"DRTT!"
"Besok ujian. Lo dah belajar?" Tanya temanku.
"Oh ayolah! Kenapa juga gw harus belajar? Kan bisa nyontek!" Ucapku.
"Parah Lo ini!" Ucapnya.
Parah.
Kurasa nggak tuh.
Aku memang biasanya nyontek kalo lagi ujian.
Tapi saat dia nelpon, dia sama sekali nggak tau kalo aku lagi belajar mati2an buat ujian.
Ah salah!
Bukan hanya ujian!
Tapi aku harus bersiap2 untuk masuk kuliah!
Mungkin aku sudah gila.
Anak umur 14 tahun udah mikirin persiapan mau kuliah.
Sayangnya mereka sama sekali tak tau.
Tujuan akhirnya kan bukan cuma itu doang!
Perang akan dimulai dan kejadian tragis itu bakal terulang lagi.
Sebelum bener2 kejadian, bukankah aku harus mempersiapkan diri ini sebaik mungkin?
Jangan sampai aku berakhir jadi pecundang yang diinjek2 cuma karna aku jelek dan gembel!
Belajar nyampe tengah malem?
Oh itu sih udah jadi kebiasaanku.
Meski kembali ke dunia yang sekarang, aku takkan melupakan kewajibanku sebagai pelajar.
Ah...
Jangan salah paham!
Aku melakukan ini bukan karna ingin jadi nomor satu di akademis kok!
Semua ini kan hanyalah sandiwara yang kumainkan di depan keluarga besarku!
Ya!
Aku harus terlihat jadi anak yang ambis dan kutubuku!
Dengan begitu, mereka akan percaya kalo aku mampu mewujudkan impian yang mereka dambakan!
"Hoam! Udah jam 3 pagi ya? Tidur bentar ah! Jam 5 baru bangun!" Gumamku.
Aku tertidur lelap.
Satu hal yang jelas, aku takkan belajar lagi ketika udah nyampe di sekolah!
Nanti ketika teman2ku sibuk belajar, aku harus sibuk leha2!
Hohoho!
Aku memang anak rajin, tapi ada kalanya aku juga pemalas loh!
Sungguh naif kalo menilaiku anak rajin terus2an!
"Tempatnya gak berubah kan?" Tanyaku.
"Gak. Kayak biasanya. Lo dateng kan?" Tanya Celo.
"Menurut Lo?" Tanyaku.
"Hmph! Apapun itu, gw tunggu Lo nyampe dateng!" Ucapnya.
"Terserah Lo dah." Ucapku.
Lucu sekali!
Dia ngangkat nomor gak dikenal begitu aja?
Bahkan dia tak menanyakan ini siapa, tapi langsung mengenaliku?
Apa2an dia?
Apa mungkin dia bisa membaca karakterku?
"Parah Lo ya?" Tanya temanku.
"Parah apanya? Emangnya gw ngelakuin hal gila apaan?" Tanyaku.
"Lo ini emang bego apa gimana sih? Jelas2 Lo langsung tidur begitu selesai kerjain ujiannya seolah2 semua soalnya pada mudah2! Gw nggak peduli Lo mau nyontek kek apa nggak, tapi ngeliat Lo selesai duluan bikin gw bete tau gak?" Tanya temenku.
"Ah masa? Lo nya aja kali yang lambat kayak siput!" Ucapku.
"Apa?!"
"Hahahaha! Kaburrr! Nenek lampir marah2! Aaaa!" Teriakku.
Ini menyenangkan.
Sangat menyenangkan melihat temanku yang cebol ini marah2!
Kau tau?
Wajahnya yang chubby itu kayak tomat tau!
Khekhekhe!
Andai gw cowo, pasti udah gw pacarin nih cewe!
"HOSH! Ha! Shitt mann! Gw nyerah deh! Lo cepet banget kalo dah lari!" Ucapnya.
"Nih ambil!" Ucapku.
"Btw Lo mau kemana? Sibuk amat Lo!" Ucapnya.
"Ada deh~"
"Yeee! Tukang sok sibuk ini mulai beraksi!" Ucapnya.
"Oya. Gw boleh ikut gak? Gabut nih!" Ucapnya.
"Gak."
"Peliitttttt! Hmph!" Ucapnya.
"Hilih! Kiyik li nggik pilit iji! (Halah! Kayak Lo nggak pelit aja!)" Ucapku.
"Enak banget Lo kalo ngomong ya? Tau ah! Gw sebel sama Lo!" Ucapnya.
"Ya. Bye bye boncel~ Hati2 di jalan~ ^U^" Ucapku.
Aku menunggu sedikit lebih lama hingga pundak anak itu menghilang dari pandanganku.
Bukan.
Bukan aku lagi menunggu seseorang.
Tapi...
Celo sudah memperhatikanku sejak awal dari atas pohon!
"Mau sampai kapan Lo kayak monyet gitu?" Tanyaku.
"Kau menyadari keberadaanku?" Tanya dia.
"Jadi apa mau Lo? Kalo gak ada, latihan bareng kayak kemaren gimana?" Tanyaku.
"Gw nemuin tempat yang belom diketahui anak2 lain. Lo pasti tau maksud gw kan?" Tanya dia.
"Lo berniat ngebangun kekuatan Lo sendiri?" Tanyaku.
"Benar!"
"Bahkan meski itu harus memicu perang, pemberontak, dan merenggut banyak nyawa?" Tanyaku.
"Tentu saja! Gw akan ngelakuin yang gw butuhkan untuk sampai ke titik itu. Lo ada di pihak gw kan? Lo pasti nolongin gw kan?" Tanya dia.
"Lucu sekali! Bisa2nya Lo beranggapan gw bakal bertindak sesuai keinginan Lo! Katakan padaku! Seberapa jauh Lo kenal gw?" Tanyaku.
"Seberapa jauh? Oh ayolah! Kita berdua tak jauh berbeda! Sama2 busuk, picik, dan culas! Hanya saja... Kau melakukannya diam2 dan aku terang2an. Gini aja! Kita kerjasama sekarang dan lihat siapa di antara kita yang bisa dipercaya?" Tanya dia.
"Menarik! Fine! Gw ikut!" Ucapku.
Aku tau dia emang bukan cowo baik2 dan begitupun denganku!
Alasan kenapa aku setuju ya karna semua ini menarik!
Kapan lagi ada orang yang nawarin kerjasama se-menantang ini?
Lagipula, tak ada salahnya menjadi bidaknya.
Toh aku pun diuntungkan terlebih lagi bisa melihat watak aslinya bukan?
Dia mengajakku ke gedung tua.
Tentu saja aku waspada!
Terlepas dia mau membunuhku atau tidak, tetap saja aku tak bisa sepenuhnya percaya padanya!
"NGUING!"
Sebenarnya tak ada yang menarik dari gedung tua yang kumuh dan menjijikan ini.
Hanya saja...
Gedung ini ternyata punya markas yang udah lama ditinggalin orang2 terdahulu!
Tapi, kenapa perabotannya masih utuh?
Maksudku, kenapa kerusakannya nggak separah yang kukira?
"Kau ingin kita menggunakan tempat ini?" Tanyaku.
"Tentu saja! Tapi... Nggak akan seru kalo anggotanya cuma kita berdua!" Ucapnya.
"Lalu?"
"Kau tau sendiri aku benci dengan mereka semua, makanya aku menyendiri. Sialnya, untuk membangun geng yang besar, kita butuh banyak duit buat beli senjata dan juga... Kita butuh Dito!" Ucapnya.
"Aku mengerti. Dengan sifat kalian yang bertolak belakang, kau pasti kesulitan merekrutnya bukan? Jadi kau butuh aku untuk menggantikan peranmu?" Tanyaku.
"Cepat juga kau pahamnya! Tak sia2 aku mengajakmu paling awal!" Ucapnya.
"Yaudah. Beritahu gw aja di mana dia sekarang? Orang sibuk sepertinya gak suka buang2 waktu bukan?" Tanyaku.
"Pinjam hp Lo!" Ucapnya.
"Sadap juga gak masalah. ^U^" Ucapku.
Ia menatapku tajam.
Tentu saja ini aneh!
Normalnya, orang waras mana yang mau hp nya disadap orang lain?
Mungkin begitulah yang dia pikirkan tentangku, tapi apa pentingnya aku mempedulikan hal ini?
Toh sejak aku memasuki dunia malam, bukankah semuanya serba terancam?
Bahkan jika aku salah bertindak, mungkin saja nyawaku yang benar2 terancam!
"Ini gw."
Seperti biasa.
Kinerjanya yang berhubungan dengan bisnis dan politik benar2 memukau!
Hanya saja...
Kinerja yang bagus bukan berarti wataknya bagus juga!
Meski begitu, aku tak bisa bilang kalo aku mengenalnya.
"Siapa yang mengizinkan Lo masuk?" Tanya Dito.
"Oh ayolah! Sesama rekan harus pake izin segala?" Tanyaku.
"Rekan? Kayak Lo rekan gw aja!" Ucapnya.
"Kesampingkan masalah itu. Gw punya yang menarik buat Lo." Ucapku.
"Apa dulu?" Tanya dia.
"Nih."
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments