Eps 3 : Tetangga Baru
Sejak kecil selalu bersama, bukan hal yang baru lagi jika dua gadis dan empat pemuda yang kian bersama itu berkumpul di rumah Keluarga Prajaya
Bahkan para tetangga pun akan memaklumi jika rumah mereka begitu ramai dan bising, lantaran memang keenam remaja tersebut sangat ramah dan sopan
Wiona Jadinne
(mengambil pisau)
Enaknya dipotong kayak gimana?
Harun Wiranata
(melirik Wiona)
Tipis-tipis aja gak, sih?
Bulan Citrahayi
Garam mana sih? Perasaan udah gue ambil tadi
(mencari garam)
Sebuah wadah kecil dengan tulisan "Garam" kini tertata begitu rapi disertai dengan bumbu dapur lainnya
Bulan Citrahayi
(menoleh malas)
Ricky Fadhila
Run! Tolong ambilin air panasnya dong!
(berteriak dari luar)
Justin Prajaya
(tersenyum lebar)
Bulan Citrahayi
(menyinisi Justin)
Justin Prajaya
Gue cuma pake sedikit aja kalik, Lan
Justin Prajaya
Lo sendiri yang minta gue buatin sambal kecap
Bulan Citrahayi
Cih!
(mengambil garam)
Dengan kedua mata terpejam erat, Junna berusaha keras agar tidak ada tetesan air mata yang membasahi pipinya
Sang Ayah memeluk pemuda tampan itu dengan erat, memberikan kekuatan dan ketenangan yang tidak ada habisnya dalam hangatnya dekapan itu
Junna Adiyaksa
Ayah..
(mengusap pipi)
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
Gapapa, Nak..
(menepuk punggung Junna)
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
Semuanya memang harus diikhlaskan
(memeluk erat Junna)
Junna Adiyaksa
(memeluk erat Fajar)
Tapi..
Junna Adiyaksa
Kenapa?
(tercekat)
Tangisan pemuda itu pecah. Air matanya tidak hanya membasahi pipinya yang lembut, namun baju pria yang mendekapnya basah berkat tangisannya
Tangisannya semakin sedih, menunjukkan betapa hancur hatinya meski pelukan hangat itu berusaha mengobati sedikit rasa sakitnya
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
Kamu...
(mengurai pelukan)
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
(menatap Junna)
Junna Adiyaksa
(menatap Fajar)
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
Mau jenguk mereka?
Junna Adiyaksa
(menggigit bibir)
Sepuluh menit berlalu, para remaja belum merasakan kehadiran Fajar dan Junna di dalam ruangan
Meski begitu, kelimanya dengan senang hati menyiapkan peralatan dan bahan-bahan untuk pesta malam nanti
Begitu banyak daging sapi dan daging ayam yang tersedia, mungkin para remaja akan menyimpannya untuk besok atau bahkan membaginya untuk para tetangga
Justin Prajaya
(mengupas bawang)
Gue gak nyangka Ayah bohong
Wiona Jadinne
(menoleh sekilas)
Bohong?
Ricky Fadhila
Bohong kenapa?
(mencabut bulu ayam)
Justin Prajaya
(bersandar malas)
Daging sebanyak ini ternyata Ayah beli sendiri untuk dibagi ke tetangga baru kita
Bulan Citrahayi
Yaudah sih, bukannya lo juga biasanya gak masalah kalo berbagi?
Justin Prajaya
(menatap sengit Bulan)
Masalahnya, pasti gue sama Junna yang kerepotan nganterin makanannya
Harun Wiranata
Ntar gue bantuin, Ayah pasti lagi sibuk banget di bengkel
Wiona Jadinne
(memandang Harun)
Kenapa lo gak manggil Om Bagas untuk gabung?
Bulan Citrahayi
Enam keluarga makan bareng? Apa gak pecah?
Ricky Fadhila
Ajakin Kak Kenzo, Lan
Ricky Fadhila
Udah lama gak ngobrol sama Kak Kenzo
Justin Prajaya
Lama apanya, nyet?
(mendelik)
Justin Prajaya
Bukannya minggu lalu kalian berdua main basket sampe jam enam sore?
Harun Wiranata
(terkekeh)
Mana mainnya tiga jam
Ricky Fadhila
(tersenyum canggung)
Masa sih?
Bulan Citrahayi
Ya iya, lah!
Wiona Jadinne
Eh, 𝘣𝘺 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘢𝘺, kita jadi panggil orangtua kita gak, nih?
Wiona Jadinne
Enam keluarga kecil bersatu menjadi banyak gitu
Para remaja tersentak kaget bersamaan kemudian menoleh ke arah tangga dengan cepat
Mendapati Junna dan Fajar menuruni tangga bersama-sama dengan keadaan basah, para remaja kompak bertanya dengan heran
Main Character (8)
Kalian ngapain?
{-Junna, Reyna, & Jihan}
Junna Adiyaksa
(tersenyum)
Nangis bareng
Justin Prajaya
(menatap lekat Junna)
Apa maksud lo dengan lima keluarga?
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
(menepuk bahu Junna)
Junna Adiyaksa
(tersenyum hambar)
Kalian harus berbaik hati sama gue
Junna Adiyaksa
Gue anak yatim-piatu sekarang
Wiona Jadinne
(menelan kasar saliva)
Ma-Maksud lo..
Bulan Citrahayi
Sejak kapan?
(cemas)
Junna Adiyaksa
(mengambil bawang)
Minggu lalu, tapi Ayah baru dikabarin tadi siang
Justin Prajaya
(menatap Fajar)
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
(angguk pelan)
Setelah tau, Ayah langsung kabarin Junna
Fajar Prajaya [Ayah Justin]
Lebih baik Junna tau sekarang daripada terlambat
Seisi ruangan langsung senyap. Hanya bunyi kulit bawang berjatuhan saja yang mengisi suara dalam ruangan
Meski terlihat begitu hancur, Junna masih mempertahankan senyumnya agar tidak mengganggu dan mengusik kegiatan malam ini
Justin Prajaya
(berdiri)
Iya, sekarang kita lima keluarga
Justin Prajaya
(menatap sinis Junna)
Mau gak mau, lo harus jadi Kakak gue
Junna Adiyaksa
(menatap malas Justin)
Itu yang gue lakuin sejak lo lahir
Justin Prajaya
Iya juga, ya..
(gumam)
Justin Prajaya
Pokoknya sekarang lo Keluarga Prajaya, bukan Adiyaksa lagi!
(menunjuk kesal Junna)
Junna Adiyaksa
(terkekeh pelan)
Dengan langkah tegap, Harun berjalan mendekati Junna lalu merangkul sahabatnya itu dengan senyum ceria
Harun Wiranata
Sekarang kita senasib
Ricky Fadhila
Nah! Yang kayak gini nih harus gue laporin ke Om Bagas!
(menunjuk heboh Harun)
Bulan Citrahayi
(angguk setuju)
Ternyata Om Bagas gak dianggap, ya!
Harun Wiranata
Eh? Bercanda aja!
(panik)
Para remaja serta Fajar tertawa melihat Harun yang mendadak panik hanya karena candaan ringan yang ia mulai terlebih dahulu
Setelah puas tertawa, tentunya mereka semua harus melanjutkan kegiatan mereka untuk makan bersama nanti malam
Reyna Cashandra
Maksud Papa, rumah besar yang ada bengkel di sebelahnya?
Jihan Nadhifa
(menggaruk kepala)
[ Kalo gak salah Om itu montir, ya? ]
Timmy Cashandra [Papa Reyna]
(angguk semangat)
Mereka udah baik banget karena sempat bantuin Papa
Timmy Cashandra [Papa Reyna]
Walaupun belanjaan mereka tadi keliatan banyak, mereka masih berusaha untuk bantuin Papa mungut jeruk yang gak sengaja Papa jatuhin
Helaan nafas yang terdengar berat membuat Jihan melirik Reyna yang sibuk berpikir sembari menatap keranjang berisi jeruk
Sebenarnya Reyna bisa mengangkatnya sendiri, tapi sepertinya terlalu berat jika harus dibawa sendirian ke tempat yang cukup jauh
Reyna Cashandra
(menatap Jihan)
Jihan Nadhifa
Apa?
(bingung)
Reyna Cashandra
Bantuin
(nyengir)
Jihan Nadhifa
(mengernyit)
Lo tau-
Jelita Nadhifa [Mama Jihan]
(menghampiri)
Gak ada salahnya, kan, Nak?
Jelita Nadhifa [Mama Jihan]
Kamu bisa bersosialisasi dengan tetangga baru kita
Jihan Nadhifa
(menatap Jelita)
Ma?
Riana Cashandra [Mama Reyna]
(merangkul Jihan)
Sekalian, atasi penyakit yang kamu sebut 𝘢𝘯𝘥𝘳𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘢 itu
Jihan terdiam, merasa bahwa tidak ada satupun yang akan memihaknya di saat seperti ini
Berujung pasrah, akhirnya Jihan membantu Reyna membawa sekeranjang buah jeruk yang menurutnya tidak terlalu berat
Jihan Nadhifa
(menyinisi Reyna)
Lo bohong?
Reyna Cashandra
(tersenyum lebar)
Kalo gue gak bohong, pasti lo gak mau berinteraksi sama para tetangga
Reyna Cashandra
Trauma lo itu harus diatasi, bukan dibiarin
Reyna Cashandra
Lo lupa kenapa lo masuk sekolah campuran padahal lo bisa masuk sekolah khusus putri?
Jihan Nadhifa
(mengalihkan pandangan)
Itu karena lo bilang ke Mama kalo gue takut sama cowok selain Om Timmy
Reyna Cashandra
(tersenyum nakal)
Gue denger dari para tetangga, katanya rumah yang kita tuju sekarang sering rame
Jihan Nadhifa
(melirik sekilas Reyna)
Rame?
Reyna Cashandra
Ada enam remaja, seusia kita kayaknya
Reyna Cashandra
Mereka udah temenan sejak SD dan selalu ngumpul di rumah Om Montir itu
Reyna Cashandra
Para tetangga juga saranin ke gue buat temenan aja sama mereka
Reyna Cashandra
Katanya mereka seru, baik, pinter pula
Reyna Cashandra
Tapi, mereka sahabatan dua cewek empat cowok
Jihan Nadhifa
(mengernyit)
Kalo lo mau temenan, temenan aja
Jihan Nadhifa
Temenan beda gender dan mainnya bareng, lo kira itu bener?
(sinis)
Reyna Cashandra
Yang penting bukan penyimpangan
Jihan Nadhifa
Tapi dosa, Reyna Cashandra
Jihan Nadhifa
(menatap tajam Reyna)
Dua cewek sama empat cowok? Lo sehat?
Jihan Nadhifa
Lo seharusnya kalo mau temenan sama orang lain, dominan ceweknya, bukan cowok
Reyna Cashandra
(menatap malas Jihan)
Lo yang punya trauma, kenapa gue yang harus pilih temen?
Jihan Nadhifa
(berhenti berjalan)
Gue cuma nyaranin yang baik
Comments