Jangan Mati

Mansion sekejap berubah menjadi ramai. Ruang tengah dan lantai satu dipenuhi dengan orang-orang. Bahkan tabib dari istana telah datang dengan membawa banyak orang.

Elia berhasil menyelinap sebelum suasana menjadi kacau. Dia mengintip dari balik pintu kamarnya. Suara para pelayan cukup keras hingga sampai ke telinganya.

Duke Harbert sudah menikah, tentu semua orang tahu. Tapi tidak ada satupun yang mencari keberadaannya. Tidak ada yang menanyakam dimana Duchess Harbert.

Dari apa yang dia dengar Elia bisa menyimpulkan. Julius terluka saat menghadapi pemberontak wilayah utara Delian. Dia sedang perjalanan kembali saat rombongannya disergap di hutan tak jauh dari gerbang istana. Dia terkena panah beracun di sekitar dadanya. Untung saja racunnya tidak sampai menyebar tapi panah tersebut merusak jaringan kulit dan tulang di sekitar dada. Saat ini kondisi Julius belum sadarkan diri.

Selain informasi ini Elia juga mendengar jika Julius pergi ke perbatasan karena perintah raja. Tiga tahun lalu Julius pernah menentang perintah raja hingga akhirnya dia di hukum. Kalau tidak salah, hukumannya adalah menikahi wanita cacat dari keluarga Haliden.

Elia meringis mendengar kata cacat. Seperti apa dunia luar menggambarkan dirinya sebagai putri bungsu Haliden.

Menjelang dini hari mansion mulai tenang. Para pelayan kembali ke kamar mereka dan tersisa beberapa orang saja seperti dokter dan pengawal pribadi Julius.

Meskipun telah tiga tahun tinggal bersama dalam satu rumah, Elia tidak tahu dimana kamar Julius. Dia hanya tahu kamar Julius ada tepat di lantai bawahnya. Karena tidak bisa tidur dan penasaran Elia memutuskan untuk menyelinap ke kamar Julius.

Tidak sulit untuk menemukannya. Lorong lantai satu dipenuhi dengan bau obat yanh menyengat. Bau itu semakin menyengat ketika langkahnya sampai di kamar paling ujung. Pintunya sedikit terbuka dan tidak ada penjaga. Elia hanya ingin mengintip sebentar kemudian pergi. Tanpa disadari kakinya terus bergerak masuk hingga tempat Julius berada.

Terbaring dengan dada penuh balutan perban, mata terpejam erat dan wajah pucat berantakan. Julius kehilangan banyak darah tentunya. Kondisinya saat ini kritis. Dia baru saja menjalani perawatan intensif dari para dokter kerajaan. Kamar kosong, tidak ada satupun yang menjaganya. Elia mengedarkan pandangannya sekilas. Para dokter dan pengawalnya mungkin sedang beristirahat. Sepanjang malam mereka telah bekerja keras.

Elia mengambil tempat duduk tepat disamping Julius. Pria yang terbaring tak berdaya ini adalah suaminya. Orang yang menjadi asing dan tidak cocok dengan kata suami. Hubungan mereka hanya kepura-puraan. Seluruh kerajaan tahu, Elia Harbert hanyalah orang-orangan sawah di mansion Harbert. Banyak wanita bangsawan yang menunggu kemurahan hati raja untuk menghentikan hukuman Julius. Singkatnya, perceraian.

Pangeran ketiga yang sangat potensial dan terkenal hingga pelosok negeri, siapa yang tidak ingin mendampingi hidupnya. Elia menjadi ingin tahu apa yang dilakukan hingga membuat raja marah dan menghukumnya seperti ini.

Ah sesuatu tiba-tiba terlintas. Bagaimana hidupnya setelah mereka bercerai. Apakah dia akan dikembalikan ke Haliden atau dibuang dijalan. Pilihan pertama lebih menakutkan daripada pilihan kedua. Jika dia tidak kembali ke Haliden setelah bercerai ada kemungkinan ayah dan kakak laki-lakinya akan mencarinya. Mengurung dan menyiksanya lagi di mansion.

Seluruh tubuh Elia merinding. Meskipun tidak jauh beda, Elia lebih suka hidup disini. Setidaknya dia tidak mendapat kekerasan secara fisik. Tapi jika Julius mati bukankah artinya dia bercerai lebih cepat. Apakah orang ini akan bertahan dengan luka yang serius seperti ini.

Kematian Julius membayanginya. Dia tidak ingin kembali ataupun diseret kembali ke Haliden. Hidup mandiri tanpa wali sebagai wanita juga terlalu beresiko. Dia tidak pernah keluar rumah sejak di lahir.

Mata Elia panas memikirkan nasibnya yang menyedihkan ini. Akan sama akhirnya bagi Elia, mau itu diceraikan atau Julius mati. Jika Julius mati kembalinya ke Harbert akan lebih cepat, untuk berpisah dengan Julius masih belum ditentukan. Elia bisa mempertaruhkan ini.

"Tolong jangan mati." Gumamnya lirih sambil menyeka air matanya. Untuk pertama kalinya Elia menangis demi seseorang. "Tolong bertahanlah." Lanjutnya.

Bukan karena dia ingin tinggal lebih lama di Harbert. Namun lebih baik bertahan di Harbert karena dia belum memikirkan masa depannya. Berkaca dari kejadian ini, Elia harus memikirkan setiap kemungkinan yang akan terjadi. Perceraian atau kematian, tak ada jaminan dia akan bertahan di Harbert.

"Apa yang anda lakukan disini?" Sebuah suara dengan oktaf tinggi mendekati Elia.

Sontak Elia langsung bangun dari kursinya. Dia mengenali wajah orang itu, ajudan Julius. Meskipun samar nampak jelas jika dia sedang menahan amarah.

"Maaf saya hanya ingin melihat keadaan Duke."

Wajah ajudan itu mengeras. Tubuhnya yang menjulang tinggi menakutkan. Elia menciut seraya menjauhi Julius. Seperti biasa, Elia akan pergi secara diam-diam. Namun sebelum dia mencapai pintu sang ajudan menghentikannya.

"Tidak ada yang mengharapkan kehadiran anda disini." Suara dingin yang menusuk, sama seperti majikannya.

"Maaf saya salah. Tidak akan saya ulangi lagi."

"Jika bukan karena anda, Yang Mulia pasti sudah bisa kembali ke istana. Kejadian ini pasti tidak akan terjadi. Kenapa anda tidak pergi saja dari Harbert."

Elia diam. Kakinya terpaku di tempat. Dia tidak ingin pergi, apakah itu tuduhan baru untuknya. Jadi mereka tidak bisa mengusirnya maka dari itu mereka mengharapkan kepergiannya. Jika dia pergi Julius bisa kembali ke posisi sebagai pangeran ketiga.

"Menikahi wanita dengan darah tercemar seperti anda sudah merupakan penghinaan bagi Yang Mulia. Dengan kehadiran anda yang tidak tahu malu di mansion Harbert menambah rasa malu Yang Mulia. Kenapa anda masih bertahan padahal sudah diabaikan? Apakah anda tidak punya harga diri? Kembalilah ke keluarga anda. Maka semua masalah ini akan selesai."

Kalimat panjang lebar yang pertama kali Elia dengar dari orang Harbert bukanlah dari Julius, suaminya, tapi dari orang lain yang tidak dia sangka. Apakah itu perasaan Julius padanya. Seperti mendengarnya sendiri dari Julius. Elia adalah hambatan baginya. Rasa malu yang tidak bisa dia hilangkan. Alasan bagi Julius tidak bisa kembali ke istana.

Langkah kaki Elia berat. Jadi selama tiga tahun ini Julius menginginkan kepergiannya. Kenapa tidak mengatakan sendiri kepada Elia. Kenapa harus menyembunyikannya. Dia sudah cukup tahan dengan pandangan orang-orang. Kenapa semua orang jahat padanya. Padahal dia sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Tangis Elia pecah kembali. Dia hanya ingin hidup, hanya ingin bertahan. Kenapa rasanya sulit sekali.

Apakah jika dia mati semua orang akan bahagia, apakah mereka akan mengenang sedikit saja tentangnya. Sepertinya tidak. Tidak akan ada yang peduli. Dia tidak penting bagi siapapun.

Kalau dia tidak ada, tidak mempengaruhi siapapun bukan. Untuk pertama kalinya Elia memiliki tekad.

Kematian adalah jawabannya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

vio~~~~

vio~~~~

kasian banget ya elia..😭😭😭

2024-04-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!