Air Terjun

Di luar ruangan Jin Xian, terdapat altar latihan seni bela diri yang lumayan besar, dengan lantai yang diciptakan sangat kokoh, agar tidak mudah hancur saat para murid berlatih seni bela diri. Di sekeliling altar Bela Diri, terdapat 4 bangunan panjang yang saling mengait, yang disetiap bangunannya terdapat 50 ruangan yang berdempetan. Bangunan-bangunan tersebut di tempati oleh para murid yang berlatih di altar latihan.

Jin Xian berjalan keluar dari ruangan, dia mengenakan pakaian murid laki-laki sekte Kultivasi Dewa, karena pakaian miliknya sudah tidak layak pakai. "Oh iya... Aku lupa bertanya pada senior, dimana orang yang menyelamatkan diriku, menungguku?" gumam Jin Xian. Dia menengok ke arah kanan dan kiri ,mencari seseorang yang menyelamatkan dirinya saat di hutan Awan Berkabut.

Sambil mencari-cari keberadaan kakek tua itu, dia dengan senang hati memperhatikan para murid yang sedang berlatih teknik bela diri di altar Bela Diri. Saat masih berumur 6 tahun, Jin Xian pernah diberitahu oleh ibunya tentang 4 sekte besar penopang kekaisaran Awan Surgawi.

Di lokasi para murid yang sedang berlatih, energi Qi dengan warna yang berbeda-beda milik para murid menyebar memenuhi altar. "Apa! Mereka, mereka semua memiliki basis kultivasi tingkat Qi Bela Diri? Basis kultivasi ini setingkat dengan ayah!" Jin Xian terkejut. Meskipun dia pernah diberitahu oleh ibunya tentang kehebatan 4 sekte besar yang selalu melahirkan praktisi bela diri tingkat tinggi, baru kali ini dia melihatnya secara langsung. Hanya tingkat Qi Bela Diri ke atas saja yang bisa menggunakan energi qi.

"Sekte Kultivasi Dewa ini, sebenarnya sekte seperti apa? Mengapa mereka semua terlihat seperti monster!" Jin Xian menggaruk kepalanya, dia merasa bingung, heran, dan sedikit merasa takut berada di dekat para murid ini.

Di kota Awan Berkabut, hanya beberapa orang saja yang memiliki basis kultivasi tingkat Qi Bela Diri, yang jumlahnya bahkan tidak lebih dari 100 orang dan mereka semua memiliki umur lebih dari 30 tahun, tetapi di altar Bela Diri itu terdapat lebih dari 50 orang dengan basis kultivasi tingkat Qi Bela Diri, mereka bahkan belum berumur 30 tahun.

Di kejauhan terlihat sosok seorang wanita yang berjalan kesana-kemari, seperti sedang mencari seseorang. Dia bertanya satu-persatu kepada murid yang berada di altar bela diri. Hingga beberapa saat kemudian, sosok wanita itu berjalan menghampiri Jin Xian yang sedang fokus mengamati para murid yang tengah berlatih teknik bela diri gabungan.

Sosok wanita itu tiba tepat di depan Jin Xian, nafasnya yang tidak stabil terdengar oleh Jin Xian. “Huh... Huh... Huh... Apa.. Apakah kamu adalah Jin Xian?" ucap wanita itu.

"Iya, aku Jin Xian, ada apa?" tanya Jin Xian.

"Kamu sedang di tunggu oleh tetua Jian, di luar altar ini," jawab wanita itu.

"Siapa tetua Jian itu...?" Jin Xian kembali bertanya.

"Sudahlah, kamu nanti akan mengetahui siapa tetua Jian, jika kamu sudah menemuinya," ucap wanita itu, "tetapi maaf, aku tidak bisa mengantarkan dirimu ke tempat tetua Jian berada, karena sedang ada urusan yang harus di urus," lanjut wanita itu.

“Tidak masalah!” Jin Xian teringat. "Oh iya, bukankah aku tadi berniat menemui penyelamatku! Mengapa aku bisa melupakan hal ini! Hais..." Dia berjalan kembali.

Jin Xian mulai berjalan, kemudian setelah mengambil beberapa langkah ke depan, dia tiba-tiba berhenti, "Maaf, aku lupa bertanya di mana arah keluar dari altar ini, dan lokasi tetua Jian berada?" tanya Jin Xian yang hampir lupa menanyakan arah lokasi tetua Jian yang sedang menunggu.

"Hais.. Kamu nanti berjalan lurus saja, kemudian saat sudah keluar dari altar ini, kamu pilih jalan ke kanan dan berjalan lurus terus saja, lalu saat ada pertigaan, belok kiri dan lurus terus saja. Hingga terlihat air terjun yang mengalir dengan deras! Nah di sanalah tetua Jian berada." kemudian wanita itu menunjuk menggunakan jarinya ke arah sebuah gerbang yang berada di ujung altar latihan para murid.

"Terima kasih....," ucap Jin Xian.

Kemudian wanita itu pergi meninggalkan Jin Xian.

Jin Xian berjalan ke arah gerbang, dia berjalan sesuai petunjuk yang di berikan oleh wanita tersebut. Dia melihat sekitar, dengan kagum dan kagum, melihat pemandangan yang sangat indah yang ada di dalam sekte tersebut. Kurang dari 15 menit, Jin Xian mendengar suara air terjun. Dia berjalan menuju ke asal suara air terjun itu berasal, dia terus berjalan dan kemudian dia sampai di depan air terjun.

Terlihat seseorang yang sedang berdiri di pinggiran, yang di bawahnya mengalir air yang berasal dari air terjun. Orang itu seperti sedang menunggu seseorang, dia kemungkinan sudah berada di sana sejak pagi hari, dan saat ini sudah menjelang siang hari.

"Akhirnya... Yang di tunggu-tunggu sudah datang," ucap kakek tua berambut putih, dengan janggut tipis tanpa menengokan kepalanya, dia terlihat seperti sudah mengetahui, ada seseorang yang datang ke arahnya.

Jin Xian merasa kaget sekaligus kagum dengan kakek tua yang berbicara dengannya. Dia berjalan ke arah kakek tua itu tanpa rasa takut, karena Jin Xian percaya pada kakek tua itu, bahwa kakek tua itu tidak akan menyakitinya. Dia berhenti, tepat di belakang kakek tua itu, setelah berjalan beberapa langkah dari tempat pertama dia tiba di tebing.

Dia mencondongkan kepalanya ke bawah, dan tangan kanannya menyilang di dadanya, dia memberi hormat pada kakek tua itu, lalu berkata, "Terima kasih karena telah menyelamatkan aku, dari kejaran para serigala perak. Jika tidak ada Anda, mungkin saat ini aku sudah hancur di makan sekelompok serigala itu!”

Kakek tua itu, kemudian menghadapkan tubuhnya ke Jin Xian, lalu dia mengangkat kepala Jin Xian yang sedang menunduk dengan kedua tangannya yang sangat hangat. Dia berkata, "Tidak masalah... Aku hanya tidak sengaja bertemu dengan kamu. Saat sedang berjalan-jalan. Namaku Jian Jing Tian, aku biasa di panggil tetua Jian. Aku merupakan tetua halaman dalam Sekte Kultivasi Dewa!"

"Salam kenal tetua Jian. Namaku Jin Xian, aku berasal dari keluarga Jin kota Awan Berkabut!” Jin Xian memperkenalkan dirinya dengan sopan dan suara rendah.” Kemudian Jin Xian bertanya kepada tetua Jian, "Apakah saya boleh bertanya, mengapa Anda memanggil saya untuk datang ke sini?"

"Aku ingin kamu menjadi muridku," ucap Jian Jing Tian tanpa pikir panjang.

Jin Xian yang mendengar perkataan dari Jian Jing Tian kemudian menjadi tercengang. Segera, Jin Xian kembali sadar setelah pundaknya di tepuk oleh Jian Jing Tian. “Bagaimana... Apakah kamu mau menjadi muridku? Dengan menjadi muridku kamu dapat menggunakan semua sumber daya yang ada di bawah kekuasaan aku!” Jian Jing Tian kembali bertanya ke Jin Xian.

Jin Xian berpikir, “Menjadi seorang murid dari tetua Sekte Kultivasi Dewa memang sangat menggiurkan, tetapi pasti akan ada banyak masalah. Sebaiknya aku tanya alasannya dulu!” Dia menyusun kata-katanya, “Mengapa Anda ingin menjadikan saya sebagai murid Anda? Bukankah semua murid yang ada di dalam sekte ini, memiliki kualifikasi yang jauh lebih baik dari pada saya...? Saya bahkan tidak memiliki basis kultivasi sama sekali.”

Tetua Jian menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Apa! Kamu bilang, kamu tidak memiliki kualifikasi sama sekali! Hahaha... Kamu terlalu merendahkan dirimu sendiri, nak! Bahkan di seluruh Kekaisaran Awan Surgawi tidak ada yang memiliki kualifikasi yang lebih baik dari diri kamu... Aku melihat kamu sangat mahir dalam berpedang, jadi aku ingin menjadikan kamu muridku!” Jian Jing Tian melakukan gerakan kecil dengan tangan kirinya, lalu muncul sebuah meja dan dua kursi yang saling berhadapan di atas tebing. Di atas meja terdapat sebuah kendi yang berisi air dan ada dua gelas di dekat kendi.

"Sebelum lanjut berbincang-bincang... Lebih baik kita duduk terlebih dahulu, agar lebih nyaman untuk berbicara," Jian Jing Tian berkata denga suara lembut namun tua.

Jin Xian melangkah maju, menuju ke kursi yang tidak jauh dari tempat berdirinya saat ini. Tiba-tiba Jin Xian berhenti, kemudian berkata, "Tetua Jian silahkan Anda duduk terlebih dahulu.” wajah Jin Xian memerah, karena dia ingin mendahului orang yang lebih tua.

"Pfft... Haha...." tetua Jian tidak bisa menahan tawa, ketika melihat wajah seorang remaja di depannya memerah. Kemudian dia kembali menepuk pundak Jin Xian, lalu berkata, "Nak, tidak perlu malu. Setiap orang pasti memiliki kesalahan, dan kesalahan terbesarku Ad... Ah lupakan saja." Jian Jing Tian menunduk setelah berbicara dengan Jin Xian barusan. Wajahnya yang biasanya tampak berseri, langsung berubah menjadi murung dan tidak bersemangat seperti sebelumnya.

Jin Xian yang melihat tetua Jian, yang sedang murung bertanya, "Ada apa tetua Jian?"

Jian Jing Tian kemudian kembali sadar. Wajahnya yang terlihat murung, menjadi bersemangat kembali setelah mendengar suara Jin Xian. Menarik kembali tangannya yang berada di pundak Jin Xian, lalu berkata, "Tidak ada apa-apa."

Jian Jing Tian duduk di kursi, dan membelakangi air terjun. Dia memandang ke arah Jin Xian berada, lalu berkata, "Mengapa kamu tetap berdiri di sana. Kemarilah."

Jin Xian melangkah ke depan, tetapi tidak segera duduk ke kursi kosong, melainkan mengamati sekitar. Dia sangat takjub melihat lingkungan di sekitarnya. Jin Xian menikmati keindahan alam yang berada di sekitarnya. Air terjun yang mengalir dengan deras terlihat oleh matanya, jurang yang curam tidak jauh dari kakinya, dan bunyi suara air terjun dan sesekali mendengar suara burung. Cahaya matahari tertutup oleh keberadaan pohon besar di sekitar air terjun, membuat tempat Jin Xian dan Jian Jing Tian tidak terasa panas. Setelah sekian lama mengamati sekitar, barulah Jin Xian duduk.

Jian Jing Tian tidak marah sama sekali ketika melihat Jin Xian yang tidak langsung duduk, dan memaklumi Jin Xian yang masih remaja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!