Kedalaman Hutan Belantara Barat

Malam berlalu, kini pagi menjelang siang di kota Awan Berkabut. Kabut hitam menyebar ke seluruh tempat. Di belakang gedung Aula Utama, terdapat altar luas yang digunakan untuk latihan oleh para anggota keluarga Jin. Di sini, baik orang dewasa maupun anak-anak yang baru berusia empat tahun, melakukan pelatihan seni bela diri secara teratur.

Jin Xian berdiri di dalam ruang isolasi di altar latihan, tempat di mana dia dan Paman Pedang sedang berbincang. Ruang ini unik; meskipun orang di dalamnya bisa melihat dunia luar, sebaliknya, siapapun yang berada di dunia luar tidak bisa melihat ke dalam, kecuali orang yang berada di luar ruang isolasi memiliki kekuatan ataupun pemahaman hukum ruang yang lebih tinggi dibandingkan pencipta ruang isolasi—Paman Pedang.

Di dunia yang menghormati kekuatan, kekuatan adalah segalanya, yang kuat akan bertahan, dan yang lemah akan di hancurkan. Tingkat kultivasi di kekaisaran Awan Surgawi terbagi menjadi beberapa tingkatan yakni :

Praktisi Beladiri

Qi Beladiri

Tubuh Beladiri

Leluhur Beladiri

Langit Beladiri

Dan di setiap tingkatannya terbagi menjadi 9 level yang di mana 1 level nya saja sudah sangat jauh perbedaan kekuatannya.

“Paman Pedang, aku ingin berlatih pedang di dalam hutan lagi. Sudah lama aku tidak berlatih melawan binatang spiritual secara langsung. Aku sangat bosan, ibu dan ayah saat ini setiap harinya sibuk, dan tidak memiliki waktu menemani aku!" Jin Xian sangat ingin masuk ke dalam hutan bukan hanya untuk berlatih, tetapi juga untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Paman Pedang, yang mengenakan topeng tengkorak dan jubah hitam mengamati Jin Xian, dia menyusun kata-katanya, “Xian'er, paman mengerti keinginan kamu, tetapi situasi di dalam hutan sangat berbahaya. Binatang spiritual di dalam hutan saat ini mengamuk tanpa alasan yang jelas.”

“Aku tahu, aku sudah diberitahu oleh ayah, tapi aku perlu mencobanya—melawan binatang spiritual—, hanya dengan melawan mereka, aku baru bisa berkembang dan mengetahui situasinya dengan lebih baik," jawab Jin Xian penuh tekad.

Paman Pedang tidak menanggapi perkataan Jin Xian, dia tetap diam dan diam.

Ruangan isolasi seketika senyap, Jin Xian kemudian berbicara setelah berpikir sejenak, “Kalau paman tidak mau menemani aku, maka aku akan pergi sendiri!" Jin Xian sambil berlari menuju pintu keluar kediaman keluarga Jin.

Jin Xian menyentuh lapisan perpisahan antara dua ruang—ruang isolasi dan ruang dunia nyata—,dan keluar dari ruang isolasi tersebut tanpa di sadari oleh orang lain, karena adanya ilusi. Jin Xian merutuk dalam hati. “Huh, mengapa para orang dewasa selalu begitu sulit? Tidak ada yang mau mengerti aku lagi!" Meskipun tampak ceria di depan orang tuanya, dia merasakan frustrasi dan kebingungan di dalam dirinya sendiri.

Paman Pedang menatap ke arah Jin Xian dan tidak mencegah dia pergi, “Anak ini, dulu setiap harinya selalu ceria, tapi setelah mengetahui meridiannya tidak dapat di buka, dan tidak bisa berkultivasi, dia menjadi anak yang sangat keras kepala. Pedang itu kenapa sangat tertarik pada Xian'er? Aku tidak tahu, apakah pedang itu akan membawa keberkahan atau bencana kedepannya.” Paman Pedang menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku Jin Xian. “Biarlah, biar dia belajar dari pengalaman." Paman Pedang melihat ke arah langit.

Semua makhluk yang ada di Alam Bela Diri yang ingin menjadi seorang Praktisi Bela Diri diharuskan membuka titik meridian. Semakin banyak titik meridian yang di buka, maka potensinya di masa depan akan semakin tinggi.

“Apa ini sudah saatnya dia melihat kekejaman dunia luar?" Dia bergumam.

.....

Jin Shuang dengan anggota keluarga Jin yang lain, sudah masuk ke dalam hutan Belantara Timur dari pagi.

Jin Xian menaiki kereta menuju hutan Belantara Barat yang berada di luar gerbang barat kota. Meskipun jaraknya terlampau jauh dari kediaman keluarga Jin, tetapi inilah satu-satunya solusi yang dapat dipikirkan olehnya. Kalau dia pergi ke hutan Belantara Timur, dia khawatir akan bertemu dengan ayah dan kelompok keluarga Jin, dia pasti akan disuruh kembali ke kediaman.

Sedangkan hutan Belantara Selatan dan hutan Belantara Utara merupakan wilayah Keluarga Shi dan Keluarga Wei, yang merupakan musuh keluarga Jin. Pilihannya hanya ada hutan Belantara Barat yang merupakan wilayah keluarga Chen, keluarga yang jarang terlibat perkelahian 4 keluarga besar lain—netral.

Perjalanan ini memakan waktu 49 menit penuh, menempuh jarak 32,58 km² dari gerbang timur hingga barat kota. Meskipun perjalanan panjang, Jin Xian tidak merasa lelah—rasa penasaran dan semangatnya membakar keinginannya—. Setibanya di luar gerbang barat, Jin Xian berlari ke dalam hutan Belantara. Meskipun dia sudah sering berkunjung ke hutan ini, kali ini terasa berbeda. Hutan tampak sepi, tidak seperti dahulu yang dimana banyak binatang spiritual berkeliaran.

Hutan Belantara menggema dengan suara angin yang menderu dan dedaunan yang bergoyang. Cahaya remang-remang menembus kanopi hutan, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang bergerak. Suasana mencekam menyelimuti Jin Xian saat dia melangkah lebih dalam, dikelilingi oleh kegelapan hutan yang seolah menelan semua suara.

“Biasanya, bahkan di dekat perkotaan-pun penuh dengan binatang spiritual, tetapi kali ini aku sudah memasuki ke kedalaman hutan, tetapi tidak menemukan satupun? Ini sangat berbeda dengan sebelum-sebelum nya,” pikir Jin Xian sambil terus menjelajah.

Jin Xian sudah sering menjelajah ke dalam hutan Belantara, namun dia belum pernah mencapai kedalaman hutan. Dalam buku-buku yang pernah ia baca, tertulis bahwa semakin dalam seseorang memasuki hutan, semakin banyak binatang buas tingkat tinggi yang akan ditemui. Bahkan seseorang dengan tingkat kultivasi seperti ayahnya, yang merupakan seorang pembudidaya tingkat Qi Beladiri level 9 puncak, tidak bisa sembarangan memasuki kedalaman hutan tanpa persiapan dan perlindungan yang memadai.

Jin Xian merasa penasaran dan ingin mengetahui secara langsung apa yang ada di dalam kedalaman hutan, meskipun ia sadar akan bahaya yang mengancam.

Saat sedang menjelajah, dia melihat sosok hitam bergerak di kejauhan dan dia mengejar sosok itu. Saat semakin dekat, sosok itu menghilang dari pandangannya, dan muncul kembali dengan cepat dan menyerangnya. Jin Xian yang sadar akan serangan kejutan, segera mengibaskan pedangnya, membuat dedaunan di sekitarnya beterbangan dan sosok itu terlempar jauh.

Setelah debu mereda, Jin Xian melihat bahwa sosok yang menyerangnya adalah seekor rubah berbulu putih berekor satu dengan simbol mahkota berwarna merah muda di bawah lehernya. Rubah itu mengeluarkan suara jeritan rendah, “Growl…”

Jin Xian menatap simbol mahkota berwarna merah muda di bawah leher rubah yang tak bergerak di hadapannya, “Rubah surgawi?” dia terkejut dengan apa yang dipikirkannya. Rubah surgawi adalah makhluk yang sering muncul di dalam catatan-catatan kuno, dia pernah membaca tentangnya di buku yang diberikan oleh kakeknya. Perbedaan antara rubah biasa dengan Rubah Surgawi salah satunya adalah simbol mahkota yang ada di dadanya.

Rubah surgawi merupakan makhluk mitos dari era yang tak diketahui, mereka seharusnya sudah punah sedari lama. Meskipun orang-orang era sekarang tidak ada yang tahu kekuatan sebenarnya dari rubah surgawi, tetapi legenda mengatakan kalau rubah surgawi ekor 9, kekuatan nya lebih kuat daripada praktisi bela diri puncak alam Bela Diri. Kekuatan Rubah Surgawi yang melampaui kebanyakan ras, membuat murka seorang kaisar dewa, hingga akhirnya di musnahkan oleh para dewa.

Sebuah senyuman tipis muncul di wajah Jin Xian, matanya berbinar dengan kepuasan dan rasa penasaran yang mendalam. “Akhirnya, aku bertemu dengan salah satu binatang mitos! Biar kulihat, apakah kekuatan rubah surgawi sesuai dengan reputasinya!” gumamnya penuh rasa takjub.

Jin Xian menerjang ke arah Rubah Surgawi. Dia melompat tinggi dan mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh, namun rubah itu dengan gesit melompat ke belakang, menghindari serangan Jin Xian dengan kecepatan yang mengesankan. Tak kehilangan waktu, rubah itu segera berbalik dan berlari cepat, mencoba mencari celah untuk menyerang Jin Xian. Dalam putaran yang cepat, rubah melompat melewati beberapa dahan pohon yang ambruk, sisa dari pertempuran antara binatang spiritual di masa-masa sebelumnya.

Jin Xian, dengan tekad membara, tetap mengejar rubah yang lincah itu. Setiap lompatan rubah diikuti oleh Jin Xian dengan teliti, dia tetap fokus pada setiap gerakan lawannya, berusaha menutup jarak dan menemukan kesempatan untuk mengalahkannya.

Rubah itu melambat sedemikian rupa. Jin Xian yang melihat kesempatan itu dengan cepat menerjang ke arah rubah, dengan kekuatan penuhnya. Lagi dan lagi, serangan Jin Xian tidak mengenai rubah itu, pedangnya meleset dan membuat jejak di tanah.

Rubah itu menggeram, suaranya menyebar kemana-mana. Telinga Jin Xian berdenyut, mendengar geraman rubah, dia menutupi kedua telinganya, mendongak ke arah rubah, tetapi rubah surgawi telah menghilang dari hadapannya.

Jin Xian yang kehilangan jejak rubah surgawi, tetap melanjutkan eksplorasinya, setelah berjalan satu jam penuh, dia berhenti melangkahkan kakinya, ketika melihat binatang spiritual yang sedang tertidur. Selama satu jam sebelumnya, Jin Xian menemukan beberapa hewan, seperti kelinci dan burung untuk dimakan.

"Bukankah itu serigala perak? Benar saja, kedalaman Hutan Belantara benar-benar memiliki eksistensi seperti itu!" Jin Xian bergumam. Dia sering mempelajari tentang binatang-binatang spiritual, terutama yang menghuni hutan Belantara ini.

Semua orang yang tinggal di dalam kota Awan Berkabut harus mempelajari tentang binatang-binatang spiritual yang berada di dalam hutan Belantara, agar tidak mendapatkan masalah ketika memasukinya. Dan tahu cara melawan binatang buas atau tahu titik kelemahannya, jika tidak sengaja mengganggu mereka—binatang spiritual.

Jin Xian mundur dengan langkah kecil, untuk menjauh dari tempat tertidurnya serigala perak tersebut. “Tak...!” Jin Xian tidak sengaja menginjak sebuah ranting pohon, ketika sedang melangkah mundur dengan perlahan. Dia kemudian menatap ke arah serigala perak yang sedang tertidur, beruntungnya serigala perak tersebut tidak terbangun.

“Au...." Tiba-tiba terdengar suara auman serigala dari belakang Jin Xian. Tanpa aba-aba, dia langsung berlari dengan kecepatan penuh diikuti oleh serigala perak. Jin Xian mengetahui, kalau serigala perak tidak pernah keluar dari kawanannya, mereka selalu bergerombol, jika itu binatang spiritual lain yang tidak bergerombol, Jin Xian masih sangat yakin untuk melawan mereka, tetapi untuk segerombolan serigala perak, hanya ada satu pilihan, yaitu lari!

Dia berlari dengan memegang pedang di tangan kirinya, yang kemudian dia pindahkan pedangnya ke tangan kanannya.

Dia berlari sambil menebas semak-semak yang menghalangi jalannya untuk lari, Jin Xian kemudian berfikir bagaimana cara agar dia bisa melawan serigala perak tingkat satu tersebut. "Aku akan mencoba kekuatanku... Jika aku melawan segerombolan serigala perak tingkat 1 saja tidak bisa. Bagaimana aku bisa berkembang!"

Jin Xian kemudian memiliki pemikiran untuk berinisiatif menyerang serigala perak yang mengejarnya. "Hey, serigala bau sini kejar aku!” teriak Jin Xian. Yang kemudian mengubah arah berlarinya, ke arah sebelah kiri.

Serigala perak itu masih terus mengejar dan melompat untuk mencoba menerkam Jin Xian, tapi Jin Xian masih terus berhasil menghindarinya. Hingga ada sebuah pohon besar yang menghalangi jalannya, Jin Xian hanya bisa melompat untuk mencari tempat yang pas untuk memulai serangan, dia menggunakan pohon besar yang sudah tumbang, untuk melompat dan berbalik menyerang ke arah serigala perak itu. Walaupun Jin Xian tidak memiliki basis kultivasi sama sekali, tetapi dia sangat pandai dalam menggunakan pedang.

Saat pedang milik Jin Xian mengenai bagian atas tubuh serigala perak, bukannya menancap di tubuh serigala perak, pedangnya malah memantul, dan bahkan tidak bisa menggores kulit serigala perak sedikit pun.

Serigala perak biasanya hidup di daerah yang penuh dengan material logam, jika tidak ada inti logam, maka serigala perak tidak akan bisa berkultivasi layaknya binatang spiritual lain. Setelah Jin Xian melihat bahwa pedangnya tidak bisa menggores tubuh serigala perak sedikitpun, dia melompat mundur dan kemudian berlari kembali.

Jin Xian mengingat ajaran ayahnya yang selalu di ajarkan kepadanya, "Ayah selalu bilang, jika melawan binatang spiritual yang tubuhnya kuat seperti baja, kita tidak akan bisa melakukan apapun pada tubuhnya, kecuali ada sebuah tempat yang tidak di lapisi oleh logam."

Jin Xian terus berlari untuk menghindari serangan serigala perak dan sesekali menengok ke arah belakang untuk mencari celah di tubuh serigala perak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!