"Piring kotornya banyak sekali." Gerutu Ririn.
Sudah 1 jam Ririn tidak berhenti menggosok piring kotor. Dari beberapa menit yang lalu piring kotor bukannya makin berkurang malah semakin bertambah hingga membuat Ririn kewalahan.
Ririn melirik kesamping, tepatnya ke arah sang putri yang kini harus ekstra gesit membilas dan mengelap piring-piring.
Ririn menghela nafas, ia tanpa sadar menatap ke belakang tepatnya ke arah pegawai yang membawa setumpuk piring kotor lainnya. Seketika Ririn lesu, ia selalu menggumamkan kata 'Ini akan selesai.' berulang kali.
"Satu orang tolong jadi Waiter." Tiba-tiba seorang karyawan lainnya datang dengan tergesa, membuat semua orang didapur memandang ke arahnya.
"Ini permintaan langsung dari tuan Golern, kita mengalami peningkatan tamu. Tuan Golern bilang akan ada tips tambahan." Lanjut karyawan.
Semua orang saling menatap, bukan karna mereka tidak mau mengambil pekerjaan dadakan ini, namun mereka tau kualisifikasinya tidaklah semudah saat berita itu datang.
Kembali pada Ririn dan Seren, mereka berdua juga saling menatap sampai Ririn teringat akan perkataan mami dan ia langsung tersenyum.
"Ambillah pekerjaan itu, bermumpung mereka tidak memberikan syarat yang aneh, tips yang diberikan tuan Golern nantinya bisa kau pergunakan untuk membayar SPP dan uang praktekmu."
"Apa tidak apa-apa? Aku khawatir bu." Seren seketika bersikap takut.
"Tidak apa-apa, yakin pada ibumu ini (menarik dan mendorong punggung sang anak untuk segera berjalan ke arah karyawan yang bertanya.) Ini, putriku dia saja yang menjadi Waiter tambahannya." Ririn berucap dengan lantang, sementara Seren sudah khawatir dan takut ditempat.
"Baiklah, ayo ikut bersamaku." Ajak sang karyawan pada Seren tanpa basa basi.
Seren dibelakang mengikuti dengan takut, ia sedikit melirik ke belakang tepatnya ke arah sang ibu yang memberikan gekstur santai dan berbalik kembali bekerja.
"Baiklah, sekarang tukar pakaianmu dan nanti langsung ambil baki-baki yang di sana ke pengunjung, kau mengerti?"
"Y-ya, saya mengerti tuan."
Setelah mendengar jawaban Seren, karyawan itu langsung pergi untuk memberikan ruang bagi Seren untuk berganti pakaian.
"Baiklah, ayo Seren. Semangat." Gumam Seren menyemangati dirinya.
Beberapa menit telah berlalu, kini Seren sudah memakai seragam seperti karyawan lainnya. Dengan langkah sedikit canggung Seren mulai berjalan untuk mengambil baki berisi minuman keras dan beberapa makanan.
"Antarkan ini ke table 8."Ujar bartender pada Seren yang mengangguk patuh.
Seren berjalan dengan hati-hati, ia takut menjatuhkan makanan dan minuman ini.
"Table 8, silahkan tuan-tuan."
Seren tidak berani melirik, ia takut. Meski di Table itu sudah diisi oleh Lc namun Seren masihlah merasa khawatir. Mereka melirik namun masih banyak yang acuh dan sibuk dengan urusannya masing-masing.
'Ok, satu siap. Sepertinya pekerjaan ini tidak buruk.'
Inner Seren mulai nyaman dengan pekerjaannya. Walau banyak dari para customer yang menggoda, namun sebisa Seren akan menolak dengan sopan.
"Hei kau, kemarilah. Bergabunglah dengan kami." Ucap seseorang dari Table 5.
Penampilannya rapi dengan style mahal menghiasi tubuh. Meski ia memanggil Seren untuk bergabung namun gerakan tubuh Seren menolak.Ia hanya diam ditempat seraya memperhatikan pria berumur itu menepuk salah satu pahanya.
LC dan Ani-ani semakin memepetkan tubuh ke arah pria itu. Dapat Seren lihat dengan jelas di sekujur area tubuh para wanita diletakkan lembaran uang seratus ribu.
Sekali lagi pria itu memanggil, namun dengan cepat Seren menolak dan berbalik hendak melanjutkan pekerjaannya. Tapi langkahnya seketika liar saat ia tanpa sengaja menabrak seseorang hingga semua minuman diatas baki terjatuh ke lantai.
Seren seketika berjongkok untuk memungut beling-beling yang berserakan, tak lupa ia selalu mengucap kata maaf.
"Oh je, meine Kleider sind nass und meine Finger klebrig."
( Astaga, pakaianku jadi basah dan lengket.)
Ucap pria itu dengan nada kesal.
"A-aku m-minta maaf tuan." Seren seketika bersujud di kaki pria itu, namun dengan cepat pria itu menjauh.
"BITCH!!!"
Suasana langsung hening, musik terjeda, aktifitas terhenti. Semua pasang mata menatap pada Seren dan pria yang baru saja berteriak kasar.
"Weißt du nicht, wie teuer mein Anzug ist? Nicht einmal ein Jahresgehalt reicht aus, um ihn zu bezahlen!"
(Apa kau tidak tau begitu mahalnya jas yang kupakai? Bahkan gajimu 1 tahun pun tak dapat menggantinya!)
Keadaan seketika berubah mencekam, Seren semakin gemetar dan ketakutan. Apalagi ia tidak mengetahui apa yang dikatakan oleh pria yang saat ini sedang mengatai dirinya.
"Oh Frau, du machst meine Laune noch schlechter. Geh mir aus dem Weg!"
(Oh woman, Kau membuat mood ku semakin kacau saja. Menyingkir!)
Seren tidak bergeming, ia tidak mengerti.
"Seufz... Dieser idiotische Blödsinn. Du, verbanne ihn aus meiner Gegenwart."
(Sigh... Sampah idiot ini. Kau, usir dia dari hadapanku.)
Titah pria itu memanggil pria di table 5, pria yang semula menggoda Seren.
Dengan wajah tegang pria table 5 menarik Seren menjauh. Seren tak mengerti, namun ia melemah saat tubuhnya diseret menjauh.
"Kau, salah orang nona." Bisik Pria table 5 tegang kemudian kembali ke tempat duduknya.
Semua menatap Seren, Namun di menit berikutnya mereka kembali pada aktivitasnya. Sementara Seren masih diposisinya, ia hanya dapat menunduk malu. Sampai sebuah kaki menyadarkannya kembali.
"Kau berdirilah, kita tidak punya banyak waktu, rapihkan dirimu dan berhati-hatilah dengan baki tuan Golern ini. Sekarang pergi antarkan sebelum banyak masalah yang timbul." Ucap salah satu waiters memberi baki pada Seren mendongak memperhatikan.
"D-dimana tempatnya?" Tanya Seren.
"Lantai dua, pintu ber-cat coklat paling sudut sebelah kiri."
"B-baiklah."
.
.
.
"Ck! Barang-barangmu menyedihkan semuanya! Bahkan mataku sampai sakit Dita! Apakah otak udangmu tidak bisa mencari gadis-gadis muda, Ha!? (Berteriak) Kau mau menjual wanita-wanita layu pada pelanggankuuuu!" Geram Golern menatap nyalang Dita yang sudah terbujur menyedihkan bersimbah darah di lantai.
Semua wanita yang berbaris seketika menunduk saat pemilik Clubing murka. Sementara Dita hanya bisa diam, ia hanya menunduk menatap pria itu yang masih emosi padanya. Pecahan dari botol minuman keras tak lepas di arahkan Golern pada Dita yang hanya terisak penuh kesedihan.
"M-maafkan saya T-tuan Golern.. Say-! "
"Tidak usah, aku tau kau akan meminta waktu tambahan tapi sudah sebulan berlalu semenjak aku memberimu waktu, namun apa yang ku dapat!? Aku hanya mendapatkan barang layu, sementara 'Dia sudah disini! Kau tau Dita! Dia adalah Customer berpengaruh (Geram). Jika dia setuju bekerja sama dengan kita, kita dapat memanfaatkan uangnya untuk mencari pelacur dan memperbesar Clubing ini. Namun jika begini keadaannya, tempat ini sebaiknya gulung tikar saja. Sudahlah bau, tidak terawat, bahkan pelacurnya juga sudah basi! AAAAA SIAL! Anggap kontrak kita selesai sa-! "
Tok!!!! Tok!!!! Tok!!!!!
"Siapa lagi itu! COME IN! " Bentak Golern langsung membuang puntung rokoknya ke kepala Dita yang refleks melindungi kepala dengan kedua tangan penuh bercak darah.
Cklek!
"Permisi" Cicit Seren membuka pintu bercat coklat, tak luput kini ia juga menunduk dalam seraya membawa baki.
"K-kamu." Gumam Dita.
"Hmmm?" Golern langsung menatap sinis ke ambang pintu, dimana Seren kini masuk dengan tersenyum manis.
"Hmph!" Golern tertarik. "Masuklah nak." Ucap Golern langsung ternyum misterius.
"Terima kasih tuan." Melirik kiri kanan.
"Permisi." Cicit Seren berjalan masuk dan langsung berjalan ke arah Golern yang memberikan ruang bagi Seren untuk meletakkan baki.
"S-Seren?" Gumam Dita tak percaya menatap gadis itu yang malah tersenyum manis meletakkan minuman Golern ke meja.
Dita tau, gadis ini bernama Seren anak Ririn. Sedikit penjelasan peraturan, bahwa semua hal dan apapun tanpa terkecuali harus diketahui oleh mami, termasuk anak dari 'anak didik' yang di asuh.
"DITA!!!" Panggil Golern masih memfokuskan matanya menatap Seren semakin dekat.
"I-iya tuan Golern?" Ucap Dita terbata. Ia langsung berdiri dari rasa sakitnya, tak memperdulikan jika serpihan beling akan menusuk kulit-kulit berlumuran darah.
Golern berjalan ke arah Dita dan mengajaknya untuk berunding, menjauhi para Wanita penghibur dan Seren yang tidak terlalu perduli.
"Siapa gadis itu?" Bisik Golern tertarik.
"D-diaaaa..." Ucap Dita menegang.
Tiba-tiba ia teringat akan Ririn dan kesepakatan mereka.
'Apa dia menjual anaknya sebagai pengganti dirinya?'
Inner Dita berpikir.
"DITA!" bentak Golern memukul punggung Dita kasar.
"Ah! I-iya tuan Golern."
"Aku ingin gadis itu besok pukul 23.00 WIB di Perverted wings. Apa bakatnya?" Tanya Golern menuntut.
"D-Dia pu-"
"Kau tidaklah gagap Dita, berbicaralah dengan jelas. Kau pikir aku psikiater orang dunguu!" Bentak Golern marah.
"Dia..... (melirik Seren yang menatapnya) SEREN KEMARI!" Perintah Dita membentak Seren yang langsung gemetaran.
"I-iya mami?" Jawab Seren bergetar, ia mencoba mengingat panggilan untuk wanita itu.
Seren berjalan perlahan, sedikit menunduk malu.
"Besok kau harus ikut mami!" Hardik Dita memandang Seren yang semakin menunduk dalam.
Seren terkejut, ia tak mampu mengeluarkan kata atau sekedar ekspresi tambahan di wajahnya yang sudah menegang takut.
"Hmph! (meraih dagu Seren) Cukup manis... Kau bisa masuk kriteria." Gumam Golern mendekati wajah Seren dan memperhatikannya lamat.
"Baiklah Dita hubungi aku untuk bakatnya, dan pakaiakan dia pakaian yang layak. Aku tidak ingin melihat dia tampil seperti ini." Menunjuk Seren jijik.
"Seperti gembel." Lanjut Golern menghina.
Setelah kepergian Golern, Dita langsung menghampiri Seren.
"Apakah kau sudah diberitahu oleh Ririn?"
"Apa?" Tanya Seren balik, ia tidak mengerti.
Dita berpikir sejenak "Sudahlah, besok ikut mami ya Seren." Dita mengelus pucuk kepala Seren lembut kemudian berlalu.
"Semuanya bubar dan kembali ke Club. Ayo buba-bubar." Perintah Dita menggerakkan tangannya mengusir.
.......
.......
.......
.......
...Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Miu Nih.
ikut sedih buat Seren...
tetep bakoh yaa, lanjut 👍
2025-04-18
1
Rini Antika
Senyum dalam luka..😁 semangat terus kak..
2022-07-30
1