"Alhamdulillah ibu udah operasi, ibu harus sehat ya bu. Jangan tinggalin, El." Lirih Emily sambil memeluk ibunya yang masih tertidur.
Calvin memandangi Emily dengan tatapan tak terbaca. Entah apa yang di rasakannya sekarang. Yang jelas Calvin ingin selalu bersama Emily. Dia mengelus punggung Emily dengan lembut.
"Ayo istirahat dulu, nanti ada perawat yang jaga ibumu. Kamar kamu sudah di siapkan."
"Iya mas!" Namun ketika Emily ingin pergi, dia melihat jari manisnya sudah terpasang cincin. "Loh kok ada ini?"
"Supaya kamu enggak macam-macam!" Ucap Calvin.
Keduanya pergi ke kamar Emily tak jauh dari ruang rawat ibunya. Calvin merebahkan wanitanya ke kasur. Dia juga menyelimutinya. "Kamu istirahat dulu, aku di sofa."
Ketika Calvin ingin pergi, Emily menahan tangan pria itu. "Mas, temani aku di sini. Kasurnya besar kok pasti muat." Lirih Emily, dia merasa sedikit egois malam ini, dia membutuhkan sandaran saat ini.
Calvin pun naik ke kasur dia memeluk Emily dengan erat. Emily meringsek ke dada Calvin.
"Ayahku meninggal saat aku SMP, semenjak itu ibu sakit sakitan. Dari jaman sekolah aku ikut bantu ibu kerja, aku juga jualan gorengan, nasi kuning, apapun yang penting halal. Beruntungnya, aku selalu mendapat beasiswa, jadi ibu tidak perlu membayar biaya sekolah sampai kuliah. Aku cuma punya ibu. Aku-aku...!"
Ucapan Emily sungguh menyayat hati Calvin. Dia makin memeluk wanita itu dengan erat. Dan mencium keningnya cukup lama. Calvin tak menjawab, dia pun meneteskan air matanya tanpa di ketahui Emily.
Betapa menyedihkan kehidupan Emily dan ibunya selama ini. Kalau saja Emily egois, uang gajihnya selama bekerja di kantor Calvin, bisa untuk menyicil rumah. Namun, Emily lebih memilih untuk membiayai pengobatan ibunya.
Lama kelamaan Emily tertidur, Calvin menghapus air mata itu. "Aku akan membahagiakanmu Emily. I'm promise!"
-
-
-
Keadaan ibunya Emily sudah membaik, Emily juga sama. Mereka berdua sudah bisa pulang. Namun hari itu Calvin tak datang karena harus meeting.
Mereka berdua pulang ke kontrakannya siang itu. "Alhamdulillah akhirnya ibu bisa pulang, nak." Ucap bu Asih.
"Ibu istirahat dulu di dalam, El mau beli makanan dulu ke depan." Kata Emily, yang sudah membaringkan ibunya.
Ketika dia ke jalan raya, hampir ada motor yang ingin membegalnya. Namun Emily ditahan oleh seseorang.
"Aawww...!"
"WOY...BRENGSEK!" Teriak seorang pria yang menolong Emily. Dia mengecek badan Emily "Ada yang luka, hmm?"
"Enggak kok, cuma kaget aja. Makasih ya pak." Ucap Emily ramah.
"Sepertinya umur kita enggak beda jauh. Saya Mathew, panggil Math aja." Ucap pria itu dia mengulurkan tangannya ke Emily.
"Emily, terima kasih ya udah nolongin aku barusan. Kalau gitu saya permisi."
"Tunggu Emily, eum kamu tahu alamat ini?"
Emily mengecek kertas kecil itu "Oh ini lapangan yang di jalan depan, kejauhan kalau di sini. Memang mau cari apa di lapangan?"
Mathew menjelaskan dia akan mengerjakan proyek pembangunan disana. Namun masih belum rampung designnya, jadi hari ini perusahaan Mathew akan survey lokasi.
"Oh begitu.." Jawab Emily singkat.
"Eum...aku antar pulang?"
"Enggak usah, makasih aku duluan permisi." Emily buru buru pergi dari sana. Dia sedikit ketakutan pasalnya baru juga beberapa menit bertemu tapi sudah mau antar pulang.
"Hehehe lucu juga! Semoga kita bertemu lagi, Emily."
-
-
Besoknya Emily seperti biasa menjalani harinya dengan bekerja. Pagi pagi sekali Emily sudah ke kantor, karena akan ada meeting.
"El, kamu kenapa kemarin enggak masuk kantor?" Tanya mbak Anna yang baru datang.
"Aku enggak enak badan mbak, tapi udah agak mendingan sih mbak." Jawab Emily lembut. "Lain kali kabari mbak donk, mbak kan khawatir." Lirih mbak Anna.
Emily memeluk sahabatnya itu "Maafin aku ya mbak, aku aja enggak nyangka bakal sakit. Oh iya ibu udah pulang ke kontrakan."
"Alhamdulillah, nanti pulang kerja mbak mau lihat ibu yah."
"Iya mbak."
Emily dan mbak Anna pun akan meeting dengan divisi pemasaran. Terlihat Calvin dan asistennya baru datang masuk ke ruangan meeting. Calvin menatap Emily tajam.
CEKLEK
Semua menoleh ke arah pintu, ternyata ada seseorang lagi yang akan ikut meeting. "Loh Emily? Kamu? Kerja disini juga?" Tanya Mathew, dia menghampiri Emily dulu sebelum rapat di mulai.
Emily tersenyum kikuk, dia melirik sekilas Calvin. "Hehehe iya aku kerja di sini."
"Akhirnya kita bertemu lagi." Ucap Mathew dengan senang.
Calvin mengeraskan rahangnya seolah tak terima jika ada lelaki lain tersenyum pada Emily. "Ehm! Kita mulai meetingnya, saya sibuk!" Ketus Calvin.
"Oke, santai bro, baru juga datang." Jawab Mathew santai.
-
-
-
Meeting pun berakhir, Emily dan mbak Anna langsung ke kubikelnya. Mathew mengekor dibelakang Calvin. "Kau tidak bilang punya pegawai secantik itu." Ucap Mathew yang baru duduk di sofa.
"Dia sekertarisku, memang harus aku kasih tahu?" Ketus Calvin sambil membuka laptopnya.
"Hahaha kau cemburu? Daritadi kau ketus sekali." Ledek Mathew.
"Kenapa kau kenal Emily?" Tanya Calvin sedikit kepo.
Mathew menceritakan awal mula bertemu Emily di jalan. Dia malah tersipu, seperti tengah jatuh cinta pada Emily. "Sepertinya dia belum punya kekasih, aku akan_"
"Tidak! Eum maksudku, jangan ganggu sekertarisku, dia anak baik, jangan macam macam!" Calvin jadi salah tingkah di depan Mathew.
Mathew memicingkan matanya menatap sahabatnya itu. "Kenapa kau marah? Kau tidak jatuh cinta padanya kan? Bukannya kau sedang di jodohkan?" Tanya Mathew dengan penasaran.
"Ehm! Aku tidak marah, aku tidak suka kau menggoda pegawai ku."
"Aku tidak menggoda_"
TOK TOK TOK
CEKLEK
Emily datang keruangan Calvin sambil membawa berkas "Maaf pak menganggu, ini ada yang harus di tanda tangani." Ucapnya, sembari menyerahkan berkas itu.
"Hai Emily." Sapa Mathew dengan ramah.
Emily tersenyum dan menunduk lagi. Calvin menatapnya tajam, dia tak suka jika Emily tersenyum pada Mathew.
Calvin menandatangani berkas itu tanpa bicara sedikit pun pada Emily. Bahkan dia sedikit melempar berkas itu. "Te-terima kasih pak, saya permisi." Emily sedikit kaget ketika Calvin melemparnya.
Mathew dengan sigap membantu Emily memunguti berkas itu. "Kau ini, lembut sedikit sama wanita bisa kan?" Gerutu Math pada Calvin.
Calvin jelas saja sedikit cemburu, egois memang dan gengsi tentunya.
"Terima kasih pak." Ucap Emily dengan lembut ke Mathew dia pun pamit dari sana.
-
-
-
"Ku tunggu di apartment mu selesai kerja!"
Emily mendapat pesan masuk dari Calvin. Dia segera membalasnya. Sebetulnya dia lelah sekali, tapi bagaimana pun juga dia masih ada perjanjian dengan bossnya itu.
Mau tak mau dia akan pulang ke apartment. Emily memikirkan cara mendapatkan uang lebih dengan bekerja part time di luar jam kerja kantor. Dia sedang mencari lowongan kerja yang bisa dikerjakan hari sabtu dan minggu.
"Cari apa, El?" Tanya mbak Anna.
"Cari tambahan uang mbak hehehe." Jawab Emily, dia masih mencari cari di internet.
"Nanti mbak bantu yah, mudah mudahan ada lowongan kerja part time." Ucap mbak Anna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments