Jin Xian sudah pergi meninggalkan tempat awalnya saat badak tanduk emas baru saja tumbang. Sekelompok serigala perak yang sudah selesai menyantap daging badak tanduk emas, kemudian mulai mencari Jin Xian kembali, menggunakan hidungnya yang tajam.
Hari ini, anggota keluarga yang biasanya bertugas melindungi Jin Xian, entah pergi kemana! Sedari awal masuk ke dalam hutan Belantara Barat, Jin Xian selalu sendirian tanpa ada orang yang melindunginya.
"Au...!" Salah satu serigala perak kemudian berhasil mencium aroma milik Jin Xian.
Serigala perak itu langsung berlari ke arah Jin Xian lewat aroma yang berhasil di tangkap oleh hidungnya, diikuti oleh serigala perak yang lain.
Walaupun jarak Jin Xian dan para serigala perak berjarak ratusan meter, tetapi tidak dapat menghalangi serigala perak sedikit pun untuk mengejarnya. Serigala perak kali ini berlari dengan cukup cepat tidak seperti saat awal mengejar Jin Xian, kali ini kecepatan para serigala perak meningkat lima kali lipat lebih cepat dari biasanya.
Itu dikarenakan daging milik binatang spiritual tingkat tiga yang baru di santap oleh para serigala perak, merupakan protein yang sangat bagus.
Karena daging badak tanduk emas di santap bersama-sama, khasiatnya tidak bisa menaikan tingkat para serigala dengan signifikan, dan hanya bisa membuat kulit logamnya berevolusi, dari yang tadinya kulit serigala perak hanya perak saja, kali ini di kulit sekelompok serigala perak ada tambahan perunggu. Lainnya merevolusi taring milik para serigala perak yang berubah keemasan.
Beberapa saat kemudian, para serigala perak tiba tepat di belakang Jin Xian. Mereka mulai menyerang Jin Xian dari berbagai arah, di sana tidak terdapat binatang spiritual lain, karena para binatang spiritual lain menghindari sekelompok serigala perak. Bukan hanya binatang spiritual tingkat satu saja yang menghindari lokasi Jin Xian dan para serigala perak, melainkan binatang spiritual tingkat dua dan tingkat tiga pun tidak ada yang berani mendekat ke lokasi pertarungan.
Jin Xian kali ini hanya bisa membunuh tiga serigala perak dan dia sudah mulai kehabisan energi. Dia terus berlari dan berlari tanpa melakukan perlawanan. Jin Xian yang sudah kehabisan energi, tidak bisa berpikir dengan jernih dan sudah kehabisan akal untuk melawan sekumpulan para serigala perak yang tersisa.
Dia melihat sesosok manusia yang menaiki burung yang sangat besar di kejauhan. “A... Apakah itu orang yang di bicarakan Ibu?" gumam Jin Xian bertanya pada dirinya sendiri, berlari menuju sosok manusia itu, "To.... Tolong!" teriak Jin Xian meminta pertolongan kepada sesosok manusia yang masih tidak terlihat wajahnya tersebut, dan hanya kelihatan bayangan tubuhnya saja.
"To... Tolong!" kali ini kesadaran Jin Xian menghilang, dia hanya bisa meminta tolong di benaknya, Jin Xian sudah benar-benar kehabisan energi. Dia akhirnya terjatuh tidak jauh dari sosok manusia tersebut dan tergeletak tidak sadarkan diri.
Namun anehnya, sekelompok serigala perak yang mengejar Jin Xian tidak ada yang berani mendekat ke tempat Jin Xian tergeletak. Sekelompok serigala perak itu meraung ketakutan, mereka secara naluriah menyadari kekuatan sosok manusia yang ada di seberang mereka, tetapi mereka tetap tidak pergi dan mengintai dari kejauhan.
Terlihat energi qi berwarna biru yang muncul samar-samar dari sosok manusia itu. Energi qi itu mengembang dan membuat sebuah kubah perlindungan, Jin Xian dan sosok manusia itu berada di dalam kubah perlindungan, kubah perlindungan itu hampir mirip seperti ruang isolasi ciptaan Paman Pedang.
Seluruh tubuh Jin Xian diselimuti energi qi milik sosok manusia itu. Dia melirik dengan tajam ke arah sekumpulan para serigala perak, energi qi miliknya menyebar keluar dengan dentuman keras, membuat semua serigala perak melarikan diri dari tempatnya masing-masing tanpa arah. Setelah para serigala itu pergi meninggalkan lokasi, sosok itu turun dari burung yang di naikinya, dan berjalan ke arah Jin Xian yang sedang tidak sadarkan diri.
Sosok manusia itu terlihat seperti seorang kakek tua, rambutnya putih, dan wajahnya di penuhi kerutan dan ada beberapa janggut putih tumbuh di sekitar wajahnya. Memakai jubah berwarna putih dengan garis-garis berwarna biru muda di sela-sela pakaian bagian dadanya dan memiliki pupil mata berwarna hitam.
Kakek tua itu tiba di lokasi Jin Xian berada, setelah sepuluh langkah. Dia berjongkok kemudian membangunkan tubuh Jin Xian yang sedang tidak sadarkan diri, lalu dia menggendong Jin Xian dengan lembut menggunakan kedua tangannya, ke atas burung tunggangan miliknya. Di atas burung besar itu, dia menaruh Jin Xian di depannya.
Kakek tua itu mengeluarkan tubuh jiwa nya dan masuk ke dalam lautan kesadaran Jin Xian. Di dalam sana terdapat air yang tak terbatas seperti sebuah lautan yang sangat-sangat luas, air di dalam lautan kesadaran sangat tenang, tidak ada gerakan sekecil apapun.
Kakek tua itu terkejut dengan apa yang di temuinya di dalam lautan kesadaran Jin Xian, sebuah pedang yang sangat besar yang menggantung di atas lautan kesadaran, pedang besar itu mengeluarkan aura yang halus dan suci. "Hahaha..... Akhirnya, setelah sekian lama aku mencari-cari... Akhirnya aku menemui seseorang dengan bakat pedang tak tertandingi di alam Bela Diri ini!” Kakek Tua itu tersenyum dan tertawa secara bersamaan.
Kemudian dia mengambil kembali tubuh jiwa miliknya. Setelah tubuh jiwa miliknya kembali ke tubuh utama, dia dengan cepat memegang pergelangan tangan milik Jin Xian untuk mengecek keadaannya.
"Hais... Sayangnya dia tidak memiliki basis kultivasi kerena titik meridian miliknya tersumbat.” kakek tua sangat menyayangkan keadaan Jin Xian, yang tidak memiliki basis kultivasi. “Tapi tidak apa-apa.... Aku sungguh beruntung telah menemukan seseorang dengan energi pedang yang sangat murni yang bahkan lebih murni daripada energi pedang di alam Pedang sekalipun, sudah begitu... Aku menemukan energi pedang murni ini di seorang anak kecil yang bahkan belum memasuki umur dua puluh tahun.... Genius, sungguh genius... Hahaha," ucap kakek tua itu dengan gembira.
"Aku harus menjadikan anak ini muridku, apa pun konsekuensinya... Aku tetap harus menjadikan anak ini muridku!" gumam kakek tua itu dengan semangat yang membara-bara terlihat di matanya.
"Xiao Bao... Mari kita kembali..." ucap kakek tua itu yang di tunjukan untuk burung besar miliknya itu.
Burung besar itu memiliki nama 'Xiao Bao'.
Xiao Bao yang mendengar ucapan dari kakek tua tersebut, langsung berjalan menuju tebing di sebelah kanannya lalu melompat dan mengepakkan sayapnya setelah terjun bebas di celah antara 2 tebing dan mulai terbang menuju ke tujuannya.
.....
Di sebuah ruangan, terdapat kasur berwarna putih, yang di atasnya terdapat Jin Xian yang masih belum sadarkan diri. Sinar matahari yang sangat cerah masuk ke dalam ruangan tempat Jin Xian tinggal, setelah jendela ruangan tersebut di buka oleh seseorang.
Cahaya matahari yang menyilaukan menyoroti mata Jin Xian. Membuat matanya bergerak-gerak,dan berkedip-kedip. Jin Xian yang menyadari itupun kemudian membuka matanya dengan perlahan, lalu dia dengan cepat bangun dari tidurnya, menengok ke kanan dan ke kiri. "Di mana ini...?," ucap Jin Xian dengan nada yang masih sangat lemas karena baru bangun dari tidak sadarkan diri.
"Ini adalah sekte Kultivasi Dewa, adik junior...," terdengar suara seorang wanita yang berbicara dengannya dari luar ruangan.
"Sekte Kultivasi Dewa? Bukankah itu adalah salah satu dari empat sekte besar di Kekaisaran Awan Surgawi?" Jin Xian berpikir dalam-dalam. “Siapa orang yang membawa aku ke sini?”
Satu menit kemudian, seorang wanita muda dengan pakaian berwarna putih masuk ke ruangan tempat Jin Xian tinggal. Wanita itu memiliki wajah yang sangat cantik, rambut berwarna merah muda yang sangat menawan dan di pakaiannya yang berwarna putih terdapat motif bunga mawar merah di sela-sela bagian pundaknya. Wanita berambut merah muda itu berjalan ke arah Jin Xian dan berhenti di depan ranjangnya.
Jin Xian yang sedang duduk di kasurnya, tiba-tiba mulai menyadari seperti ada yang salah dengan pakaiannya. Pakaian Jin Xian saat meninggalkan kediaman keluarga Jin berwarna hitam, tetapi saat ini dia memakai pakaian berwarna putih dengan garis-garis berwarna biru muda di sela-sela pakaian bagian dadanya.
Wajah Jin Xian tiba-tiba menjadi merah, "Apa... Apa yang kamu lakukan pada tubuhku...? Kenapa pakaianku berubah!” tanya Jin Xian dengan malu sekaligus marah kepada wanita berambut merah muda tersebut.
"Pfft..." wanita berambut merah muda menutup mulutnya menggunakan tangannya untuk menahan tawa, saat melihat wajah juniornya yang memerah dan suaranya yang terdengar malu-malu. “Apa yang aku lakukan? Coba pikirkan... Apa yang akan dilakukan seorang pria dan wanita lajang di ranjang yang sama pada saat malam hari.” wanita itu terus menggoda Jin Xian.
"A... Apa yang kamu tertawakan...?” Jin Xian yang sedang menahan rasa malu menjadi tambah malu. “Kakak senior, aku baru berumur 15 tahun! Apakah pantas melakukan hal seperti itu kepada anak kecil sepertiku!”
"Pfft... Hahaha... Adik junior, aku hanya menggoda mu saja... Guru yang menggantikan pakaian milikmu," ucap wanita itu dengan lembut sambil tertawa tipis.
Jin Xian menyisihkan selimut yang dipakai
nya barusan ke samping. Dia akhirnya keluar dari kurungan selimutnya. “Um, kakak senior, berapa lama aku tidak sadarkan diri?” tanya Jin Xian dengan bingung.
"Hais... Adik junior, kamu sudah tidak sadarkan diri selama lima hari. Guru yang baru saja aku sebutkan adalah seseorang yang menyelamatkan dan membawa kamu ke Sekte Kultivasi Dewa!" ucap wanita itu. Dia sudah mendengar cerita dari gurunya, tentang yang terjadi oleh Jin Xian selama di dalam hutan Belantara.
"Apa! Selama lima hari!" Jin Xian turun dari ranjang, dan berjalan menuju pintu keluar.
Wanita itu menatap ke arah Jin Xian dengan bingung, “Kamu mau kemana?”
“Aku ingin kembali ke rumah, ibu dan ayah akan mengkhawatirkan aku jika tidak pulang selama ini! Aku tidak bisa membuat mereka cemas.” Jin Xian setengah memutar badannya.
"Guru sedang menunggu kamu di suatu tempat, sejak lima hari yang lalu... Cepatlah bersiap dan menghadap ke Guru," ucap wanita itu. Kemudian dia berbalik dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
"Ah.. Ka..." Jin Xian menoleh ke kanan dan ke kiri mencari wanita itu. Dia masih ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya. “Ha... Ternyata dia sudah keluar," ucap Jin Xian berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Jin Xian tidak langsung mengetahui dimana "Kamar mandinya". Dia mengetahuinya setelah menggeledah satu-persatu ruangan yang ada di tempat tinggalnya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments