Ara sudah kebersihan tubuh lemah Jessie, dan mengganti pakaian Jessie dengan piyama miliknya, mengoleskan salep pada setiap luka di tubuh mungil nan kurus itu. sesekali Ara meringis membayangkan betapa perihnya luka itu jika nanti terkena air.
Setelah itu seorang dokter muda datang dan segera memeriksa keadaan Jessie, "Astaga apa yang dilakukan pria kejam itu padamu" Gumamnya.
"Bagaimana keadaanya?" Tanya Aaron yang sudah berdiri di belakang Dokter Edwin yang tidak lain adalah sahabatnya.
"Masih bernyawa" Jawabnya santai.
Aaron berdecak kesal "Aku tahu jika dia masih bernyawa, yang aku tanyakan bagaimana keadaannya?"
"Apa yang kamu lakukan pada gadis kecil ini Aaron? tubuhnya banyak luka, kamu tega menyiksanya? kesalahan apa yang dia lakukan?" Tanya Dokter Edwin dengan raut wajah iba.
"Aku memanggilmu untuk melakukan tugas, yaitu memeriksa keadaannya, bukan malah banyak bertanya, kamu sudah hampir seperti wartawan yang sedang mewawancarai ku, katakan saja bagaimana keadaannya, dan berhentilah bertanya hal yang tidak penting" Ujar Aaron menatap nyalang sahabatnya.
Dokter Edwin hanya menggeleng pelan melihat bagaimana tanggapan sahabatnya, "Dia hanya demam" Jawabnya singkat.
Aaron mengerutkan keningnya "Hanya itu? yang benar saja?"
"Kamu bertanya dan aku menjawab hasil dari pemeriksaan ku, dan itu hasilnya, kenapa kamu seperti meragukan hasilnya, kamu terlihat sangat ingin mendapatkan jawaban lain" Kesal Dokter Edwin.
"Jangan membuatku marah Ed, aku membutuhkan jawaban yang benar, jika hanya demam tidak mungkin sampai mengeluarkan darah dari hidungnya, bahkan sampai pingsan"
Dokter Edwin menarik nafas dalam-dalam, "Jika ingin tahu jawabnya, lebih baik bawa dia ke rumah sakit, agar aku bisa melakukan pemeriksaan dengan benar" Jawabnya, dia menduga jika gadis kecil yang tengah terbaring itu memiliki riwayat penyakit yang serius.
"Apa kamu gila? dia tawanan ku dan kamu memintaku untuk membawanya ke rumah sakit? sejak kapan tawanan menjadi spesial? lagi pula aku sedang menanti kematiannya" Kesal Aaron.
"Gadis yang malang, tidak perlu menyiksanya jika kamu sudah menanti kematiannya, dan jangan memanggil Dokter manapun untuk mengobatinya" ucap Dokter Edwin melihat kearah Jessie.
"Sudah cukup! Kamu boleh pergi!" Usir Aaron, Dokter Edwin pun pasrah dan akhirnya pergi.
***
Keesokan harinya, Jessie mulai tersadar, dia mengedarkan pandangannya, ruangan yang berbeda bukan lagi di ruang bawah tanah, dipenjara juga bukan. atau dirinya sudah berpindah alam?, Jessie menggeleng pelan. Badannya terasa sangat sakit ketika dia bergerak pelan.
"Apa aku sudah mati?" Gumamnya dia melihat ada sosok menyeramkan di sofa panjang yang sedang menatapnya penuh dengan kebencian.
"Apa aku masuk surga? dan itu adalah sosok pengeran yang akan menemaniku? tetapi kenapa wajahnya jelek?" Lagi-lagi dia bergumam.
"Mulutmu sangat lancang gadis kecil, apa kamu ingin merasakan bagaimana mulut kecil itu terbuka lebar?"
Jessie yang belum sepenuhnya sadar dia masih mencerna ucapan Aaron. detik berikutnya mata Jessie melebar, Astaga dia adalah pria kejam yang ingin membunuhnya
"Tuan, anda tidak jadi membunuh saya?" Tanyanya dengan tatapan wajah polos dan kedua mata yang mengedip lucu.
"Jaga pandanganmu, aku tahu, jika diriku memang tampan"
Jessie meringis, selain kejam ternyata juga narsis "Anda jangan salah paham dulu Tuan, saya hanya tidak sengaja melihat anda" Jawab Jessie, kepalanya menunduk.
"Perempuan pembunuh memang tidak ada bedanya dengan perempuan murahan" Aaron mengubah posisinya menjadi duduk dengan tegak menatap Jessie dengan tajam.
"Maaf Tuan saya bukan perempuan murahan, teta!!" Bantahnya.
Aaron bertepuk tangan memberi apresiasi dengan keberanian Jessie yang selalu menjawabnya, jika orang lain mungkin mereka sudah bungkam sejak kemarin.
"Kamu selalu menantang ku" Kekehnya, dia berjalan mendekat ke arah Jessie yang sedang gugup dan takut. Aaron menelisik tubuh Jessie.
"Bangun" Titahnya, Jessie yang takut pun menurut dengan perlahan bangun lalu turun dari ranjangnya, dia berdiri tepat didepan Aaron.
Tanpa aba-aba tangan kekar itu dengan kasar menarik pinggang ramping Jessie, membuat perempuan itu memejamkan matanya karena luka ditubuhnya tertekan oleh tangan Aaron.
"Jangan menjadi perempuan pembangkang, jika kamu masih ingin hidup maka lakukan semua perintahku" Bisiknya.
"Maaf Tuan, anda bukan orang tua saya yang bisa mengatur hidup saya, dan anda tidak memiliki hak apapun.. "
"Sudah aku katakan Jessie, jangan membangkang, kamu tidak punya pilihan, hidup mendekam di penjara dengan hukuman seumur hidup atau menjadi budak sekaligus pemuas nafsuku" Aaron berkata dengan wajah datar.
Tubuh Jessie menegang, pilihan tidak masuk akal yang Aaron berikan, semuanya tidak ada yang menguntungkan baginya.
"Tuan, itu bukan pilihan tetapi paksaan"
Jessie semakin merapatkan mulutnya agar pria itu tidak memiliki celah, namun otak licik Aaron selalu bekerja dengan baik. Tangannya perlahan turun ke bawah menyibak piyama yang di gunakan Jessie dalam sekali sentakan saja tangan pria itu menerobos masuk ke dalam benda segitiga yang menutupi bagian inti Jessie.
"Seperti ini bukan yang kamu inginkan?" Jessie hanya bisa meneteskan air matanya. memberontak pun tenaganya sudah habis.
"Tuan, tolong jangan lakukan itu padaku" isaknya.
"Tetapi aku ingin kamu memilih pilihan yang kedua, menjadi pemuas nafsuku" Bisiknya menggigit telinga Jessie lalu perlahan mengecup leher jenjang Jessie, dan satu tangannya masih bermain di bagian inti Jessie dengan liar.
"Aku bahkan belum memasuki mu tapi kamu sudah basah" Ucap Aaron yang merasakan kepemilikan Jessie sudah basah akibat ulahnya.
Ini pertama kalinya bagi Jessie, tidak heran jika perempuan yang tidak memiliki pengalaman apapun itu memberikan respon yang begitu cepat.
"Tolong hentikan Tuan" Jessie berusaha mendorong kuat dada Aaron, namun suara tertahan Jessie justru semakin membangkitkan gairah Aaron.
"Kamu berkata berhenti tapi tubuhmu menikmati nya Sialan"
Mata Jessie membulat sempurna ketika Aaron menurunkan celana panjang yang dia pakai, tubuhnya bergetar dengan hebat ketika ada sesuatu yang berdiri tegak di balik boxer ketat.
"Kamu siap baby?" Suara Aaron terdengar serak menahan sesuatu yang tidak lagi bisa dia tahan, jika bisa berkata jujur ini adalah pertama kalinya juga bagi Aaron, dia bisa di bilang ketua Mafia paling anti bermain sex bebas, bahkan Kiara yang sudah menjadi tunangannya hanya memberinya kecupan saja.
Aaron sendiri bingung kenapa hanya melihat tubuh Jessie saja dia sudah ingin merasakan yang namanya kenikmatan, gairahnya mendadak bangkit seperti orang yang sedang kelaparan.
"Tuan, saya mohon jangan" Air mata Jessie terus mengalir.
Namun Aaron sama sekali tidak mendengarnya, "Tuan, tolong.. Ahhh" Sial Jessie ingin merobek mulutnya sendiri yang tiba-tiba mengeluarkan suara laknat.
"Apa kamu siap Baby" Aaron tersenyum miring, mulut Jessie terus menolak tetapi tubuhnya merespon dengan baik.
"Tuan.. "
"Ya, Baby, sebut namaku" Jawabnya yang sudah mengangkat sebelah kaki Jessie, sebentar lagi dia akan merasakan nikmatnya bercinta, entah lupa atau tidak Aaron seakan melupakan dendamnya kepada Jessie.
namun belum sempat Aaron melakukannya suara ketukan pintu membuatnya menggeram kesal.
tok
tok
"Tuan, di luar ada orang tua Nona Kiara" seru Arnold.
Aaron mendengus dia menatap Jessie yang seperti bernafas lega "Sekarang kamu bisa lolos, tapi tidak untuk hari berikutnya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments