SADNESS
Cerita ini sudah lama sekali terjadi, kisah dimana hanya ada keegoisan dan rasa cinta tanpa dasar. Dari dia yang begitu mencintaiku, dan dengan bodohnya aku menolak perasaannya hingga rasa penyesalan timbul di akhir hidupnya.
^^^Ryouichi, 24 th^^^
.
.
.
Buku lusuh itu kembali ku buka.
Sebuah buku tua peninggalan seorang wanita kuat.
Wanita yang penuh cobaan kehidupan, penuh penghinaan dari lahir hingga akhir hayatnya.....
Seorang wanita yang kucintai hingga kini........
.......
.......
.......
Namaku William Birtrainy, tahun ini aku berusia 24 Tahun. Tidak buruk mengatakan jika aku tidak menyukai hiruk pikuk dunia yang penuh gelimang gadis cantik maupun wanita penggoda.
Aku William, seorang pengusaha muda tanpa rasa cinta.
.
.
.
Nama wanita, atau ku sebut saja gadis.
Seren, hanya itu. 18 th.
Harus hidup diantara mereka yang bekerja di saat semua orang tertidur lelap....
.......
.......
.......
...SADNESS...
...Kedatangan...
.......
.......
.......
Ting
Tong
[Notified Mr. William Birtrainy to board the plane immediately, because the plane will take off soon..]
(Diberitahukan kepada bapak William Birtrainy untuk segera menaiki pesawat, karna sebentar lagi pesawat akan lepas landas.)
Ucap seorang pramugari dari tempatnya.
Sementara itu, seorang pemuda jerman masih santai melakukan hal tak pantas di toilet bandara, ia tidak menghiraukan himbauan dari sang pramugari.
"Du bist auch ziemlich gut im Unterhaltungsdienst."
(Kau cukup lihai juga untuk fun service,)
Pemuda itu berbicara pelan dan dalam. Ia masih memberikan cumbuan basah di sekitar leher sang pramugari.
Dengan sedikit lenguhan, pramugari itu malah semakin memberikan akses bagi pemuda itu. Ia membuka mata, memandang langit-langit toilet dengan mata sayu.
"Ahhhh.... yes.... ahhh... more...." Desah wanita itu merasa nikmat.
"Lassen Sie es mich schnell beenden."
(Biarkan aku menyelesaikannya dengan cepat.)
Bisik pemuda itu semakin mempercepat tempo gerakan hingga akhirnya benih-benih itu berhasil terlepas dengan bebas.
"Aaahh.... Gute Arbeit, du bist eine tolle Flugbegleiterin."
(Ahhh.... Kerja bagus, kau memang pramugari yang hebat.)
Ucap Pemuda itu melepas kejantanannya yang masih tertutupi condom dan berjalan ke arah wastafel untuk membersihkan diri dan memperbaiki penampilan.
Sementara sang pramugari masih mencoba mengambil nafas seraya tersenyum. Setelah merasa baik, sang pramugari ikut memperbaiki penampilannya dan berjalan ke arah pemuda itu untuk sekedar memeluknya dari belakang.
"Ich freue mich auf die nächste Gelegenheit, meine Liebe."
(Aku menantikan kesempatan berikutnya sayang.)
Lirih wanita itu mengarahkan wajah pemuda ke arahnya, mereka saling menatap sejenak, dua mata berbeda warna. Semakin dalam hingga mereka saling mengecup, mencium, saling berperang lidah hingga menciptakan kecipak basah yang kental.
[We again appeal to Mr. William Birtrainy to board flight number xxxx immediately as the plane is about to take off.]
(Kami kembali menghimbau Bapak William Birtrainy untuk segera naik ke pesawat dengan nomor penerbangan xxxx karena pesawat akan segera lepas landas.)
Suara pemberitahuan kembali menggema mengintrupsi kegiatan dua manusia berbeda gender yang masih dalam suasana panas.
"Ihr habt den Ruf gehört, wir müssen uns beeilen."
[Kamu dengar panggilannya, kita harus cepat..]
Tukas sang pemuda melepaskan diri dari pramugari dan langsung meninggalkannya tanpa memberi kepastianyang jelas pada wanita itu.
.
.
.
"William Birtrainy?" Tanya pramugari yang sudah menunggu di garbarata.
"Yes, it's me." Balas pemuda itu, William menyerahkan tiketnya.
"Well, please follow me to your seat, Mr. William."
Kata pramugari memandu William.
Drrrtt...
Drrt...
Suara itu berasal dari saku jas William, namun ia tak kunjung mengangkatnya dan membiarkan suara itu terus berbunyi hingga ia mencapai kursinya.
Ia memilih duduk dengan nyaman, namun seketika sebuah laptop merk terkenal langsung diletakkan di atas meja tepat didepan William.
William melirik ke samping, seorang pria dengan senyuman bisnis memberikan gekstur pada William untuk menjawab panggilan.
Dengan muka kesal William kembali menatap ke arah layar laptop.Dari layar dapat terlihat jelas panggilan video bersama rekan bisnis pribumi. Pria yang duduk disamping William mendekat, ia berbisik.
"Ein kurzes Geschäft mit Unternehmen A über Diamanten, wir sprachen eine Weile miteinander und Herr Gundur war fest davon überzeugt, dass es Diamanten gab."
(Bisnis singkat bersama perusahaan A mengenai berlian, kami sudah berbicara sebentar dan tuan Gundur bersikukuh bahwa disana memang ada berlian.)
William langsung mengertukan kening, ada lagi satu rekan bisnis ajaib.
"Baiklah tuan Gundur, langsung saja. Dimana lokasinya?"
"Berada di puncak tertinggi kota pak." Balas Gundur dari sebrang sana.
"Oh, benarkah? Tanah ini berada di puncak? Apa anda yakin disana memiliki sumber berlian?" Tanya William menyelidik.
"Tentu saja tuan Will, ini salah satu bukti yang saya temukan di lokasi." Balas seorang pria diseberang sana, ia berjalan dan menunjukkan lokasi tempat ia menemukan sebongkah berlian indah itu.
"School!? Are you crazy?! It's not fanny you know dude! Jika kau ingin membual sebaiknya kau cari orang yang idiot, kau membuang waktuku." Sarkas William hampir menutup layar laptopnya kalau saja tidak mendengar sebuah ucapan yang paling meyakinkan.
"Wait!!! Mr. William, please give me some time to explain the advantages to you."
Seorang pria lainnya bersuara, membuat William langsung urung untuk mematikan laptop.
"Ya, apa yang bisa kau jelaskan?!" Tuntut William mulai jengah dengan pembahasan yang semakin tidak menguntungkan ini.
"Sesuai janji saya kepada anda Sir, saya telah menginfestigasi seluruh Riau untuk mendapatkan tanah yang bapak inginkan, dan disinilah tempatnya saya menemukan benda berkilauan ini Sir. Mungkin memang cukup jauh aksesnya, tapi saya yakin tanah ini merupakan penghasil emas dan berlian murni. Sir tidak akan kecewa."
"Hmmm~" William mulai tertarik dengan topik ini, matanya senantiasa memandang kearah dua bongkahan berkilau yang digenggam oleh pria seberang sana.
"Kal-"
Tuk
Tuk!
Ucapan William terinterupsi oleh sebuah tangan yang menepuk bahunya.
"Huh?" William memalingkan pandangannya kearah samping, dapat ia lihat seorang pramugari kini tersenyum canggung kearahnya dengan kedua tangan yang menyatu.
"Aaaaa... Maaf menggagu waktunya sebentar tuan, tapi bisakah anda melakukan panggilan di jam lainnya karna pesawat akan segera lepas landas?"
Ryou hanya memperhatikan, tidak ada rasa ingin membantah ataupun menjawab. Ia malah memilih berekspresi ceria dengan senyum tipis penuh rahasia.
"Jadi tuaa-"
Panggilan terputus, William langsung menutup layar laptopnya dan membuang muka dari sang pramugari yang langsung tegang di tempat.
William memangku wajahnya dengan sebelah tangan seraya menyilangkan kedua kakinya angkuh.
"Siapa~ namamu?~" Tanya William sing a song.
Pramugari itu langsung bergetar, namun ia mencoba untuk tetap tenang dan menjawab dengan mantap.
"Dina Ratusadewi Sir."
Cklek
"Bagaimana Din?" Tanya teman Dina yang sudah menunggu kabar bahagia dari temannya itu.
Namun Dina malah menampilkan wajah frustasi tidak menghiraukan pertanyaan dari teman sesama pramugarinya.
"Din?" Ucap teman pramugari lainnya.
"Kamu kenapa?"
Dina langsung membalikkan badan menghadap kearah semua temannya yang sudah berkumpul siap mendengarkan.
"AKU DITAMPAR!!!HWAAHAAAAAA..."
Teriak Dina sampai ke kursi William yang tengah meminum vodca dengan santai.
"Robert, aku mau wanita itu ditendang dari pesawat ini." Titah William meletakkan gelas vodcanya ketempat yang sudah disediakan.
Pria yang duduk di samping William langsung menunduk.
"Baik tuan." Balas pria itu, Robert. Dengan patuh ingin berlalu pergi namun langsung diurungkannya karna Willliam yang kembali bersuara.
"Oh ya, dan satu hal lagi. Beri peringatan keras kepada para pramugari kelas rendah itu untuk tidak menggangguku disaat aku bekerja, aku sangat benci di ganggu apalagi di interupsi." Lanjut William menatap tajam Robert.
"A-"
"Dan kau tau Robert, pesawat ini sungguh jelek. Lain kali jika kau memilih pesawat seperti ini lagi, aku yang akan menerbangkanmu sampai keliang lahat. Oh ya, dan satu hal lagi"
Robert yang malang, berkat refleknya yang begitu lambat akhirnya berakibat pada rambutnya yang harus ditarik kencang oleh sang atasan yang langsung memukulkan kepala Robert pada layar monitor didepan mereka, sementara penumpang yang duduk di depan mereka hanya dapat berdo'a semoga penerbangan dapat berjalan lancar tanpa hambatan oleh kedua makhluk yang duduk dibelakangnya.
"Apa-apaan ini semua, aku ditempatkan dalam satu pesawat bersama rakyat jelata kelas ekonomi! Dimana rasa malumu pada atasan Robert!? Kenapa kau tempatkan aku dikelas ekonomi dengan kau yang duduk disebelah ku ha!? Aku tidak mau tau, dipenerbangan berikutnya sewa saja jet sekalian!"
Tambah William menatap tangan Robert yang sempat bergetar namun ditahan Robert dengan tangan satunya.
"B-baik tuan, akan saya ingat kata-kata anda."
"Ok, sekarang mari kita ke Riau." Suara William dingin tidak memperdulikan kepala Robert yang sudah mengalirkan banyak darah.
***
"Ada apa dengan panggilannya pak?" Tanya Jeno ikut memperhatikan layar laptop yang tidak lagi menampilkan wajah seorang pria Jerman.
"Aku juga tidak tau, tapi yang jelas Jeno. Tanah ini harus jatuh ketangan kita secepat mungkin, kalau tidak kita akan tamat olehnya." Ucap Gundur berbalik menatap SMK 1 yang sudah tutup.
.......
.......
.......
.......
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Miu Nih.
mampir kak 🤗 ,, bab novelnya isinya kok dikit? aku baca cepat boleh yaaa...
feedback ke 'ellisa mentari salsabila' ya
semoga bisa kasih ulasan 🤗
2025-04-18
1
🍁𝐘𝐖❣️💋🄼🄸🄼🄸👻ᴸᴷ
Penyesalan ada spy bisa memperbaiki diri
2025-05-01
1
🍁𝐘𝐖❣️💋🄼🄸🄼🄸👻ᴸᴷ
Ijin, ksini juga, De 🤭
2025-05-01
1