Jarak yang tak terucap
---
Udara sore itu cukup dingin, dibalut aroma hujan yang menggantung di langit kelabu. Typical rainy season vibes di Jakarta, dengan awan tebal yang seakan nggak pernah capek menggulung. Di kampus Universitas Archmore, suasana sibuk khas mahasiswa baru terasa banget—ramai, tapi tetap ada ruang untuk kesepian.
Acha melangkah di lorong Fakultas Psikologi dengan langkah ringan. Well, setidaknya terlihat ringan, meski hatinya jelas nggak sejalan. Rambutnya yang diikat rendah terayun pelan setiap kali ia bergerak. Sudah berminggu-minggu sejak that prom night. Malam yang seharusnya jadi sweet memory, malah nyisain perasaan super rumit.
Dan semua itu... karena Noah.
Sahabat sekaligus cinta pertamanya.
Acha menarik napas dalam. Damn. Ia masih ingat jelas bagaimana Noah memilih untuk jujur malam itu.
💬"Cha, gue gay."
Sesederhana itu.
Dan rasanya? It hit different.
Sungguh, Acha pengin ikut bahagia. Noah percaya padanya, kan? Ia cukup penting sampai Noah buka semua rahasia itu. Tapi deep down, hatinya nggak bisa bohong.
💬"Kalau dia bukan untuk Gue, kenapa rasanya tetap sesakit ini?" pikirnya, sambil menatap langit kelabu.
Love is complicated, dan Acha baru benar-benar ngerti artinya sekarang.
---
---
📍𝙇𝙤𝙠𝙖𝙨𝙞 :
𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙡𝙖𝙨 𝙋𝙨𝙞𝙠𝙤𝙡𝙤𝙜 ..
---
---
Suasana kelas dipenuhi suara bisik-bisik mahasiswa. Typical first class vibes—ada yang excited, ada juga yang pura-pura cuek. Bau buku baru bercampur dengan aroma kopi dari tumbler yang berjejer di meja. Honestly, aroma kopi itu seperti mood booster di tengah kecanggungan pertemuan pertama.
Di depan, layar proyektor memancarkan nama dosen yang akan mengisi kelas hari itu.
𝙋𝙧𝙤𝙛.𝙈𝘼𝙑𝙀𝙉 𝙈𝙔𝙎𝘼𝙉𝘿𝙀𝙍
Nama itu terpampang jelas, membuat beberapa mahasiswa saling melirik.
---
Laura
(tersenyum cerah ke Acha, mata berbinar penuh antusias):
💬"Hey, Ach! Guess what? Denger-denger profesor yang ngajar kita hari ini tuh super hot, you know? Setengah bule gitu katanya. Vibes-nya kaya aktor drama Korea yang suka liburan ke Bali. Fix, gue bakal duduk depan! Front row seat for the best view, baby!"
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa kecil, melirik Laura dengan ekspresi setengah malas):
💬"Lo emang nggak pernah nyerah, ya, Laur? Kalau emang segitu kerennya, jangan lupa kenalin ke gue. Who knows? Bisa jadi bahan cuci mata, kan? Refreshing the soul, gitu."
Laura
(mengedip nakal, sambil nyenggol bahu Acha):
💬"Ya ampun, lo move on juga akhirnya! Good girl! Proud of you, babe! Bentar lagi kita cari momen seru bareng, trust me."
Raisya Andromeda (Acha)
(Acha hanya tersenyum lemah, pandangannya sesaat kosong. Di balik tawanya, ada hati yang belum sepenuhnya utuh. Laura merangkul Acha dengan senyum semangat.)
Laura
(dengan suara riang, berusaha mencairkan suasana):
💬"Udah ah, New semester, new vibes, new hot prof! Let’s make today exciting. Slay bareng, Ach!"
---
Pintu kelas perlahan terbuka. Seorang pria bertubuh tegap melangkah masuk. Kemeja hitam yang digulung rapi di lengan, dipadukan dengan celana abu-abu yang pas di tubuhnya. Wajahnya tenang, rambut hitam sedikit bergelombang, dan yang paling mencolok ...mata abu-abu tajam yang seolah bisa membaca pikiran.
Semua suara bisik-bisik di kelas langsung mereda. Aura dingin dan karismanya seperti otomatis menguasai ruangan.
---
Maven Mysander
(Dengan suara dalam dan tenang)
💬"Selamat siang, everyone."
---
Suaranya dalam dan berkarisma, bikin suasana kelas langsung hening.
---
Maven Mysander
💬"Nama saya Maven Mysander. Mulai hari ini, I'll be your lecturer untuk mata kuliah Psikologi Interpersonal."
( Pause sebentar, senyum tipis.)
💬"So, I hope we can learn a lot together. Jangan terlalu tegang, oke? Psikologi itu bukan cuma teori, tapi juga tentang memahami diri sendiri dan orang lain."
---
Vibes-nya? Chill but mysterious.
Semua mahasiswa auto fokus. Dalam hati pasti mikir, 💬"Oke, dosen ini beda. Aura-aura main character nih."
---
Laura
( nyaris ternganga, like,)
💬"Seriusan? Dosen seganteng ini?"
(Bergumam Pelan)
Raisya Andromeda (Acha)
(Sedikit terkejut)
💬"Muda banget, no way!"
---
Pelajaran pun dimulai. Dengan aura dingin dan tatapan tajam yang so captivating, Maven menjelaskan mata kuliah hari itu dengan tenang. Suasana kelas? Auto hening, semua mata fokus ke dia.
---
---
Before they knew it, kelas selesai so fast.
---
Laura
💬"Oke, this is my chance. Gimana pun caranya, harus ngobrol!"
(Merapihkan rambunya dengan semangat)
---
Laura dengan cepat melangkah menghampiri Maven, senyumnya manis, penuh percaya diri.
---
Laura
(dengan senyum manis dan nada menggoda):
💬"Professor, kalau ada waktu, maybe kita bisa bahas materi bareng di kafe kampus?"
---
Maven hanya menoleh perlahan. Wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi. Mata abu-abunya menatap Laura sejenak.
---
Maven Mysander
(datar, tenang, dengan aura misterius):
💬"Terima kasih, Tapi saya ada urusan lain."
---
Laura terdiam. Sejenak suasana terasa canggung.
Dari kejauhan, Acha tertawa kecil sambil melipat tangan di dada.
---
Raisya Andromeda (Acha)
(senyum nakal):
💬"Rejected langsung, Laur."
Laura
( cemberut, tapi tak bisa menyembunyikan tawanya , menghela napas dramatis):
💬"Kenapa sih, professor setampan itu cuek banget? Sumpah, misterius abis."
---
Acha hanya tersenyum tipis, menatap punggung Maven yang perlahan menjauh.
Setelah kepergian Maven, suasana kelas perlahan kembali ramai.
---
Laura
( Segera merangkul lengan Acha dengan senyum cerah dan nada antusias):
💬"Ach, yuk ke kantin! Gue butuh kopi buat nenangin hati yang baru aja ditolak profesor super hot itu."
Raisya Andromeda (Acha)
(tersenyum lemah, menggeleng pelan):
💬"Aduh, sorry, Laur. Gue nggak bisa. Gue harus ketemu Noah."
Laura
( Mengernyit, alisnya bertaut sejenak sebelum senyumnya kembali merekah kemudian mengangguk paham):
💬"Oh, Noah, huh? Fine then. Sampaikan salam gue ke dia, ya. Lo jangan lama-lama galau di sana."
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa kecil, melambaikan tangan):
💬"Iya, bakal gue sampaikan. Lo juga jangan drama sendirian di kantin, ya!"
Laura
(mengedip nakal):
💬"Please, gue selalu fine kok. Hati gue kan tegar, walau profesor dingin itu cold as ice."
---
Acha tertawa pelan sebelum berbalik dan mulai melangkah pergi. Suasana kampus sore itu terasa hangat meski langit masih kelabu. Langkah Acha mantap menuju Gedung Tari, tempat di mana Noah berada.
Di setiap langkahnya, pikirannya dipenuhi pertanyaan—Apa Noah baik-baik saja? atau Apakah hatinya sudah cukup kuat kali ini?
---
---
📍𝙇𝙤𝙠𝙖𝙨𝙞 : Departemen Seni Tari
---
---
Langkah Acha bergema pelan di koridor Departemen Seni Tari. Aroma parfum samar bercampur dengan wangi kayu dari lantai dansa, menciptakan suasana yang menenangkan. Dari balik pintu kaca, Noah terlihat sedang meregangkan tubuh setelah latihan. Gerakannya anggun seperti biasa, tapi ada sesuatu di raut wajahnya—sesuatu yang Acha tak bisa abaikan.
---
Raisya Andromeda (Acha)
(tersenyum, memanggil dengan suara ceria):
💬"Noah!"
---
Noah menoleh. Senyumnya lebar, hangat, persis seperti yang Acha ingat. Tapi, entah kenapa, Acha bisa melihat—ada sesuatu yang berbeda di balik senyuman itu.
---
Noah Alexander (Noah)
(mendekat, nada suaranya ringan):
💬"Cha! Long time no see! What brings you here?"
Raisya Andromeda (Acha)
(menggaruk kepala, senyum canggung di wajahnya):
💬"Umm, gue mau minta bantuan, sih. Gue mau pindah ke apartemen baru. You free, right? Sekalian kita hangout ,udah lama banget, bro."
---
Noah tertawa kecil, matanya berkilat sebentar, tapi Acha masih bisa merasakan ada jarak yang belum sepenuhnya terjembatani.
---
Noah Alexander (Noah)
(mengangkat alis, nada suara tetap ceria):
💬"Sure, kenapa nggak? Gimme a sec, gue ambil tas dulu."
---
Acha mengangguk, memperhatikan punggung Noah yang berjalan menjauh. Senyum canggungnya perlahan memudar. Dalam hatinya, Acha bertanya-tanya ..💬Apakah kita benar-benar masih sama seperti dulu?
---
---
Sambil berjalan di samping Acha, Noah dengan cepat mengetik pesan di ponselnya. Jemarinya bergerak cepat, namun raut wajahnya tampak berat.
📱Noah (Typing):
💬" gue hangout dulu sama sahabat gue. Mungkin pulang agak malam."
Beberapa detik kemudian, notifikasi masuk.
M (Reply):
💬"Oke."
Cuma satu kata. Datar. Tanpa emotikon, tanpa penjelasan.
---
Noah Alexander (Noah)
(Menggigit bibirnya .Pahit . Bicara dalam hati): 💬"Kenapa... dia selalu kayak gini?
Dingin. Jarak di antara kita malah makin jauh.
Apa gue yang salah?"
---
Acha melirik Noah sekilas. Ia menangkap ekspresi di wajah Noah ,senyum yang dipaksakan, mata yang tampak sibuk dengan pikirannya sendiri.
---
Raisya Andromeda (Acha)
(Memilih diam. Menahan kata-kata yang ingin keluar . Dalam hati kecil berbicara):
💬"Gue nggak mau tau.
Nggak mau ikut campur.
Gue nggak siap denger kalau dia bahagia... sama orang lain."
---
Suasana hening mengiringi langkah mereka. Dua orang sahabat, berjalan berdampingan, tapi pikiran masing-masing melayang ke tempat yang berbeda.
𝙆𝙖𝙙𝙖𝙣𝙜, 𝙟𝙖𝙧𝙖𝙠 𝙞𝙩𝙪 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙨𝙤𝙖𝙡 𝙧𝙪𝙖𝙣𝙜. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙨𝙤𝙖𝙡 𝙝𝙖𝙩𝙞.
---
📍𝙇𝙤𝙠𝙖𝙨𝙞 : 𝘼𝙥𝙖𝙧𝙩𝙚𝙢𝙚𝙣 𝘽𝙖𝙧𝙪 𝘼𝙘𝙝𝙖
---
Langit mulai gelap. Warna oranye perlahan memudar, digantikan kelabu. Angin sore berhembus, membawa aroma tanah basah. Di dalam apartemen baru Acha, tumpukan kardus berisi berbagai macam buku dan figur One Piece berserakan.
---
Raisya Andromeda (Acha)
(membuka pintu dengan senyum lebar):
💬"Welcome to my new place! Orangtua gue yang beliin. Pretty cool, huh?"
---
Noah melangkah masuk, matanya menyapu ruangan. Begitu melihat rak penuh figur Zoro dan tumpukan manga One Piece, dia mengangkat alis, tertawa.
---
Noah Alexander (Noah)
(menggoda, tertawa ringan):
💬"Serius, Cha? Lo nggak pernah bosen sama One Piece? Roronoa Zoro again? C'mon, grow up a bit!"
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa sambil memelototkan mata):
💬"Lo yang nggak ngerti, bro. Mereka tuh alasan gue survive sampai sekarang, especially Zoro. Loyal, kuat, dan selalu keep his promise. Udah paling bener!"
Noah Alexander (Noah)
( tersenyum. Tapi senyumnya nggak sepenuhnya sampai ke mata. Sedikit pudar. perlahan, sambil menghela napas):
💬"...Iya, lo emang selalu suka Zoro, ya?"
---
Ada jeda. Sunyi sejenak. Noah terdiam, tatapannya kosong.
---
---
Acha dan Noah mulai sibuk menyusun barang-barang di apartemen baru itu. Tumpukan buku-buku tebal memenuhi rak, sementara berbagai macam figur anime , khususnya One Piece berjejer rapi, seolah dipajang di etalase toko koleksi. Cahaya matahari sore perlahan meredup, menyisakan langit kelabu di luar jendela.
---
---
Suasana sedikit canggung. Noah buru-buru berusaha mencairkan suasana.
---
Noah Alexander (Noah)
(nyengir lebar, sambil duduk di sofa):
💬"BTW, kalau ada Zoro di dunia nyata gimana, ya? Tough but sweet? Kayaknya bakal rebutan, deh."
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa geli, melipat tangan di dada):
💬"Please, kalo emang ada, fix gue duluan yang sikat! Serius, cowok setipe Zoro tuh paket lengkap. Loyal, strong, tapi hatinya soft. Chef’s kiss!"
Noah Alexander (Noah)
(mengangguk pura-pura serius):
💬"Ah, bener juga. Tapi jangan-jangan lo nyari cowok kayak Zoro biar bisa disuruh-suruh, ya? Kan dia loyal tuh."
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa keras, menunjuk Noah):
💬"Eh, lo ngatain gue? Jangan salah, loyal itu goals! Bukannya lo juga suka tipe yang kayak Sanji? Baik, perhatian... tapi suka flirt ke semua orang?"
Noah Alexander (Noah)
(berpura-pura tersinggung):
💬"Wah, wah! Serangan personal nih! Gue mah lebih suka yang calm and collected, nggak banyak drama. You know, vibes-nya misterius, gitu."
Raisya Andromeda (Acha)
(Menggelengkan kepala Pelan)
---
Mereka berdua tertawa. Suara tawa itu mengisi ruangan, terdengar lepas dan ringan. Seolah semua baik-baik saja. Seolah tawa itu murni.
Namun di balik canda dan tawa, ada sesuatu yang tidak terucap. Noah sempat melirik Acha sekilas. Senyumnya masih di bibir, tapi matanya bicara lain.
---
Noah Alexander (Noah)
( POV )
💬"Kalau Zoro beneran ada di dunia nyata, Acha pasti bahagia. Dia bakal nemuin cowok yang selalu dia impiin ...kuat, setia, dan selalu nepatin janji.. Gue? Gue cuma mau lihat dia terus senyum. Bahagia. Bahkan kalau itu bukan sama gue."
(Ucap nya dalam hati )
Raisya Andromeda (Acha)
(POV):
💬"Kalau Zoro beneran ada di dunia nyata, gue nggak bakal sebego ini. Nggak bakal suka sama Noah... yang ternyata, in reality, he's gay. Lucu, ya? Realita kadang segitu kejamnya. Bikin lo suka sama orang yang nggak mungkin ngebales perasaan lo."
(Ucapnya dalam Hati kecil menahan rasa getir)
---
Suasana hening sejenak. Lalu tawa kecil kembali pecah, menutupi hal-hal yang nggak berani mereka bicarakan.
---
𝙆𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙥𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙪𝙘𝙖𝙥𝙠𝙖𝙣, 𝙠𝙖𝙣?
𝙎𝙤𝙢𝙚𝙩𝙞𝙢𝙚𝙨, 𝙨𝙞𝙡𝙚𝙣𝙘𝙚 𝙨𝙖𝙮𝙨 𝙞𝙩 𝙖𝙡𝙡.
---
Langit semakin gelap.
Hujan gerimis mulai turun, menetes lembut di kaca jendela. Udara malam terasa dingin, membawa keheningan yang entah kenapa terasa berat.
---
Noah Alexander (Noah)
(mengenakan jaketnya, tersenyum tipis)
💬"Cha, gue balik duluan, ya. Udah malem juga."
Raisya Andromeda (Acha)
(mengangguk sambil meraih kantong sampah)
💬"Sure. Thanks udah bantuin. Hati-hati di jalan."
---
Mereka berjalan beriringan ke depan gedung apartemen. Suara hujan yang menabrak aspal mengisi keheningan di antara mereka.
---
Noah Alexander (Noah)
(tersenyum, melambaikan tangan)
💬"See ya, Cha. Jangan ngelamun mulu, oke?"
Raisya Andromeda (Acha)
(tertawa pelan, menatap Noah sekilas)
💬"Lo tenang aja."
---
Noah ikut tertawa, tapi saat dia membalikkan badan, senyumnya perlahan memudar. Langkah kakinya menuju parkiran terasa ringan, tapi dadanya justru sesak.
---
---
[Noah (POV)]
"Tawa dia... selalu kayak gitu. Ceria. Tapi gue tahu, nggak semua senyum itu tulus. Sama kayak gue."
Tangannya merogoh ponsel dari saku. Dengan cepat, dia mengetik pesan.
📱 Noah:
💬 "Gue udah di jalan, mau pulang."
Beberapa detik kemudian, notifikasi masuk.
📲 M:
💬 "Ok."
---
---
Noah menatap layar ponselnya lama. Hanya dua huruf. "Ok."
Sesederhana itu. Sesederhana jarak yang perlahan terasa semakin jauh.
Dia menghela napas berat, memasukkan ponsel kembali ke saku. Pandangannya kosong, menembus gelap dan gerimis malam.
---
Noah Alexander (Noah)
(POV)
💬"Kenapa, ya? Jawabannya selalu sesingkat itu. Dingin. Kayak ada tembok di antara kita yang nggak bisa gue tembus."
---
Motornya terhenti di pinggir jalan. Lampu kota memantul di genangan air. Udara dingin menusuk kulit, tapi yang lebih dingin adalah perasaan yang makin lama makin asing.
---
Noah Alexander (Noah)
💬"Apa gue yang salah? Atau emang seharusnya jarak ini ada? Gue bahkan nggak yakin dia peduli. Kadang... gue mikir, apa perasaan ini sepihak?"
(berbisik pelan, hampir tak terdengar)
💬"Kenapa semuanya malah terasa jauh?"
---
Hujan masih turun, tapi suara dunia seperti menghilang. Yang tersisa hanyalah suara hati Noah—penuh pertanyaan yang nggak pernah benar-benar bisa dia jawab.
---
[ 𝙋𝙤𝙫 .𝙈𝙖𝙫𝙚𝙣 ]
---
Hujan deras mengguyur kota.
Tetesannya membentur aspal dan jendela apartemen, menciptakan irama yang sendu. Lampu-lampu kekuningan di sepanjang lorong apartemen menyala, menampilkan bayangan panjang yang bergerak di dinding. Suasana malam itu terasa tenang, tapi di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang menggantung di udara—sesuatu yang belum terungkap.
𝙏𝙞𝙣𝙜...
Suara lift berdenting, pintunya terbuka perlahan.
𝙈𝙖𝙫𝙚𝙣 𝙢𝙮𝙨𝙖𝙣𝙙𝙚𝙧 melangkah keluar dengan tenang. Setelan hitam kasualnya terlihat rapi, rambutnya sedikit basah terkena gerimis. Wajahnya tetap datar, mata abu-abu dinginnya mengamati lorong yang remang-remang.
Langkah kakinya nyaris tak bersuara saat menyusuri lorong. Ketika dia berhenti di depan pintu unit apartemennya, pandangannya sekilas beralih ke pintu di sebelahnya—tertutup rapat. Nomor unit itu tertera jelas.
Maven Mysander
(tersenyum samar, sudut bibirnya terangkat tipis, tapi mata tetap dingin)
💬 "Jadi, unit itu sudah terisi."
Suara hujan di luar semakin deras, seolah menegaskan sesuatu yang tak terucap. Maven memandang pintu itu sebentar, ekspresinya sulit ditebak.
Kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, dia menarik napas singkat dan masuk ke apartemennya.
𝙠𝙡𝙞𝙠 ..
Suara pintu tertutup dan terkunci, meninggalkan lorong itu kembali dalam keheningan.
---
Di luar, hujan masih mengguyur bumi.
Aroma tanah basah meresap ke udara. Gemuruh halus terdengar dari kejauhan. Suasana malam yang sepi, namun terasa seolah sesuatu sedang menunggu untuk terungkap.
Dalam diam, rahasia dan takdir perlahan mulai terjalin—pelan, tapi pasti.
---
Comments
Zoe El Quesito
Bener-bener bikin ketagihan.
2025-03-03
0