Maniac

Itu benar.

Aku paling benci ketika papa mama tau apa aja yang selama ini aku kerjain.

Lebih tepatnya, aku benci ketika mereka tau bahwa semua yang kukerjakan tidak ada hubungannya dengan kehidupan anak pelajar seperti yang mereka harapkan!

Kenapa?

Karna kalo mereka tau kenyataannya, mereka bakal ngehalang2in aku buat berkembang lebih pesat lagi!

"Fokus aja belajar! Titik!" Ucap papa.

Iya.

Aku emang harus belajar.

Tidak ada salahnya dari ucapan papa.

Hanya saja ucapannya terlalu simpel!

Belajar kan bisa semua hal!

Nggak harus berkutat dengan yang berbau akademik aja!

Lagipula, emangnya semua itu berguna bagiku apa?

Ya.

Itu hanya berguna jika aku berniat masuk kuliah ternama yang isinya orang jenius2 semua dan dapetin kerjaan tetap dengan penghasilan yang stabil!

Hahaha!

Mereka nggak tau aja!

Selama ini kan bukan itu yang kuharapkan!

Aku hanya menginginkan diriku ini bisa mengembangkan bisnis dan karirku ini meski masih pelajar!

Meski dengan cara kotor pun, aku pasti melakukannya!

Pasti!

Tak ada yang boleh menghalangi jalanku!

Semua masakanku udah siap kujual.

Waktu yang tersisa tinggal 25 menit lagi?

Gimana caraku menjual semua ini dalam waktu sesingkat itu?

Aku menitipkan di beberapa toko.

Ini akan menjadi trial and error bagiku untuk pertama kalinya!

Soalnya aku belom pernah jualan baik di kehidupan yang dulu maupun yang sekarang!

"Oke! Semua udah selesai! Aku hanya perlu membiarkan semesta bekerja. Jadi aku tak perlu pusingin hal ini saat di sekolah nanti! Bisnis ya bisnis, sekolah ya sekolah!" Batinku.

Menurutku sejauh ini udah bagus.

Tentu saja!

Di kehidupanku yang sekarang, aku bergabung komunitas dan dapet kerjaan sampingan.

Tidak puas di situ, aku pun sambil ngejalanin bisnis yang baru aja aku rintis.

Bukankah ini udah lebih baik daripada aku yang dulu?

"Lo kenapa senyum2 segala? Kesetanan Lo? Kalo kesambet jangan ngajak2 gw ya!" Ucap temanku.

"Nggak kok. Bukan apa2. Oya! Nanti gw nggak ikut ya!" Ucapku.

"Tumben Lo!" Ucapnya.

Tentu saja aku nggak ikut!

Di hidupku kali ini, aku harus membalaskan dendamku!

Menjadi kaya hanyalah alat untuk mewujudkannya, bukan tujuan akhirnya!

Soalnya nggak ada yang bisa kulakukan jika aku masih gembel begini!

Oke.

€185 ya?

Di hari pertama aku mendapatkan segini?

Tidak begitu buruk.

Yeah lumayan lah.

Sebenarnya ini sangat cukup buat uang jajanku, tapi aku yang sekarang harus mengorbankan segalanya yang bersifat konsumtif!

Aku harus nabung semua penghasilanku untuk ngebeli toko pertamaku!

Hihihi!

Aku benar2 tak sabar harus ngerekrut orang agar bisa bekerja untukku!

"Duh! Hari ini pr nya kerkom ya? Gw males banget, tapi ya udahlah ya?" Batinku.

"Lo bisa kan dateng ke rumah gw?" Tanya temanku.

"Bisa sih, tapi gw agak telat. Gak masalah kan?" Tanyaku.

"Yang penting Lo dateng aja dah bagus!" Ucapnya.

Begitulah dia.

Aku ini udah capek ngejalanin hari pertama yang begitu padat jadwalnya!

Daripada kesel dan baperan, lebih baik aku fokus pada apa yang ada di depanku!

Jangan nyampe aku melupakan apa yang udah jadi tanggung jawabku!

Woah!

Ini rumah apa istana?

Gila!

Keren banget!

Kok aku nggak ingat sih ada orang konglomerat kayak dia?

Apa selama ini aku kudet?

Atau lingkup pertemananku aja yang terlalu unfaedah?

Namanya Alan.

Setahuku dia orang yang sederhana dan nggak neko2.

Hidupnya nggak nganeh2.

Aku tak begitu tau tentangnya lebih dalam lagi soalnya dia terlalu misterius bagiku!

Bahkan teman2 pun sangat sulit berteman dengannya!

Seolah2 ada pembatas di antara si kaya dan si miskin!

"Ada banyak cemilan! Yummy! HM? Kenapa ada wine juga? Jangan bilang..." Ucapku.

"Kenapa? Lo nggak suka?" Tanya Alan.

"Gak. Makasih. Gw air putih aja." Ucapku.

Dulu, aku pecinta alkohol.

Hidupku benar2 rusak dan gak ada bagus2nya.

Entah sial atau emang takdir, aku mati tanpa pernah melakukan hal yang berguna sedikitpun.

Itu memang menyedihkan, makanya aku nggak boleh ngelakuin kesalahan yang sama kan?

Lagipula...

Sejak awal aku dan Alan sudah berbeda.

Tingkat kami juga beda!

Dia si kaya dan aku si miskin.

Apa aku tersinggung?

Tentu!

Tapi buat apa?

Aku hanya merasa iri itu tak diperlukan lagi.

Justru bagus karna dia kaya!

Bukankah aku bisa belajar darinya?

Siapa tau aku bisa ngebesarin bisnis yang lagi aku rintis dan ningkatin karirku saat ini!

"DRT! DRTT!!"

"Ah! Alarm ya? Udah waktunya aku harus kerja! Lagipula aku udah nongolin muka kan? Yeah meski kontribusiku gak seberapa, setidaknya namaku udah ditulis!" Batinku.

"Kenapa lagi sih mah?" Tanyaku.

"Pulang lagi! Ini udah jam berapa coba?" Tanya mama.

"Iya iya! Aku pulang! Bawel amat sih!" Ucapku.

"Guys! Gw pulang duluan ya! Nyokap gw dah jemput nih!" Ucapku berbohong.

Ya.

Aku berbohong.

Sebenarnya telpon itu aku buat2 aja.

Suaranya juga bukan suaraku.

Aku hanya mengubah suaranya dan membuat situasinya berjalan sesuai keinginanku.

Tentu saja ini tak cukup untuk mengecoh Alan yang terkenal cerdik itu!

Dia pasti udah bisa ngebaca diriku bukan?

Tapi ya terserah lah!

Toh emangnya siapa yang peduli?

Aku matiin hp ku.

Alih2 naik kendaraan, aku lebih pilih jalan kaki.

Kenapa?

Berurusan dengan orang kaya sangatlah merepotkan!

Terlebih lagi mereka punya orang2 ahli yang bisa ngedeteksi lokasiku!

Jika jalan kaki aja, aku kan jadi bisa tau siapa yang mengikutiku diam2!

Soalnya akan sangat menyusahkan kalo mereka nyampe tau apa yang selama ini aku kerjain dan dimana aku bekerja!

"Mana Dito?" Tanyaku.

"Belom dateng lah! Lo kecepetan tau!" Ucap Celo.

"Oh owh!"

Aku menegak botol minum begitu nyampe markas.

Sial!

Tau gini bawa baju ganti!

Apa Celo nggak punya baju salinan?

Baju apa aja kek!

Yang penting muat!

"Cel! Celo! Lo punya baju lain gak? Basah semua nih baju gw!" Ucapku.

"Tangkap!"

"Dimana toilet nya?" Tanyaku.

"Lurus ke kiri." Ucapnya.

"Okey..."

Agak kebesaran tapi okelah.

Kemeja merah sangat cocok buat cewe maupun cowo.

Jadi aku tak masalah.

Untuk ukuran cowo nyentrik kayak dia, pintar juga Celo memilihkan baju untukku!

"Yang Lo pake tuh seragam kerja kita." Ucapnya.

"Nggak salah Lo konsepnya? Udah kayak kerja di bar aja!" Ucapku.

"Memang itu juga salah satu bisnis kita!" Ucapnya.

"Ha? Berarti kita megang semua ranah yang berhubungan sama bisnis ilegal?" Tanyaku.

"Benar. Kalo Lo keberatan, Lo bisa ngundurin diri." Ucapnya.

"Bukan itu masalahnya! Kita kerja bertiga loh! Nggak kekurangan orang apa?" Tanyaku.

"Itu mah gampang! Gak usah dipusingin! Ntar gw yang urus. Lo cuma perlu mikirin gimana bisnis2 kita tumbuh aja!" Ucapnya.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!