Kaukah Itu

Julius tiba di Inoa secepat yang dia bisa. Dia tidak asing dengan negeri ini. Raja baru yang memerintah Inoa saat ini adalah temannya di akademi militer Delian.

Mungkin ini juga pertimbangan ayahnya mengirimnya pergi ke Inoa.

Inoa telah berubah banyak. Terutama Calcutta. Pelabuhan itu telah tumbuh lebih besar dari Kartos. Terakhir kali dia ke Inoa mungkin sepuluh tahun yang lalu. Saat libur akademi dan dia mengunjungi Inoa atas undangan temannya, Wilhem Deans, raja Inoa yang sekarang.

"Kereta sudah menunggu Yang Mulia. Lewat sini." Ajudan setia Julius membuka jalan untuknya. Padatnya Calcutta membuat kereta tidak bisa menjemputnya di dermaga.

Mereka harus berjalan melewati gerbang pelabuhan dan membelah kerumunan dengan susah payah. Julius pergi sendiri tanpa pengawal. Hanya bersama ajudannya. Ini bukanlah kunjungan resmi. Dalam suratnya, raja Inoa meminta pertemuan pribadi.

Mengingat perdagangan gula yang sedang memanas saat ini. Wilhem menawarkan pertemuan tertutup.

Inoa menerapkan sistem perekonomian etatisme, dimana semua pergerakan ekonomi hingga harga barang di atur oleh pemerintah. Namun karena berasas demokrasi Inoa tidak bisa serta merta memutuskan. Pemerintah tetap meminta pendapat dari para pelalu ekonomi, disini tentunya pedagang.

"Kita akan sampai dalam tiga puluh menit Yang Mulia."

Julius mengangguk kemudian memejamkan matanya. Perjalanan ke Inoa tidaklah mudah, tapi dia mencoba bertahan. Pekerjaan apa yang tidak pernah dia lakukan. Dari yang kasar hingga menjijikkan.

Sesungguhnya Julius lelah. Dia kehilangan arti hidupnya. Dia hanya hidup namun tidak memiliki rasa hidup.

"Ben, bangunkan aku saat kita sampai." Celetuknya lirih.

"Baik Yang Mulia." Sebagai ajudan paling setia Ben mengangguk. Menatap nanar tuannya yang mulai terpejam.

Pertemuan dijadwalkan siang hari sebagai makan siang biasa. Kemudian mereka akan langsung kembali ke Delian pada sore harinya. Jadi negosiasi ini harus berhasil apapun caranya.

Istana Inoa dibangun jauh dari pusat kota Calcutta. Untuk menghindari keramaian pusat kota perdagangan itu, pemerintah menjauh dari pusat perekonomian.

Sampai disana membutuhkan banyak usaha. Mengingat Calcutta adalah kota teramai di dunia. Lebih baik menghindarinya sebanyak mungkin.

Puncak istana yang dibangun sangat megah itu mulai terlihat. Seperti dua dunia yang berbeda, kawasan istana cukup teratur.

Kereta kuda berhenti tepat di depan gerbang istana. Owen turun untuk melapor maksud kedatangannya. Begitu gerbang besar itu dibuka, kereta kembali melaju hingga sampi di depan pintu masuk istana.

Julius bangun tepat saat kereta berhenti. Dia meluruskan posturnya dan merapikan pakainnya. Kemudian bangun saat pintu kereta terbuka. Dia langsung diantar menuju tempat pertemuan.

Sebuah taman yang tidak terlalu terbuka. Letak yang berada di dalam membuatnya terbuka sekaligus tertutup. Memberikan ruang privasi bagi mereka yang menyukai suasana segar.

Raja Inoa telah tiba lebih dulu di banding Julius. Mereka langsung bertegur sapa dan saling berpelukan. Mereka adalah teman lama. Ucapan basa-basi dibumbui dengan gelar kehormatan adalah hal biasa.

"Jadi apa lagi sekarang?" Tanya Wilhem seraya mengangkat gelas tehnya.

"Anda pasti sudah tahu jika pesta teh adalah budaya yang mengakar di Delian, permintaan akan dua bahan utama untuk acara tersebut meningkat tajam." Terang Julius seraya mengikuti Wilhem. Mengangkat gelas tehnya yang masih hangat.

Wilhem mengangguk sebagai respon. Tidak dipungkiri jika gula dan teh sangat laku keras di pasar Delian. Bahkan para pedagang Inoa rela menyeberangi lautan demi menjual dua primadona tersebut.

"Ayah, tidak, Yang Mulia Dimitrius meminta kelonggaran Inoa untuk menambah pasokan gula dan teh ke Delian." Julius terus terang.

Meskipun ada banyak pedagang swasta Inoa di Delian yang menjual dua barang ini, monopoli pasar oleh pemerintah Delian masih sangat mendominasi. Bahkan para bangsawan lebih percaya membelinya dari pemerintah dibanding dengan para pedagang yang tentu sana harganya lebih murah.

Oleh sebab itu Delian dengan susah payah mempertahankan perdagangan dua komoditas ini. Berbanding dengan Inoa yang menjual banyak kesenangan, Delian adalah penghasil senjata canggih dan teknologi militer yang modern.

Lebih dari setengah penduduk Delian adalah prajurit. Sedangkan hampir setengah penduduk Inoa adalah pedagang.

"Dalam waktu dekat ini mungkin sulit." Timpal Wilhem ragu-ragu.

Alis Julius berkerut tanda tak setuju. Menambah impor ke Delian tidak akan merugikan Inoa. Malah seharusnya Inoa menyambutnya dengan baik, keuntungan yang di dapat Inoa juga bertambah bukan.

Menyadari ketidaksetujuan dari Julius, Wilhem menyesap kembali tehnya yang sudah dingin kemudian mengangkat tangannya.

"Antar dia kemari." Titahnya. "Masih ingat dengan perjanjian yang disepakati satu tahun lalu setelah pelabuhan Kartos terbakar? Saya harap anda masih mengingatnya. Banyak hal berubah setelah itu." Jelas Wilhem pada Julius.

Julius melonggarkan ikatan dasinya yang terasa kencang. Dia melepas kemeja luarnya kemudian menggulung lengan bajunya.

Jika mengingat kembali insiden itu. Negosiasi ini tidak akan berjalan dengan mulus.

"Salam kepada Raja Agung Inoa."

Sebuah salam penuh hormat menginterupsi suasana panas diantara keduanya. Sontak keduanya menoleh. Dan pada saat bersamaan respon kedua orang itu berbeda. Senyum tipis tersungging di bibir Wilhem sedangkan Julius membulatkan matanya.

"Elia?" Refleksnya.

"Anda mengenalnya pangeran?" Tanya Wilhem.

Julius diam tak bergeming. Matanya tidak salah. Wanita yang berdiri dihadapannya saat ini pastilah Elia Haliden. Wanita yang telah mati lima tahun yang lalu. Tapi apa yang terjadi. Julius terkejut hingga tak mampu berkata-kata.

"Perkenalkan saya adalah Ines Margareth, saya adalah ahli bahasa di ruang arsip Perpustakaan Agung Inoa. Saya juga pegawai magang." Ines memperkenalkan dirinya secara singkat.

"Ah Lady Ines, anda adalah adik dari Kapten Izekiel bukan?"

"Benar Yang Mulia." Jawab Ines tanpa ragu-ragu.

"Apakah kamu membawanya?" Tanya Wilhem.

Ines mengangguk sambil menunjukkan tumpukan dokumen yang dia bawa.

"Pangeran saya memanggil ahli bahasa untuk membantu kita berdiskusi tentang insiden Kartos dan perjanjian perdagangan antara Inoa dan Delian. Anda tidak keberatan bukan? Saya akan menggunakan bahasa Inoa dan Lady Ines yang akan menerjemahkannya ke dalam bahasa Delian. Bukankah begitu Lady Ines?"

Ines kembali mengangguk.

"Lady Ines juga yang akan membantu anda memahami dokumen Inoa." Timpal Wilhem. "Pangeran?" Lanjutnya. Melihat respon diam Julius, Wilhem berusaha untuk memanggilnya.

"Ah tentu saja Yang Mulia. Dan Lady.. maaf siapa nama anda tadi?" Tanya Julius.

"Ines Margareth Yang Mulia."

"Lady Margareth.. ya.." Julius mengangguk dengan mata tak lepas dari wanita bernama Ines.

"Panggil saya Ines yang mulia, di Inoa tidak umum memanggil seseorang dengan nama belakangnya." Ucap Ines lirih.

"Ah sungguh? Sepertinya anda sangat mengenal Delian. Dan Lady juga sangat fasih berbahasa Delian. Menakjubkan." Sergah Julius.

Yang tidak umum di Inoa sangat umum di Delian. Sebagai tanda hormat seseorang dipanggil dengan nama belakangnya. Hanya mereka yang dekat yang saling memanggil dengan nama depan. Berbeda dengan Inoa, memanggil nama depan adalah sebuah kebiasaan. Tidak memandang mereka dekat atau tidak.

"Saya adalah lulusan ilmu bahasa Yang Mulia. Saya mempelajari bahasa dan budaya semua ras di dunia." Ines tak mau kalah.

"Lihatlah betapa fasihnya dia berbicara. Lady Ines adalah lulusan terbaik Akademi Adelaide, bakatnya ini pasti menurun dari ayahnya, Lord Theodore Abraham." Sanjung Wilhem dengan tawa kecilnya. "Pangeran mengingatnya bukan? Lord Theodore banyak membantu kita dalam urusan perjanjian Inoa dan Delian." Sambungnya.

"Ya saya mengingatnya Yang Mulia."

"Senang rasanya kali ini kita akan dibantu oleh putrinya yang berbakat." Tawa Wilhem menggema di setiap sudut taman tersembunyi tersebut.

Diantara mereka bertiga ada satu orang yang merasa hari ini adalah hari kemalangannya.

Bersambung..

Terpopuler

Comments

meee

meee

makin seru nih thor. makasih sdh double up, semangat trs🥰💪💪💪

2024-04-15

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!