Gedung Tua

Ia membaca dengan teliti.

Benar2 piawai ya?

Anehnya, kenapa di kantornya dia tak memegang posisi penting?

Tak mungkin lah orang sepertinya nggak dipandang perusahaan!

"Gw nggak salah baca kan? Ngebangun toko... Itu?" Tanya dia.

"Tentu saja nggak salah baca! Lo kan nggak rabun apalagi buta. Gimana sih Lo ini?" Tanyaku.

"Lo serius?" Tanya dia.

"Apa gw terlihat bercanda?" Tanyaku.

"..."

"..."

Mata kami saling bertatapan.

Dilihat dari bahasa tubuhnya, dia benar2 sakit kepala ngedenger berita ini.

Sekarang aku tau kenapa Celo ingin mengajaknya bergabung!

Dito hanyalah pekerja kantoran biasa, jabatannya nggak tinggi2 amat, dan dompetnya nggak begitu tebal.

Alasan kenapa dia dipilih Celo ya karna pria ini punya kemampuan mengelola keuangan pribadinya!

Bahkan menurut Celo, kemampuannya itu lumayan daripada anggota lainnya.

"Lo pasti nggak sendiri. Lo bergerak dengan siapa?" Tanya dia.

"Celo. Musuh bebuyutan Lo." Ucapku.

"Mau apa dia? Nyampe ngebuat hal gila begini!" Ucapnya.

"Tanya aja sama orangnya sendiri! Gw nggak mau ikut campur!" Ucapku.

"Tapi Lo juga kena getahnya kan? Ini adalah hal yang gila. Dia selalu saja ngelakuin yang gila dan gak normal! Cuma punya dua opsi, ketakutan atau ambil kesempatan ini. Bukankah itu yang kau pikirkan?" Tanya dia.

"Sesuai perhitunganmu. Kau benar. Selamat!" Ucapku.

"Temui aku 3 hari lagi di tempat biasa. Jangan melewatkan bulan purnama ok? Ah satu lagi! Kau takkan terus2an hidup pas2an dengan pekerjaanmu saat ini kan?" Tanyaku.

Aku melesap pergi tanpa menoleh ke belakang.

Tak ada yang perlu aku takutkan!

Pria ini bukan orang yang akan membunuh lawannya terang2an di depan publik begini!

Lagipula dia hanya akan menyerang kalo keadaannya memaksanya untuk segera bertindak doang kok!

Jadi aku tak perlu khawatir jika kepala ini ditodong pistol!

"Aku pulang." Ucapku.

"Jadi gimana?" Tanya Celo.

"Udah gw urus. Mau bertaruh? Jika kau menang, aku akan melakukan segala cara agar bisnis kita berkembang pesat. Tapi jika aku menang, kau harus membantu rencana balas dendamku tanpa syarat!" Ucapku.

"Jadi, Lo bertaruh untuk apa?" Tanya dia.

"Dito bakal dateng sesuai keinginanku." Ucapku.

"Oke. Gw bertaruh untuk sebaliknya." Ucapnya.

"Aku akan membunuhmu jika satu di antara kita tak menepati isi kesepakatan!" Ucapku.

"Tentu saja! Jangan tarik perkataanmu loh!" Ucapnya.

Ini adalah malam bulan purnama.

Andai saja aku yang di kehidupan masa lalu tumbuh jadi wanita tangguh dan kuat.

Mungkin saja aku tak perlu mati dengan menyedihkan seperti saat itu bukan?

Benar.

Ini bukan saatnya menangisi takdir.

Sudah seharusnya aku bertindak!

"Lo dateng juga ternyata!" Ucapku.

"Ya iyalah! Lo pikir kenapa gw setuju dengan ajakan gila Lo berdua?" Tanya Dito.

"Kenapa emangnya? Gw mana tau lah kalo Lo nggak ngasih tau!" Ucapku.

"Gw capek cuma nongki2, ngerjain misi kecil2an, dan harus bagi2 cuan bareng anak2 lain! Di saat yang sama, butuh side hustle dan siapa tau cuan dari bisnis yang mau kita jalanin berbuah manis. Jadi gw nggak perlu capek2 kerja di kantor nyampe bangkotan!" Ucapnya.

"Lagipula, biasanya kita2 tuh cuma dikasih tugas tegakkin keadilan, ngasih hukuman buat keparat2 di luar sana, dan terkadang harus ngebunuh musuh. Tapi pas Lo tiba2 dateng ke gw ngajakin ini, ya tawaran Lo entah kenapa menarik aja gitu! Nggak ada salahnya kan berteman dengan musuh?" Tanya dia.

"PFT! WOAHAHAHA! Bagus!" Ucapku.

Dia banyak omong juga kalo dideketin ya?

Hanya saja...

Pemikirannya itu yang suka berteman dengan musuh sendiri sangatlah mirip dengan pemikiran orang itu.

Tapi siapa ya orangnya?

Ingatanku jadi samar2!

Apa karna ini efek gara2 aku pernah mati sebelumnya?

Wah!

Parah juga tuh dewa kematian!

Masa gw udah di-idupin lagi nggak sekalian dikasih ingatan yang sekomplit2nya?

Pelit banget sih!

Mana gw pelupa pula orangnya!

ARRGHH!

"Emangnya udah ketemu tempatnya? Setidaknya kita punya markas lah buat kerja!" Ucapnya.

"Markas ya... Apa gedung tua ini bisa disebut markas?" Tanyaku.

"Lo serius bilang ini gedung tua?" Tanya dia.

"Iyaa. Emangnya kenapa sih? Gak ada bagus2nya tuh gedung!" Ucapku.

"Pala kau gak ada bagus2nya! Pokoknya Lo anterin gw ke sana!" Ucapnya.

"Ha? Lo kenapa sih?" Tanyaku.

Ya.

Dia benar2 aneh.

Celo juga aneh.

Mereka berdua ini sangat cocok bukan?

Aku penasaran.

Apa ada sesuatu yang dilihatnya?

Mungkin saja ada hal yang tak aku ketahui?

Jika ya, apa aku melewatkan sesuatu?

Benar.

Tugasku hanyalah mengantarkannya biar dia sendiri bisa ngomong langsung sama Celo.

Aku yakin ada sesuatu yang mereka ketahui, tapi tidak denganku.

Apa mereka menyembunyikan sesuatu?

Atau aku aja yang terlalu kudet karna masih anak baru?

"Bajingan! Keluar Lo!" Teriak Dito.

"Ayolah bro! Malem2 tuh dibuat santai, bukan marah2 kayak ibu2! Lo cowo kan? Bukan banci!" Ucap Celo.

"Bacot! Jadi Lo penyebab segalanya? Lo pasang muka dua Lo di depan anak2, tapi aslinya Lo berkhianat?" Tanya Dito.

"Berkhianat? Ha! Otak Lo aja kali yang sempit! Gw tetep kok gabung bareng mereka, tapi bisnis tetaplah bisnis! Lo juga nggak punya pilihan lain kan selain sok suci di depan mereka?" Tanya Celo.

"Stop oi! Gak usah kayak bocil sih! Kita di sini buat nyelesain urusan kita, bukan berantem! Gila lorang berdua! Dateng2 langsung ngamuk! Adu bacot pula! Pusing pala gw!" Ucapku.

"Dia benar. Oke. Anggap aja Lo bebas!" Ucap Dito.

"Terserah."

Celo mulai ngoceh panjang lebar.

Dito juga nunjukin kalo dia bukan cowo pendiam.

Kalo gw?

Oh tentu saja ikut nimbrung!

Masalahnya adalah...

Sepertinya Celo benar2 serius dengan ucapannya!

Kenapa dia bergerak sejauh ini?

Jika benar kejadian awalnya seperti ucapan Dito, berarti selama ini Celo lagi nyiapin segala hal buat perang dong?

Sumpah dah!

Lama2 mereka jadi mengerikan tau!

Tapi...

Ini bukan saatnya gw tertekan apalagi ketakutan!

Akan lebih bagus jika gw setidaknya bisa berguna untuk mereka!

Mungkin gw juga nggak perlu lanjutin sekolah tinggi2?

Toh papa juga nggak bakal mampu kuliahin gw kok!

"Jadi fix ya? Kita bergerak mulai besok!" Ucap Celo.

"Gak perlu bilang gw juga tau!" Ucap Dito.

"Lo bisa dateng seperti biasanya kan?" Tanya Celo.

"Gampang! Bisa gw atur itu mah! Pokoknya Lo tau gw dateng tepat waktu aja!" Ucapku.

"Oke!" Ucapnya.

Setelah diskusi yang serius ini, gw pulang lebih awal.

Aku tidak tau harus merasakan apa.

Satu hal yang jelas, sepertinya ini takkan mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil.

Ha!

Jalanku ternyata seterjal itu ya?

Di masa mudaku yang dulu, aku suka sekali menghabiskan waktuku untuk hal yang sia2 dan apa akhirnya?

Aku mati dibunuh keparat itu.

Aku tidak bisa menjalankan takdir yang sama kan?

Benar.

Ini bukan saatnya menyia2kan masa mudaku dan berakhir mati lagi!

Aku harus berubah!

"Aku pulang." Gumamku.

Semua orang tertidur.

Rumah ini benar2 sepi ya?

Tak ada hangat2nya sama sekali!

Aku jadi iri dengan anak lain yang lebih beruntung dariku.

"Jangan berpikir yang aneh2! Ini bukan saatnya iri pada kehidupan orang lain! Oh ayolah! Jangan ulangi kesalahan yang sama kayak dulu! Bukankah katanya aku harus balas dendam pada bajingan2 itu? Jika aku terus2an iri, bagaimana aku bisa fokus ngejalanin targetku?" Batinku.

Seperti itulah caraku menenangkan diri.

Aku pasti berpikir sebaliknya ketika mulai insecure, overthinking, dan paranoid.

Jam berapa ya sekarang?

Aku kan harus sekolah besok pagi.

Yeah setidaknya itu yang harus kulakukan agar papa mama berpikir aku melakukan apa yang mereka mau.

"DRTT!"

"Pulang sekolah nobar yok! Gw denger cowo2 di kelas kita bakal ikut lomba balapan mobil! Lo pasti ikut kan? Siapa tau Lo bisa nge-gaet cowo di sana!" Pesan dari temanku.

Sampah!

Se-menyedihkan ini tah hidupku yang dulu?

Bahkan lingkaran pertemananku isinya sampah semua!

Gimana aku bisa berhasil jika dikelilingi mereka?

Ini bahkan tak mendekatkanku pada target yang harus kuraih!

Kalo gitu, aku hanya perlu menyingkirkan mereka kan?

Akan lebih bagus jika aku tak lagi berhubungan lebih dari ini!

Masih ada sisa 4 jam lagi sebelum bel masuk sekolah.

Apa yang harus kulakukan ya?

Mari kita lihat rutinitasku baru2 ini!

Sekolah >> kerjain pr >> kerja sampingan >> pulang ke rumah.

Hanya begini ya?

Memang benar aku kerja sampingan, tapi itu masih startup!

Mengandalkan satu penghasilan sangatlah tindakan yang konyol!

Aku harus tambah sumbernya lagi!

HM...

Bagusnya ngapain ya?

Jika masih ada 4 jam lagi, kenapa aku tidak jualan aja di pasar?

Ah!

Benar juga!

Kenapa ide ini baru muncul setelah bangkit dari kematian sih?

Apa otakku terlalu bego segitunya nyampe harus mati dulu?

Memalukan!

"Kakak udah bangun?" Tanya adikku.

"Hmm..."

"Apa yang kakak lakukan?" Tanya dia.

"Bantuin kakak masak yok!" Ucapku.

"Masak apa?" Tanya dia.

"Kamu akan tau setelah ngebantu kakak! Pokoknya jangan bilang2 mama papa ya?" Ucapku.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!