkan wajah monster yang tersenyum mengerikan.

"!!"

Ketika mulut Monster itu terbuka lebar, Noza dengan reflek langsung menghempaskan selimutnya menutup tubuh monster itu.

Bruk!

Noza tak sengaja menjatuhkan dirinya dari ranjang. Ia berdiri dan langsung mengeluarkan pisau dari inventory.

"Grrrr!" Monster itu mengerang kesal karena tidak bisa melihat.

Menggunakan pisau daging yang masih tajam, Noza pun berniat menusuk tubuh makhluk itu dari belakang.

Crat!

"GRAAA!"

"Haha, gak mempan ya," perempuan itu tersenyum kecut lalu keluar dari kamar.

Tak lupa, ia juga menghadang pintu dengan meja kayu terdekat.

Brak!

Brak!

Monster tersebut mencoba mendobrak pintu beberapa kali. Ujung mata Noza memperhatikan darah yang ada pada pisau dagingnya.

"Sistem informasi! Gunakan darah Monster ini untuk mencaritahu kelemahannya!"

[Tentu.]

Suara dobrakan pintu semakin banyak dan kuat. Noza bahkan sempat terdorong mundur sedikit.

"Makhluk ini berbahaya, ukurannya mungkin cuman sebesar kucing tapi bentuk dan kekuatannya mengerikan woy!"

Ding!

[Monster Tidur LV 1

Deskripsi: Monster yang akan otomatis muncul jika pemain tidur di posisi yang sama untuk kedua kalinya.

Skill: Menghipnotis lawan

Kelemahan: Refleks lambat, mudah marah, dan kedua mata]

Noza pun mencoba menahan monster tersebut lebih lama sekaligus memikirkan cara untuk mengalahkannya.

Senyuman lebar terbentuk di wajah Noza. "Sepertinya Monster ini bisa aku kalahkan."

Perempuan itu mulai berjalan mundur.

Brak!

Dobrakan terakhir dan Monster Tidur itu berhasil keluar. Darah hitam menetes dari bagian punggung makhluk itu. kedua matanya menatap tajam Noza.

Untungnya Noza tidak sebodoh itu untuk melakukan kontes tatap menatap dan berlari menuju kemar yang lain diikuti oleh Monster Tidur di belakangnya. Begitu masuk Noza langsung menutup pintu. Ia dengan cepat bersiap mengambil selimut.

Brak!

Ketika Monster tersebut masuk, Noza kembali menutupi tubuhnya dengan selimut dan menusukkan pisaunya berkali-kali.

Perempuan itu tidak berteriak. Lebih tepatnya ia terlalu takut untuk berteriak.

"Fuu~" Cahaya putih yang menonton kejadian itu dari kejauhan pun bersiul kagum, "ternyata dia bisa kejam juga ya."

Klang! Klang!

Noza menjatuhkan pisau daging yang dipenuhi cairan hitam itu ketika tidak merasakan adanya pergerakan sedikitpun dari monster yang sedang terbungkus selimut tersebut.

"Huh, akhirnya aku berhasil..."

Tangan Noza yang hendak menyeka keringat terhenti ketika perempuan itu menyadari jika tangan dan sekujur tubuhnya memiliki noda hitam yang sedikit lengket.

"Apa aku harus mandi lagi?" batin Noza bertanya-tanya.

Ding!

[Selamat kepada Noza Arshiki karena berhasil membunuh Monster Tidur LV 1.

Hadiah: 6 poin

Total poin yang dimiliki: 11 poin]

Noza terdiam sebentar. "Apa yang harus aku lakukan dengan tubuh monster ini?"

[Anda bisa menjualnya pada sistem pengawas, nona. Untuk harganya, tuan Oray sudah menentukannya untuk tiap pemain.

Apa anda ingin menjualnya? yes/no]

"Orang gila mana yang mau menyimpan benda ini. Hei, Cahaya putih! Cepat singkirkan benda ini dong!"

Cahaya putih itu pun mendekati Noza. "Berantakan sekali caramu membereskannya. Padahal kan tinggal tusuk kedua matanya saja."

Noza mulai berdiri. "Gak usah banyak omong dan ambil saja."

"Oke oke," balas Cahaya putih dengan nada malas.

Tubuh Monster Tidur itu pun bercahaya bersamaan dengan noda darah yang memenuhi kamar.

"Ah, sayang sekali kamu cuman dapat 1 poin karena kondisi tubuh monster ini yang hancur," kata Cahaya putih tersebut.

"Bodo amat," jawab Noza ketus sembari mengambil pisaunya tadi.

Perlahan tubuh dan darah Monster Tidur itu pun menghilang menjadi butiran debu yang terhisap oleh cahaya putih tadi.

"Omong-omong, apa kalian berdua punya nama?" Noza bertanya pada para sistem.

"..." Cahaya Putih terdiam.

[Anda bisa memanggil saya Terra, nona. Dan untuk si cahaya putih, namanya adalah Nimbus. sekedar informasi ia memang tidak suka menyebut namanya sendiri.]

Noza mengangguk paham. Dengan begini dia tidak perlu repot-repot memanggil keduanya sistem atau nama panggilan merepotkan yang lain.

.

.

.

Ding!

Keesokan paginya, Noza dibangunkan dengan suara layar hologram yang memberitahu jika total poinnya sekarang adalah 16 poin.

Setelah membersihkan diri, Noza pun duduk di teras rumah, merenung sendiri.

"Kamu terlihat seperti orang tua." Kalimat pertama dari Nimbus yang berhasil membuat mood Noza jadi buruk.

"Hahaha," Noza tertawa kering, "lagi pula tidak ada lagi hal yang ingin aku lakukan."

"Kalau begitu kumpulkan poin sebanyak mungkin agar kesempatanmu untuk pulang jadi lebih besar."

Mendengar kata pulang dari Nimbus membuat Noza tersentak. Remaja itu masih teringat akan pertengkaran yang terjadi di rumahnya.

"Hah," ia menghela nafas panjang.

"Jika aku boleh memberikan saran pada Oray, aku akan berkata padanya untuk membuat dunia kaca ini lebih menarik dari duniaku yang lama," pikir Noza.

Di tengah-tengah lamunannya, Noza teringat akan suatu percakapan di dunia lama.

"Noza, kamu kan sayang sama Ibu, tolong ngertiin ibu ya. Jangan jadi anak pemalas dan bantu ibu."

"Noza, kamu itu seorang kakak! Jadi contoh yang baik buat adikmu dong!"

"Noza, kamu sebagai kakak kok kalah sama adikmu sih? Lain kali berusaha lebih keras ya."

"Noza, kamu harus jadi dokter ya. Jadikan menulis itu sebagai hobi saja, lagi pula itu tidak menghasilkan uang."

"Noza, kamu itu cuman dijadikan orang kedua sama teman-teman sekelas loh. Masa kamu gak marah?"

Plak!

Remaja berambut hitam itu menampar kedua pipinya sendiri.

"Sudah gila ya?" tanya Nimbus yang keheranan.

Noza menampilkan senyuman tipis pada Nimbus. "Bukan apa-apa. Sekarang aku sedikit menantikan permainan apa yang sudah disiapkan oleh Oray."

Remaja itu sudah memutuskan untuk tetap tinggal dan menikmati permainan yang diberikan oleh Oray. Di dunia yang lama ada begitu banyak kenangan buruk.

Sekarang, Noza bisa bebas menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!