Kak, ini.
*Raka menyerahkan sebuah amplop kecil pada Erina.
Erina yang tiba-tiba diberikan sebuah amplop dari sang adik, ia menjadi bingung. Menatap dengan tatapan yang dalam, Erina hanya menghembuskan nafasnya.
Erina
Apa ini, Raka?
Raka
Kakak simpan saja, siapa tahu nanti akan berguna. Aku berangkat kak, jangan lupa gunakan jika diperlukan.
Setelah mengatakan hal tersebut, Raka pergi dengan menggunakan sepeda andalannya.
Menatap bayangan sang adik yang perlahan menghilang dari pandangannya, Erina tidak tahu harus bagaimana untuk menyelesaikan masalah hutang yang ditinggalkan oleh Ayahnya.
Bunda
Jangan melamun nak, tidak baik. Raka sudah berangkat?
Erina
Iya Bunda, baru saja. Bun, ini dari Raka. Biar Bunda saja yang menyimpannya, jika memang diperlukan bisa Bunda gunakan. Itu pesan dari Rakanya.
*Erina menyerahkan amplop yang ia terima dari Raka.
Bunda
*Menatap amplop tersebut, membuat kedua matanya berkaca-kaca.
Erina
Jangan difikirkan Bun, kita akan menjalaninya bersama. Erina berangkat ya, Bunda baik-baik dirumahnya.
*Erina mencium punggung tangan sang Bunda dan beranjak pergi bekerja.
Bunda
* Menghapus air yang lolos dari matanya, menatap anak-anaknya yang sangat berjuang untuk hidup mereka.
Bunda
Semoga kebaikan ini akan kembali lagi pada kalian berdua nak, Bunda begitu beruntung memiliki anak seperti kalian berdua. Seandainya Ayah masih ada, kalian tidak akan seperti ini. Maaf Bunda.
Seperti biasanya, Erina kini telah tiba ditempat ia bekerja. Semua karyawaan bersiap memulai kegiatan mereka dengan berdoa bersama dan sedikit pengarahan dari sang manager.
Hari ini, tempat dimana Erina bekerja sedang mendapatkan pesanan untuk sebuah acara dari perusahaan besar di negaranya. Semua karyawan tampak sibuk menyiapkan semuanya, bahkan untuk sekedar menyapa diantara sesama karyawan pun tidak bisa. Nayya pun hanya bisa menyapa Erina dengan senyumannya.
Comments