Fakta Sebenarnya

"Menjadi sulit karena rakyat marah pada Delian. Jika menambah ekspor secara mendadak itu akan menimbulkan kerugiaan para pedagang. Waktunya terlalu dini untuk melakukannya. Rakyat Inoa masih bersemangat dengan berita ini. Jadi saya rasa kita tidak punya solusi. Mungkin untuk beberapa tahun ke depan bisa, setelah kemarahan rakyat mereda." Jelas Wilhem panjang lebar. Meskipun pemerintah memonopoli tapi ada pemerintah jika ada rakyat. Oleh sebab itu pandangan rakyat adalah penting bagi Inoa yang berpaham demokrasi.

Julius diam. Dia berpikir dalam-dalam. Julius setuju dengan pandangan Wilhem. Embargo gula Inoa memang membuat perekonomian Delian terguncang. Yang Julius tidak suka adalah fakta yang beredar di masyarakat sangat berbeda dengan kenyataannya. Pemerintah Delian bermain trik kotor, namun saat dia terpojok mereka mengirim Julius untuk membereskannya. Dia semakin tidak peduli dengan Petrus dan ayahnya.

Tapi dia tidak ingin pulang dengan tangan kosong.

"Lady Ines bisakah anda memcakan kembali isi pasal tambahan tersebut? Tolong." Pinta Julius dengan suara menggoda. Melirik bibirnya yang cemberut entah kenapa membuat Julius ingin merampasnya.

Ines menatap tajam ke arah Julius sebelum kembali membaca halaman terakhir Suiker Wet.

"Pemerintah Inoa hanya akan mengirim masing-masing 10.000 kartel pada Pemerintah Delian berupa gula dan teh dalam kurun waktu setiap empat belas hari. Dilarang melakukan perjanjian lain dengan pihak Loji Inoa di Delian. Perusahaan yang diakui untuk melakukan pengiriman ekspor hanyalah Verhass Overwil Company atau VO Campany." Terang Ines.

Dia menambahkan pembahasan tentang Loji dan VO Company. Loji adalah sebutan Inoa bagi perusahaan dagang terbatas milik swasta. Sedangkan VO Company merupakan perusahaan nasional yang ditunjuk sebagai pengekspor gula dan teh atas nama pemerintah.

Secara garis besar Ines menyimpulkan bahwa Delian dilarang berdagang dengan pihak swasta lain. Hanya boleh berdagang dengan Inoa secara langsung. Loji akan tetap ada di Delian namun tidak bisa bebas lagi untuk berdagang. Upaya ini dilakukan untuk kembali menstabilkan harga yang terlalu dimonopoli Delian.

"Itu artinya hanya pemerintah Delian yang dilarang untuk berhubungan dengan para Loji. Jika perseorangan atau perusahaan swasta diperbolehkan bukan? Tidak ada klausul seperti itu. Bukankah begitu Lady Ines?" Julius melemparkan pertanyaan tajam ke Ines.

Ines yang sadar akan hal itu terkejut. Dari pasal tambahan yang dia baca memang Julius benar. Hanya antar pemerintah yang boleh melakukan jual beli gula dan teh. Dia menyipitkan matanya kemudian kembali meneliti isi dari Suiker Wet dengan seksama.

Dahinya berkerut kecewa. Akhirnya dia terpaksa mengangguk.

Tawa Julius pecah. Anggukan Ines seperti piala kemenangan.

Wilhem yang melihatnya diam tak berkata-kata. Dia baru pertama kali melihat Julius tertawa lepas seperti itu. Citra pangeran ketika yang angkuh dan dingin itu hancur dimatanya. Dia mengenalnya namun tidak mengenalnya hari ini. Aura berwibawa yang sulit didekati itu pasti hanyalah kedok belaka. Akhirnya teman lamanya itu melepas topengnya.

Diam-diam Wilhem ikut tersenyum tipis. Dia mengalihkan pandangannya ke Ines yang tersihir oleh tawa Julius. Wanita sehebat ayahnya. Dia bahkan berhasil menarik perhatian pangeran es Delian.

Dia juga memikirkan perkataan Julius yang mengatakan bahwa Ines Margareth sangat mirip dengan mendiang istrinya.

Wilhem pernah mendengar jika Julius menikahi putri seorang Duke. Jika dia mirip Ines ada hal yang mengganjal di pikirannya. Orang Delian tidak umum berambut hitam. Apakah wajahnya atau pembawaannya. Bisa dikatakan dia memang cukup cantik, berpendidikan dan putri seorang yang berbakat.

Tapi rakyat biasa Inoa menikah dengan pangeran dari negara lain terdengar tidak masuk akal. Meskipun ayah adalah kepala akademi, selain keturunan raja tidak bisa dianggap bangsawan di Inoa. Tidak seperti Delian. Rakyat biasa bisa membeli gelar bangsawan yang dikategorikan sebagai golongan biasa.

Wilhem tertawa parau menyadari pikirannya yang telah melenceng jauh.

"Jadi apa yang akan lakukan pangeran?" Tanya Wilhem yang memaksa Julius kembali memusatkan perhatiannya padanya.

"Ya mau bagimana lagi." Julius mengangkat bahunya acuh. "Perjanjian ini adalah kesepakatan yang telah dibuat bersama, jadi tidak bisa batalkan begitu saja." Tambahnya.

"Lalu?"

"Saya akan menjadi pihak swasta yang menawarkan kesepakatan baru pada Inoa." Tatapan Julius mengunci Wilhem. Jika tidak ada jalan maka Julius yang akan membuatnya.

Selama ini rakyat buta tentang pemerintah. Raja Delian di atas angin karena kepercayaan rakyatnya. Bahkan kenaikan harga gula dan teh dianggap wajar oleh kaum bangsawan. Memang sudah sewajarnya hari demi hari harga semakin naik. Tanpa mereka tahu jika harga itu telah dipermainkan oleh pemerintah seenaknya. Bahkan tanpa diketahui, mereka bisa saja menggunakan trik-trik kotor.

Sejak kecil Julius lebih menyukai ilmu pedang dari pada politik atau manajemen yang menjadi pelajaran wajin di kelas penerus. Delian hanya memiliki tiga pangeran. Satu diantaranya cacat, praktis hanya dua orang saja yang mendapat pelajaran itu. Karena tidak mungkin menjadi penerus melangkahi kakaknya, Julius memusatkan perhatiannya pada ilmu pedang. Tapi bukan berarti dia tidak tahu apa-apa. Dia tahu tapi tidak banyak.

Selama ini dia acuh pada urusan politik dan pemerintahan. Jika tahu kenyataannya seperti ini, Julius tidak bisa tinggal diam.

Setiap langkah yang diambil pasti ada resikonya. Biasanya Julius akan menimbang untung dan ruginya. Untuk kali ini dia akan mengambil resiko apapun. Melirik sekilas wajah cemberut di sampingnya tercetus satu ide di otak brilian Julius.

"Buatlah perjanjian dengan saya sebagai pembeli swasta Yang Mulia. Jika membutuhkan perusahaan legal maka saya akan membuatnya."

Mata Wilhem membulat sempurna. Julius memang terkenal sebagai pangeran yang lebih cerdas dibanding pangeran lainnya. Namun dia tidak memperhitungkan langkah sporadis yang dilontarkan Julius.

Secara hukum sah saja jika perusahaan swasta berdagang dengan para Loji di Delian. Tapi sejauh ini tidak ada satupun perusahaan yang berani melakukannya. Pada praktiknya hanya segelintir bangsawan yang berhubungan dengan Loji. Itupun di bawah pengawasan pemerintah. Bangsawan Delian cukup konservatif dan sangat percaya para Raja Delian.

Belum ada perusahaan swasta yang mempunyai hubungan dengan Loji atau Inoa secara langsung sejauh ini. Ini akan menjadi terobosan baru untuk liberalisasi pasar dagang Inoa dan Delian.

"Tapi... anda yakin pangeran?" Mengingat betapa besarnya campur tangan raja akan monopoli gula dan teh, Wilhem khawatir Julius bisa saja ditentang oleh raja.

"Itulah satu-satunya solusi jika Delian ingin menambah pasokan gula dan teh. Melihat perjanjian perdagangan yang baru ini, Delian kalah telak. Saya akan membuat setiap kemungkinan bisa diterima oleh semua orang." Tak ada keraguan di mata Julius. Dia tentu sudah memperhitungkan respon ayahnya dan kakaknya.

Ide ini sangat cemerlang. Bisa menjadi kemajuan dunia perdagangan Inoa. Selama pemerintah menyetujui para Loji bisa membuat kesepakatan dengan perusahaan legal swasta di luar Inoa.

"Baik. Saya rasa itu bukan ide buruk. Tapi surat perjanjian harus dibuat dengan sebaik-baiknya."

"Tentu saja Yang Mulia. Lady Ines pasti akan membantu bukan?" Lagi-lagi Julius menembak Ines.

"Ya?" Ines tergagap.

"Dalam perjanjian dua negara harus ada ahli bahasa untuk menjadi penghubung perbedaan bahasa. Saya rasa Lady Ines bisa membantu tercapainya kesepakatan ini." Jelas Julius penuh bangga. Senyum di bibirnya tidak luntur satu ons pun.

"Mohon maaf Yang Mulia. Saya tidak yakin saya mampu. Ayah saya adalah orang yang mahir dalam ilmu bahasa. Mohon untuk mempertimbangkannya kembali."

"Orang yang membuat perjanjian punya hak untuk memilih siapa yang menjadi penerjemah mereka." Balas Julius. "Jadi saya memilih Lady Ines." Wajah Julius berubah serius dan suaranya penuh penekanan.

Ines yang merasa terpojok mengalihkan perhatiannya pada Wilhem, berharap Wilhem punya pendapat lain.

"Perjanjian ini akan menjadi bukti keahlian anda Lady Ines. Kenapa tidak mencobanya? Akan menambah resume anda ketika lulus dari magang ini."

Harapan Ines hancur. Keinginan untuk menjauh dari Julius hilang. Dengan menjadi penerjemah perjanjian, Ines harus lebih intens berhubungan dengan orang yang terlibat. Mengakomodir, menjembatani hingga menyukseskan perjanjian.

Hidup Ines selesai sudah. Dia merasakan bahaya yang akan dia hadapi dari tatapan mata Julius saja. Dia berharap ini adalah mimpi. Mimpi buruk yang akan hilang saat dia bangun.

Sayang, semua ini bukanlah mimpi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Widhi_Wisesha

Widhi_Wisesha

everyday bener2 penuh cry....
berharap terjadinya force majeure 😅😅

2024-04-22

2

meee

meee

semangat trs thor, setiap bab sll bikin penasaran. semangat up 💪💪💪

2024-04-17

2

Lippe

Lippe

VOC doong🤣🤣🤣

2024-04-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!