Julius Harbert

Sebuah suara berisik membangunkan Elia dari tidurnya. Dia punya kebiasaan mengunci kamarnya. Menghindari gangguan yang tidak diinginkan dari para pelayan.

Ketukan keras diikuti teriakan terdengar dari luar pintu. Elia dengan berat hati mengangkat tubuhnya kemudian berjalan mendekati pintu.

Begitu bunyi klik pintu terbuka, tubuhnya tersapu oleh ombak manusia yang menerobos masuk. Elia terhuyung ke samping.

"Bagaimana anda bisa mengunci pintu?" Seseorang berteriak.

Elia yang belum memahami situasinya hanya mampu diam dan memperhatikan mereka.

"Semuanya, segera urus dia karena Duke sudah menunggunya."

Tidak diberi waktu untuk memahami situasinya, tubuh Elia segera diseret ke kamar mandi. Dalam waktu singkat dia telah berganti pakaian dan wajahnya dirias. Pakaian yang entah datang darimana dan sentuhan dari tangan-tangan yang tidak dia kenal. Elia tak berdaya. Saat dia sadar, dia sudah berada di tempat makan yang super besar. Ruang makan Haliden tak ada apa-apanya dari ini.

Warna emas yang mendominasi hingga hidungan yang menggugah selera. Di ujung meja panjang duduk seorang pria yang tak kalah indahnya. Elia reflek memberi hormat. Dia tidak tahu siapa dia, hanya sebuah kebiasaannya saja. Seolah dia berbuat salah maka dia harus menunduk terlebih dahulu.

Terlintas di benaknya, apakah dia suaminya.

"Duduklah." Suaranya juga indah.

Elia mengangkat kepalanya kemudian duduk di kursi yang dekat dengannya. Jarak mereka seperti langit ke bumi. Sangat jauh. Tapi orang itu tidak berkata apa-apa, dia hanya fokus pada makanan di depannya.

Tanpa sadar makanan sudah terhidang di mejanya. Satu potong daging yang kaya rasa lengkap dengan sayuran untuk menambah cita rasanya. Tatapan Elia melekat pada makanan yang tidak pernah dia makan sebelumnya. Rasa pahit diabaikan kemarin pudar begitu saja. Setidaknya dia masih diberi makan yang layak.

Saat tangannya hendak mengambil pisau, sebuah suara menginterupsinya.

"Pernikahan ini hanya sebuah perjanjian belaka."

Ah benar, orang itu adalah suami Elia, sang Duke Julius Harbert. Elia buru-buru menyembunyikan tangannya yang gemetar. Dia menegakkan punggungnya, siap mendengarkan apapun yang akan dia katakan. Makanan dihadapannya sekarang sudah tidak menarik lagi.

Tahukah orang itu bahwa sekarang adalah pertama kalinya Elia makan di meja makan yang penuh makanan. Dia selalu makan di kamar karena dia dilarang mendekati meja makan. Harapannya memang terlalu tinggi. Hidupnya masih sama.

"Jangan pernah berpikir kita adalah pasangan suami istri sungguhan. Pernikahan ini adalah sebuah hukuman bagiku."

Elia sedikit menoleh untuk melihat wajah Julius. Tampan tapi dingin. Itulah kesan Elia. Sudut bibirnya yang kaku dan tatapan jijik padanya, persis seperti tatapan orang Haliden. Elia kembali memusatkan perhatiannya pada piringnya yang mulai mendingin.

"Saya mengerti." Jawabnya lirih.

"Hiduplah seperti orang mati di dalam mansion dan jangan pernah mencampuri urusan masing-masing."

Kali ini Elia mengangguk.

"Sampai kemarahan ayahku mereda, kamu tetaplah Duchess Harbert. Semua orang disini akan memperlakukanmu sewajarnya. Jadi kamu hanya perlu diam hingga waktu perceraian tiba."

Siapa wanita yang mendengar perceraian di hari pertamanya menikah jika tidak Elia Haliden, tidak, Elia Harbert seharusnya. Jadi dia hanyalah bidak catur raja untuk menghukum anaknya yang bersalah. Lagi-lagi kesalahan dilimpahkan kepadanya. Apa bedanya dengan Haliden, Harbert sama saja.

Sesuatu yang disebut Elia sebagai harapan telah hangus tak bersisa. Kenapa dia harus mendapatkan perlakuan seperti ini padahal dia tidak pernah berbuat salah. Dunia ini sangat tidak adil baginya. Dengan tangan terkepal Elia kembali mengangkat kepalanya.

"Terima kasih atas kemurahan hati anda Yang Mulia. Tapi saya ingin meminta sesuatu pada anda." Dengan sisa keberaniannya Elia ingin bertaruh. Jika akhirnya dia akan dipukuli seperti di Haliden setelah berani menantang Duke, Elia akan menerimanya.

Alis Julius terangkat sebelah. Dengan suara berat dia menjawab.

"Katakan."

"Anda mengatakan jika saya akan diperlakukan sewajarnya."

Julius mengangguk dengan enggan.

"Apakah saya akan mendapatkan makanan yang layak dan diperbolehkan sesekali mengunjungi perpustakaan dan jalan-jalan di taman? Saya tidak akan meminta pelayan pribadi atau perlakuan istimewa, tentu saja saya tidak akan mencampuri urusan anda. Saya akan hidup seperti orang mati disini. Kadang saya juga bosan, bisakah anda mengabulkan permintaan saya ini?"

Julius tertegun sejenak. Gadis kecil yang sepertinya akan hancur dengan sekali pukulan itu bicara panjang lebar sejak mereka duduk bersama. Tidak sesuai dengan rumor yang beredar. Jika putri kedua Duke Haliden menderita penyakit anti sosial. Buktinya dia bisa berbicara lancar dengan orang lain.

Saking bingungnya, Julius hanya mengangguk.

"Terima kasih Yang Mulia." Elia menekankan kata penghormatan paling dalam di belakang.

Merasa tidak ada yang perlu lagi dia lakukan, Elia berdiri kemudian meminta izin untuk kembali ke kamarnya. Kekuatannya tiba-tiba melemah dan tubuhnya terhuyung ke tempat tidur. Elia meringkuk seperti bola dengan kaki tertekuk hingga dada.

Dia tidak menangis. Matanya panas tapi dia tidak ingin menangis. Air matanya terlalu berharga untuk dia sia-siakan. Saat kecil dia pernah menangis hingga dehidrasi, berharap akan sedikit perhatian dari keluarganya. Namun dia sama sekali tidak pernah mendapatkannya. Bahkan jika dia mati sepertinya tidak ada yang peduli padanya.

Elia menutup erat-erat matanya berharap semua ini hanyalah mimpi buruk.

Sesuai dengan janjinya, dia hanyalah Duchess dengan nama saja. Bukan istri dari Duke ataupun nyonya rumah Harbert. Elia hidup seperti tikus mati dengan baik. Dia menghindari bertemu dengan orang lain. Di pagi hari dia akan mengunci diri di kamar, saat malam dia akan mengumpulkan makanan dari dapur untuk disimpan di kamarnya. Untungnya kamarnya berada di lantai dua tanpa penghuni. Belakangan dia mendengar dari pelayan jika lantai dua adalah kamar tamu. Tidak ada yang pernah berkunjung di mansion Harbert.

Saat mansion mengadakan perjamuan, Elia bisa bersembunyi dengan baik. Para tamu diarahkan untuk menginap di mansion luar yang terpisah dengan mansion utama. Kurang lebih dia tahu struktur tempat tinggalnya dari seringnya dia berjalan-jalan di taman, tentu saat tidak ada orang. Dia hanya mengunjungi perpustakaan dan taman jika bosan. Elia lebih banyak berdian diri di dalam kamarnya.

Mungkin bisa dihitung dengan jari saat dia bertemu dengan Julius. Selain tak sengaja berpapasan, tak ada alasan untuk Julius memanggil Elia. Sebaliknya Elia juga tahu batasnya.

"Pernikahan yang menyedihkan." Gumam Elia saat dia memandang bulan purnama di atas langit. Hari ini adalah bulan purnama dan tahun ketiga dia menikah dengan Julius. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat.

Taman Harbert selalu indah seperti biasanya. Dia ingin melihat bulan lebih dekat hari ini. Malam menjadi semakin pendek saat musim panas. Ini adalah musim panas ketiganya di Harbert. Elia mendesah pelan.

Saat angin malam mengenai gaun tidurnya yang tipis, tubuh Elia menggigil. Sudah saatnya dia kembali. Dia terlalu lama Elia takut ada orang yang melihatnya. Bukan apa-apa, dia hanya tidak ingin melihat tatapan tidak nyaman mereka.

Langkahnya pelan menembus kegelapan, saat belokan pertama menuju lorong pintu belakang dapur, suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar. Suara gaduh dari dalam mansion juga bocor keluar. Tiba-tiba mansion menjadi terang benderang di tengah malam.

Elia berlari untuk melihat apa yang terjadi.

"Cepat panggil dokter!" Teriak ajudan pribadi Julius yang Elia tahu tapi tidak mengenalnya. Tidak pula tahu namanya.

Dari balik kaca penghubung dapur menuju ruang tengah, terlihat samar-samar tubuh Julius yang tergeletak bersimbah darah. Semua pelayan panik, termasuk kepala pelayan Nyonya Mary. Wanita tua gemuk yang selalu memasang wajah garang padanya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Esti Afitri88

Esti Afitri88

elia yg malang

2024-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!