Menurutku itu lucu.
Awalnya cowo ini cinta mati ke wanitanya.
Hanya karna masalah konyol ini, cowoknya nggak rela dan memilih balas dendam.
Tentu saja bagiku balas dendam yang beginian adalah hal yang biasa.
Tidak ada yang lebih menarik daripada ancaman dan pembunuhan.
"Eh? Loh? Oi! Apa yang Lo lakuin?" Tanyaku.
"Bos kan punya mata. Memangnya apalagi yang gw lakuin kalo bukan menguliti jalang ini?" Tanya dia.
"Serius bro? Jadi Lo pengen ngebuat situasi dimana cowo2 ini yang ngebunuh ceweknya setelah seks?" Tanyaku.
"Yap!"
"Bodoh! Kalo mau jahat ya jangan setengah2! Lo harus menyingkirkan saksi mata dan ngebuat hukum tak berkutik! Ya Lo tau sendiri kan di dunia manusia ini, kekuatan paling terkuat bagi masyarakat jelata adalah hukum dan keadilan!" Ucapku.
"Gampang aja. Lo bisa mainin buktinya, sidik jarinya, dan jejak kejahatan yang ada di sini. Kenapa harus pusing2? Toh semuanya bisa kita permainkan bukan?" Tanya dia.
"..."
"Aku benci mengakuinya, tapi ucapanmu benar. Baiklah! Kita jalankan sesuai rencana Lo!" Ucapku.
"Makasih bos!"
Aku tak mengerti kenapa ini bisa terjadi.
Tapi anehnya, anak buah yang baru aku angkat ini benar2 serasi dengan sisi gelapku.
Apa2an maksudnya ini semua?
Tidak mungkin kan kalo cuma kebetulan doang?
Apa ada sesuatu yang membuat kami bertemu?
Apa ini takdir?
Takdir?
Lelucon!
Bahkan takdir tak pernah memihakku ketika aku masih jadi manusia!
Sialnya takdir pasti aja membuatku menderita terus2an dan ya!
Inilah aku!
Aku telah gila gara2 saking stres, frustasi, dan depresi akut!
Dasar takdir sialan!
"Bos!"
"HM?"
"Lo udah baca berita?" Tanya dia.
"Berita tentang aksi heroik Lo waktu itu?" Tanyaku.
"Ya iyalah! Ini bahkan baru sehari, kejadiannya langsung diliput! Lo tau apa yang menariknya?" Tanya dia.
"Gimana gw bisa tau kalo Lo aja belum ngasih tau ke gw?" Tanyaku.
"Itu loh! Setelah gw periksa, bajingan2 tengik itu ternyata orang2 yang nggak punya kerabat sama sekali! Jadi nggak ada yang peduli dengan mereka. Begitu satu orang yang kita sisain itu sadar, satu2nya yang bisa dia lakuin cuma ketakutan kayak tikus kecil, kebingungan, dan meratapi nasib." Ucapnya.
"Meratapi nasib? Jangan bilang pas Lo nyisain tuh cowo, yang Lo sisain cuma tubuhnya yang penuh luka ditambah penisnya udah dipotong?" Tanyaku.
"Tepat sekali! Dengan begitu, tuh cowo nggak bakal bisa seks lagi kan? Suruh siapa mereka berurusan denganku! Woahahaha!" Ucapnya.
"Lo bakal dikatain penjahat kelamin loh dengan sikap Lo itu~" Ucapku.
"Kenapa gw harus takut? Gw kan punya Lo. Lo pasti ngelindungin gw karna gw kan milik Lo." Ucapnya.
"Yakin banget nih anak?" Tanyaku.
"Oh yakin dong! Gw emang dikhianati sama jalang itu, tapi gw masih punya Lo. Gw masih punya Lo yang mau nerima cinta gw. Bahkan kalo perlu, jadi anjing Lo juga gak masalah!" Ucapnya.
"Ha? Apa?" Tanyaku.
Sumpah deh.
Anak ini membuatku nggak habis pikir!
Bagaimana bisa cowo sepertinya mudah berpaling begitu aja?
Terlebih lagi setelah kematian mantannya.
Ya emang sih cuma mantannya.
Tapi apa nggak keterlaluan tah?
"Bentar2. Gw bingung sama Lo. Gw ngerti kalo tuh jalang cuma mantan Lo, tapi apa iya Lo langsung melupakannya begitu aja?" Tanyaku.
"Gw nggak peduli hati Lo buat siapa. Satu hal yang gw tau, Lo nggak bisa putusin kontrak antar majikan dan bawahannya begitu aja. Dengan kata lain, kita berdua akan bekerjasama lebih lama lagi. Mungkin Lo yang sekarang nggak suka sama gw, tapi gw yakin cepat atau lambat, Lo bakal cinta juga sama gw!" Ucapnya.
"Haih! Lo mencampur adukkan urusan bisnis sama percintaan ya?" Tanyaku.
"Tentu saja! Kalo ada kisah cinta yang bersemi di kantor, kenapa di urusan bisnis pun nggak boleh? HM?" Tanya dia.
"Oh yang benar saja!" Ucapku.
"Oi! Gw udah nuntasin misinya kan?" Tanyaku.
"Iya iyaa! Lo dah nuntasin misinya! Masih bawel lagi?" Tanya Deon.
"Lo nggak ngelupain itu kan?" Tanyaku.
"Nih. Skill meniru segala kecerdasan, kinerja, dan kebiasaan anak yang Lo incer itu." Ucapnya.
"Kyaaa! Deon yang terbaik deh! Btw, kok Lo lagi baik sih? Lo kesambet malaikat apaan?" Tanyaku.
"Jadi Lo mau apa nggak? Berisik lagi, gw tarik lagi loh!" Ucapnya.
"Ih! Sensi amat sih?" Tanyaku.
"Bos. Siapa dia?" Tanya anak buahku.
"Dia bos besar kita. Bicaralah sopan dengannya ok?" Tanyaku.
Aku tak mengerti.
Entah kenapa suasana di sini benar2 menegangkan!
Apa karna ini insting cowo2 makanya ketika melihat saingannya langsung terancam?
Tapi...
Emangnya apa sih yang mereka perebutkan?
Nggak mungkin lah mereka berebut cuma dapetin satu cewe!
Kalo iya, bego amat mereka!
Aku memulai kisah masa sekolahku di dunia iblis.
Aneh memang, tapi tak apalah.
Toh di sini sangat cocok dengan sisi gelapku bukan?
Aku tak perlu menyembunyikannya dengan topeng yang memuakkan itu!
Ya Lo tau sendiri lah!
Menjadi munafik dan bermuka dua itu terkadang melelahkan tau!
Udah harus pake akting segala, terlihat good people di depan publik, dan melakukan segala kebaikan demi meningkatkan reputasi, semua itu memuakkan!
Untungnya sandiwara itu udah berakhir ya?
Aku jadi lega karena hidupku setidaknya lebih tenang untuk sebentar saja!
"Perkenalkan dirimu lalu pilih tempat duduk!" Ucap wali kelas.
"Lily."
"Hei, dia jutek banget ya?" Tanya temen sekelas.
"Loh? Kok duduk sebangku dengan pecundang sih?" Tanya temen lainnya.
"Pecundang? Pecundang apaan? Dia lebih terlihat tau segalanya daripada sekedar pecundang abal2an!" Batinku.
Benar.
Aku menghabiskan setahun penuh duduk dengan cowo yang dianggap pecundang ini.
Memang tingkah lakunya menyebalkan, tapi bukankah aku juga sama2 nyebelin?
Daripada itu...
Anak ini terlihat tidak peduli dengan apapun, tapi sebenarnya dia udah mengamati banyak hal di sekitarnya.
Jadi dia sengaja merendah huh?
Tapi apa tujuannya?
Apa ada pihak lain yang selama ini mengawasinya?
"Hei. Berapa banyak yang Lo alami nyampe nggak peduliin mereka?" Tanyaku.
"..."
"..."
"Menurut Lo?" Tanya dia.
"Yang jelas ini bukan pertama kalinya. Terus Lo diem aja diinjek2 mereka?" Tanyaku.
"Kalo Lo? Sepertinya Lo mengkhawatirkan gw huh?" Tanya dia.
"Tentu saja! Selama setahun gw duduk sebangku bareng Lo. Kalo Lo ada masalah, gw juga yang kena tau!" Ucapku.
"Kalo begitu gak usah deket2 gw. Simpel kan?" Tanya dia.
"Haih! Lebih aman duduk sebelah Lo daripada dengan mereka." Ucapku.
"Kenapa?"
"Naluri binatang gw bilang gitu." Ucapku.
"..."
"Hehe!"
"Ada yang lucu?" Tanya dia.
"Lucu aja ngeliat Lo. Mereka bilang Lo pecundang di kelas ini, jadi gw kemari. Siapa sangka Lo banyak omong juga ya? Khekhekhe!" Ucapku.
"-_- Serah Lo dah." Ucapnya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments