Bab 2 - Benang Merah Familiar

Setibanya di ruang kerjanya, Lea mendesah pelan sambil melirik ke arah jam tangan di pergelangan. Jarumnya sudah menunjuk pukul tujuh lewat lima belas menit—artinya, ia terlambat sepuluh menit dari janji ‘lima menit’ yang ia bilang tadi saat pamit ke basement.

Ia sempat menghela napas lega dan bergumam, "Fyuh... untung tadi nggak sempat ketemu Kak Yuna."

Baru saja ia duduk, suara Zana langsung menyambut dengan nada menggoda.

"Sepuluh menit ya, bukan lima. Waktu lo kayaknya pake zona waktu Tokyo deh."

Lea melirik sinis tapi tak bisa menahan tawa kecil. "Maaf Bu Timer, tadi ada insiden kecil."

Zana menaikkan alis. "Insiden? Jangan bilang ban mobil bocor... atau Lo kejebak lift lagi?"

Lea menggeleng cepat, lalu mendekat sedikit sambil berbisik, "Enggak. Tapi... tadi gue nabrak orang."

Zana membulatkan mata. "Nabrak?! Serius? Siapa? Satpam? OB?"

Lea menggigit bibir bawahnya sebentar, lalu berkata pelan, "Kayak bule tapi rambutnya item, cuma matanya aja yang biru lautnya mencolok kayak bukan dari softlens."

Zana langsung duduk tegak. "BULE?! Tunggu. Maksud lo, kayak... bule asli? Tinggi, ganteng, beraroma cappuccino mahal?"

Lea terkekeh. "Kurang lebih. Dia pakai kemeja biru dongker, lengan digulung, dan... yeah, literally smells expensive gitu."

Zana berbisik penuh antusias, "Lo ambil nomor kontaknya gak?!"

Seketika Lea menjitak kepala Zana. "Mimpi apa sih Lo? Ya, enggak dong! Gue kan tadi terburu-buru,” ucap Lea datar.

Zana menatapnya dramatis sambil mengusap kepala. "Lea sayang... itu bukan insiden. Itu takdir!"

Lea menambahi dengan tawa renyah, "Takdir? Udah ngopi belum? Mana takdir begituan, konyol banget hahahaha!"

"Ish, Lo nggak tau cerita WP, Drakor, Dracin, Anime?"

"Kagak."

"Dih. Dasar kudet!"

"Bodo amat."

Beberapa saat kemudian, Lea masih sibuk menatap layar ponselnya. Sesekali senyumnya merekah ketika membaca sebuah pesan masuk—dari Adrian.

Ting!

"Gue bakal balik ke Indonesia minggu depan. Kenapa?"

Mata Lea langsung berbinar, dan tanpa sadar bibirnya membentuk senyum semringah. Dengan semangat, ia segera membalas pesan itu, jemarinya bergerak cepat di atas layar.

“Serius? Lo punya waktu hari ini nggak? Gue pengen banget ketemu. Udah lama banget, lho, kita nggak ngobrol langsung.”

Pesan itu terkirim. Detik berikutnya, centang dua langsung berubah biru—terbaca. Wajah Lea memanas disaat yang bersamaan.

Pesan masuk: "Tentu saja! Gue akan pulang besok pagi. Tunggu gue di bandara, ya. Kita akan rayakan pertemuan ini di villa. Hari ini, perusahaan gue sedang merayakan Anniversary yang ke-100."

Deg. Deg. Deg.

Jantung Lea berdegup tak karuan. Perasaan yang selama ini ia simpan diam-diam untuk Adrian kembali muncul ke permukaan. Ia memang belum siap untuk mengungkapkan semuanya… belum saatnya.

"Oke, gue akan nunggu. Lo harus janji ya?" tulisnya, lalu menekan tombol kirim.

Tak butuh waktu lama, balasan cepat masuk:"Iya, gue janji."

Lea mematikan ponsel perlahan, lalu bersandar sambil menutup wajah dengan satu tangan—pipinya sudah memerah.

Ada secercah harapan yang menyelinap ke dalam hatinya… tapi juga keraguan yang samar. "Apa lo bener-bener bakal nepatin janji kali ini, Adrian?" batinnya lirih.

...----------------...

Setelah sibuk mengetik tanpa henti, jemarinya menari lincah di atas keyboard, beberapa menit kemudian Zana muncul di depan meja kerjanya.

"Lea, buruan. Meeting-nya mulai sebentar lagi."

Lea langsung sigap. Ia sudah menyiapkan semuanya dari tadi—laptop, catatan, bahkan slide presentasi. Tapi ada satu hal yang tak ia sadari... Kartu nama miliknya telah hilang.

"Adrian… tunggu aku di bandara. Jangan kecewakan aku lagi untuk janji yang kali ini," batin Lea, matanya masih terpaku pada layar ponselnya yang kini sudah gelap. Pikirannya melayang, tenggelam dalam harapan yang pelan-pelan tumbuh.

Namun dari jarak dekat, Zana memperhatikannya dengan dahi berkerut. Tatapan Lea yang tiba-tiba sendu namun berbinar itu membuat Zana penasaran.

"Lea, lo kenapa? Senyum-senyum sendiri dari tadi. Jangan bilang… lo lagi jatuh cinta?" godanya, separuh serius.

"Eh, enggak lah!" sela Lea cepat, sedikit gugup.

"Udah, yuk. Nanti rapatnya keburu mulai," tambahnya buru-buru, langsung melangkah mendahului Zana.

Zana yang berjalan di belakangnya sempat memperhatikan pipi Lea yang merona halus. Senyum menggoda pun muncul di wajahnya.

"Oooh... jangan bilang itu dari Adrian, ya?" godanya sambil tertawa pelan. "Lo tuh gampang banget ditebak, sumpah!"

"Ih, apaan sih! Nggak lah!" sanggah Lea cepat, berusaha tetap tenang.

"Tuh kan, buktinya wajah lo memerah," cibir Zana sambil menunjuk pipi Lea dengan telunjuknya.

Lea langsung menepis tangan sahabatnya itu sambil memalingkan wajah. "Udah ah, diam!"

Zana hanya tertawa puas, merasa menang. "Hmm… Lea lagi berbunga-bunga, nih~"

"Zana!!"

"Iya, iya, gue diam. Gue cuman bercanda kok..." ujar Zana dengan santainya.

Saat Lea dan Zana tiba di depan pintu ruang meeting, langkah Lea sempat melambat. Ada rasa gugup yang perlahan menyelinap ke dadanya.

Ini adalah kali pertama baginya mengikuti rapat bersama jajaran penting—orang-orang berpengaruh yang dikenal dengan kepiawaiannya dalam dunia teknologi. Dan yang membuatnya semakin tegang, salah satunya berasal dari perusahaan ternama yang reputasinya mendunia, N.E International Corp.

Lea menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Gue bisa. Santai. Profesional. batinnya menyemangati diri sendiri

Sebelum Lea sempat membuka pintu ruang meeting, Zana tiba-tiba mendekat dan berbisik pelan di samping telinganya.

"Napak tilas terakhir sebelum masuk dunia korporat elite, siap nggak lo?"

Lea melirik sekilas, berusaha menahan tawa gugup. "Napas gue aja nyangkut, tapi ya... gas."

Zana tersenyum, menepuk pelan punggung sahabatnya. "Tenang, kalau lo jatuh, gue yang ketawain pertama."

Mereka pun saling bertukar pandang sejenak sebelum akhirnya Lea membuka pintu perlahan. Sinar putih dari dalam ruangan langsung menyambut wajah-wajah serius yang sudah menunggu.

Dari sekian banyak orang penting yang hadir dalam ruang meeting itu, pandangan Lea akhirnya berhenti pada satu sosok—seorang pria berkemeja biru dongker yang duduk di bangku tengah. Wajahnya tampan, berkarisma, dan tampak begitu tenang meski dikelilingi aura serius.

Saat insiden di basement tadi, Lea hanya sempat melihat kemejanya sekilas. Tapi kini, untuk pertama kalinya, ia benar-benar melihat wajah pria itu. Dan tanpa sadar, langkahnya sempat terhenti.

Ia sedikit tertegun, begitu pula pria itu—yang saat itu tengah memeriksa lembaran map di tangannya. Namun saat menyadari kehadiran Lea, pria tersebut mengangkat wajahnya perlahan, menatap balik dengan tatapan dingin namun diiringi senyum tipis yang sulit diartikan. Senyum yang tidak sepenuhnya ramah… tapi cukup untuk membuat Lea terbujur kaku.

“Hai... kita bertemu lagi, ya?” sapa pria itu dengan senyum tipis, seolah ingin memastikan sesuatu.

Lea mengerutkan kening, sedikit bingung. Tapi dalam hatinya, ada sesuatu yang terasa janggal. Wajah pria di depannya itu memang asing... namun entah mengapa, menyisakan rasa yang sulit dijelaskan. Seolah ada bagian dari dirinya yang pernah mengenal pria itu—tanpa ia sadari kapan dan di mana.

"Maaf, Tuan. Sepertinya Anda salah mengenali orang," sahut Lea dengan nada sopan namun tegas. "Perkenalkan, nama saya Lea Aurelia Fujisawa. Saya Account Manager dari Tuan Rangga."

Saat ia memperkenalkan diri, beberapa bisik-bisik kecil terdengar dari sudut ruangan. Beberapa peserta rapat tampak saling berbisik, menyebut namanya disertai pujian lirih—entah karena reputasinya, atau mungkin karena penampilannya yang profesional dan tenang di tengah situasi yang cukup tegang.

"Cantik juga wanita itu... ternyata benar apa yang kau katakan," bisik seorang pria kepada rekannya di sebelah.

"Kan sudah kubilang," sahut pria paruh baya bertubuh tambun yang mengenakan jas hitam mewah. Ia menyunggingkan senyum miring penuh maksud. "Perusahaan ini memang tahu cara memilih. Tak hanya kinerjanya bagus, tapi juga... penampilan yang memikat."

Itu adalah Presiden Direktur Zhou, salah satu perwakilan dari perusahaan teknologi besar asal Tiongkok—dikenal bukan hanya karena kekuatan bisnisnya, tapi juga komentarnya yang kerap menyebalkan.

Mendengar ucapan simpang siur, Lea hanya tersenyum tipis—datar dan tanpa makna. Ia segera mengambil inisiatif untuk kembali ke jalur formal, tak ingin memberi ruang pada komentar bermata keranjang seperti itu.

Ia berdiri di depan meja rapat, suaranya tenang namun penuh wibawa.

"Mohon maaf, jika diperkenankan, apakah rapat kali ini bisa segera dimulai?" ucapnya sambil menatap sekeliling dengan percaya diri.

Ruangan seketika menjadi lebih tenang. Bisik-bisik dan senyum menggoda yang sempat beredar di sudut meja pun langsung sirna, tergantikan oleh tatapan serius para peserta rapat.

Beberapa peserta langsung membetulkan posisi duduk. Sementara itu, pria bule berkemeja dongker tadi—yang duduk di sisi tengah ruangan—masih menatap Lea dengan pandangan yang sulit ditebak. Kali ini tak ada senyum tipis, hanya sorot mata yang tajam… seolah sedang mengamati sesuatu yang lebih dalam dari sekadar presentasi rapat.

Presdir Zhou hanya berdeham kecil, lalu menunduk ke dokumen di depannya tanpa berkata apa-apa lagi.

Lea mengangguk singkat, lalu mulai membuka slide presentasi di layar utama.

"Baik, terima kasih atas waktunya. Hari ini kita akan membahas rancangan proyek kolaborasi digital lintas regional antara perusahaan kita dan N.E International, termasuk strategi integrasi sistem terbaru yang akan digunakan," ucapnya dengan nada mantap.

Zana yang duduk di sisi lain ruangan mencuri pandang ke arah Lea dan tersenyum bangga dalam diam.

Dan di tengah keseriusan rapat yang mulai bergulir, sorot mata pria asing itu… tak berpaling sedikit pun dari sosok wanita yang kini berdiri percaya diri di hadapan mereka semua.

Terpopuler

Comments

YouTube: hofi_03

YouTube: hofi_03

wah ceritanya bagus 😍 baru pertama baca dah jatuh cinta 😍 buat kalian yang suka cerita remaja yuk baca novel baruku juga judulnya.. sahabatku Berkhianat

2023-09-18

2

◌⑅⃝𖤐𝑘𝑎𝑧𝑢𝑚𝑖 [𝓗𝓲𝓪𝓽]𒈔

◌⑅⃝𖤐𝑘𝑎𝑧𝑢𝑚𝑖 [𝓗𝓲𝓪𝓽]𒈔

aahh, ganteng & cantik semua kk 🤩

2023-05-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!