Bab 2

Aaron mencengkram gelas yang berada di tangannya sampai pecah, tidak perduli jika tangannya terluka dan mengeluarkan darah.

"Kamu tidak akan pernah bisa lolos dari neraka seorang Aaron Barnard, bersiaplah setelah pemakaman Kiara, giliran mu gadis sialan yang akan mendapatkan pemakaman" Gumamnya dengan tangan mengepal kuat.

Tok

Tok

"Masuk Arnold!!" Serunya.

Setelah mendapatkan perintah, Arnold pun masuk dengan kepala menunduk, matanya melirik tangan Aaron yang terluka namun dia tidak berani untuk bertanya.

"Apa kamu datang keruangan ku hanya untuk diam Arnold?" suara dingin bagaikan anak panah yang menusuk di jantungnya.

"Ah, maafkan saya Tuan, semua yang Anda inginkan sudah siap, besok pagi anda bisa melakukan pemakaman, apakah saya harus mengundang rekan bisnis anda Tuan?"

"Jika kamu tidak mengundang mereka, untuk apa aku mengadakan upacara kematian? namun sebelum itu perketat penjagaan mansion" ucapnya. dengan cepat Arnold mengangguk paham dengan perintah Tuannya.

"Adakan pemeriksaan setiap tamu yang datang, jangan biarkan satupun membuat onar"

"Baik Tuan" Arnold.

"Arnold, hukuman apa yang pantas untuk gadis kecil itu selain kematian?" tanyanya dengan memandangi foto mendiang kekasihnya yang tersenyum begitu manis.

Arnold tidak tahu hukuman apa yang pantas , namun dia sendiri tidak tega melihat gadis lugu seperti Jessie harus mendapatkan siksaan dari Aaron, karena kebenarannya belum jelas menurutnya.

"Mohon maaf Tuan, lebih biak anda yang memutuskannya" Jawab Arnold.

Aaron manggut-manggut "Kalau begitu siksa dia sekarang, aku akan pergi keluar sebentar dan tengah malam aku akan kembali, buat dia merasakan apa yang Kiara rasakan, apa kamu paham Arnold?"

"Ya, saya paham Tuan, jika perlu saya akan langsung membunuhnya" jawab Arnold.

"Jangan, aku yang akan membuatnya perlahan mati, kamu hanya perlu menyiksanya saja" Arnold hanya mengangguk.

**

Seperti yang sudah di rencanakan, para tamu undangan pun datang, tidak terlalu banyak hanya beberapa ketua klan yang Aaron kenal dan di anggapnya sebagai sahabat.

"Selamat jalan Kiara, istirahatlah dengan tenang aku akan membalaskan rasa sakit mu" Ucapnya, Aaron menatap wajah cantik sang tunangan di dalam peti yang belum tertutup.

Ucapan demi ucapan untuk menguatkan Aaron mereka sampaikan dengan tulus, Kiara adalah perempuan yang baik, tidak pernah melakukan hal yang membuat Aaron marah, hanya saja malam itu menjadi keteledoran baginya, sampai pergi tanpa pengawal.

Setelah acara pemakaman selesai, Aaron berdiam diri didalam ruang kerjanya, dia tidak ingin di ganggu oleh siapa pun, dan ketika malam barulah Aaron mendatangi tempat dimana seseorang yang telah membunuh Kiara.

Sedangkan diruang bawah tanah yang terasa dingin dan lembab itu membuat Jessie meringkuk, kenapa nasibnya seperti ini, entah dosa apa yang pernah Jessie lakukan dimasa lalu sampai dia mendapatkan balasan neraka ciptaan manusia.

Tap

Tap

Terdengar langkah kaki mendekat, jantungnya berdetak kencang, baru saja ingin memejamkan matanya, kepalanya terasa sangat pusing.

"Selamat malam Tuan" sapa para pengawal mereka membungkuk hormat, lalu membukakan pintu besi yang didalamnya sudah ada Jessie.

"Anda ingin membunuh saya Tuan?" tanya Jessie, dia sudah didudukan di atas kursi dengan tangan di ikat ke belakang.

"Tentu saja, memangnya kamu pikir, aku akan menjadikanmu pajangan?" jawab Aaron yang berdiri tegak menatap lurus.

"Apa anda tega Tuan, membunuh gadis yatim piatu seperti saya?" Iba nya, Jessie masih ingin hidup dengan sisa waktu yang dia punya.

Aaron menarik sudut bibirnya "Kenapa kamu mengiba seperti itu? Hatiku tidak akan bergerak, jangan bilang kamu takut kematian? padahal kamu seorang membunuh" Desisnya.

Terdengar helaan lemah nafas Jessie "Sudah saya katakan Tuan, saya tidak melakukannya, kenapa anda tidak percaya" ujarnya dengan mata buram, wajahnya terlihat pucat.

Aaron sejenak memperhatikan wajah Jessie, gadis itu seperti sedang menahan sesuatu, apakah lapar? tentu saja karena Aaron tidak memberinya makan, tapi sepertinya bukan itu.

"Saya yakin anda masih memiliki hati nurani Tuan"

"Ya, kamu benar, tetapi itu hanya berlaku kepada binatang peliharaan ku saja, jika untukmu aku adalah iblis, dan jangan lupa siapa aku" jawabnya menyeringai, namun Aaron tidak mengalihkan pandangannya dia menatap wajah pucat Jessie dengan perasaan aneh.

"Tuan, jika memang anda ingin membunuhku silahkan lakukan, lagi pula hidup pun saya sudah tidak memiliki apa-apa" Jessie berkata seolah menantang Aaron.

"Kamu menantang ku? baiklah akan aku kabulkan, bersiaplah untuk menemui ajalnya" Aaron tersenyum miring melihat bagaimana raut wajah Jessie, antara takut dan seperti menahan sakit.

Jessie memejamkan matanya, dia sudah pasrah dengan hidupnya, jika memang harus berakhir dia tidak akan menolaknya. baginya percuma memohon ampun kepada pria yang tidak memiliki belas kasih dan seperti memiliki kepribadian ganda.

Aaron tidak akan membunuh Jessie sekarang, dia harus membuat Jessie menderita terlebih dulu, tangan Aaron yang terdapat senjata mengarah tepat di dada Jessie, dia siap membuat perempuan itu ketakutan.

Tidak ada reaksi apapun dari Jessie selain matanya yang terpejam, namun beberapa detik Aaron menurunkan senjata nya, keningnya berkerut, dia menatap aneh ke arah Jessie, tiba-tiba darah segar keluar dari hidung Jessie.

"Sialan" Gumamnya lalu dia melangkah mendekat, menaikkan dagu Jessie agar melihat kearahnya, namun perempuan itu tidak juga membuka matanya.

"Bangunlah, Hay apa kamu tuli?" Serunya namun tidak ada jawaban apapun.

Tubuh Jessie terasa dingin, Aaron bisa merasakannya "Apa dia mati?" ucapnya, kedua pengawal langsung membuka ikatan tangan Jessie.

Bruk

Tubuh mungil nan kurus itu pun terjatuh ke lantai. "Sialan, kenapa dia harus mati sekarang, aku belum melakukan apapun" Kesalnya.

"Tuan, Nona ini belum mati, sepertinya hanya pingsan" Ucap salah satu pengawal yang baru saja memeriksa denyut nadi Jessie.

Aaron terdiam beberapa detik lalu "Arnold!!" Teriak nya.

Dengan secepat kilat Arnold sudah berada di samping nya "Astaga, Nona" Arnold reflek dengan kekagetannya.

"Siapkan kamar di Paviliun, aku akan membawa perempuan pembunuh ini, dan jangan lupa telpon Edwin untuk segera datang" Titahnya, Arnold mengangguk patuh, lalu berlari kearah paviliun untuk meminta maid menyediakan satu kamar. lalu menghubungi Dokter Edwin.

"Semoga nona kecil itu baik-baik saja, aku yakin bukan dia pembunuhnya" Gumamnya.

Sedangkan Aaron mengangkat tubuh mungil Jessie, "Menyusahkan, hanya kamu tawanan yang mendapatkan perlakuan spesial sebelum aku membunuhmu" gerutunya, menatap wajah cantik yang terlihat begitu polos dan lugu, sangat tidak terduga dibalik kepolosannya ternyata memiliki jiwa pembunuh.

"Tuan, kamar sudah siap" Ucap Arnold ketika melihat Aaron masuk pintu utama.

"Dimana Ara?" tanyanya.

"Saya disini Tuan" jawab perempuan cantik dengan menggunakan seragam pelayan.

"Ikut denganku dan urus dia, jangan sampai Edwin menghakimiku, aku tidak mau di tuduh menyiksa gadis dibawah umur" Ucapnya, Arnold dan Ara saling melirik, Tuannya memang tidak pernah sadar diri.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!