"Ich sagte nein, nein."
(Sudah kukatakan tidak, ya tidak.)
Jawab suara itu datar.
"Tapi tuan, ini benar-benar berlian, saya sangat yakin." Ucap Gundur berusaha meyakinkan William yang hanya diam enggan untuk menggubris.
"Dieser Mann versteht wirklich kein Deutsch. Sekali tidak ya tidak, ROBERT! (Berteriak) cepat bawa orang gila ini pergi dari rumahku!!" Perintahnya sang tuan rumah penuh emosi, ia juga tidak mengizinkan Gundur untuk menyentuh tangannya.
"T-tapi t-tuan tuan!!!"
BRAK!!!
Gundur di tendang keluar dari mansion mewah itu oleh dua Bodyguard berbadan besar. Ia sedikit terkejut dan menatap pintu besar yang sudah tertutup rapat itu nanar.
"Sombong sekali orang ini! Lihat saja, kau akan ku buat menyesal William Birtrainy!" Kesal Gundur menunjuk pintu seakan menunjuk William secara langsung.
"Aku akan membalasmu, lihat sa-"
"Anda tidak boleh berteriak di rumah orang pak." Seru Bodyguard menyeret Gundur untuk meninggalkan pekarangan rumah.
.
.
.
Di Club.
"Tuan Golern sudah memilih,"
"Memilih apa mami?" Tanya Ririn setengah senang.
"Dia memilih putrimu, tentunya ini merupakan sesuatu yang menguntungkan. Kamu bisa menghasilkan uang lebih banyak malam ini jika pitrimu mampu menarik customer berharga kita. Jadi, persiapkan putrimu dengan baik, buat Tuan Golern bangga dan kau akan mendapatkan keuntungan yang menjanjikan." Lanjut Dita menjelaskan.
Ririn seketika sumbringah, ia merasa seperti tertimbun di tumpukan emas saat mendengar bahwa tuan Golern lah yang secara langsung memilih putrinya.
"Baik mami, saya akan berusaha untuk membuat penampilan Seren menarik." Janji Ririn bahagia.
'Apa yang akan terjadi padaku?'
Inner hati Seren takut.
Ia senantiasa masih memperhatikan interaksi sang ibu, tampaknya itu semua berhubungan dengan ucapan tadi malam.
.
.
Pukul 22.30 WIB
"Riasan sudah, pakaian, sepatu, rambut juga sudah. Ok saatnya berangkat." Seru Ririn.
"Apa ibu yakin? Pakaian ini agak sedikit ehmmm..." Seren menyatukan kedua tangannya, ia takut ingin protes namun ia harus mengutarakannya.
"Kenapa?" Ketus Ririn.
"Pakaiannya terlalu kurang bahan bu." Bisik Seren pelan namun masih dapat di dengar..
"Ck! Memangnya ada pelacur syar'i?! Semua pelacur memang harus memakai pakaian begini Seren! Kau jangan membuatku marah dasar TOLOL!"
Plak!!
Ririn memukul punggung Seren hingga sang empunya berhasil terdorong kedepan.
"Saakit." Gumam Seren.
"Ayo kita ketempat mami." Ucap Ririn membawa Seren kepada Dita.
.
.
"Gimana mi?" Tanya Ririn.
Dita menyilangkan kedua tangan di dada, ia meneliti Seren dari ujung rambut hingga kaki.
"Lumayanlah tapi disini masih kurang, " Dita merapikan sedikit rambut Seren.
"Ok sudah, ayo masuk." Perintah Dita mengapit tangan Seren di ketiaknya lalu masuk lebih dalam ke Club. Meninggalkan Ririn di ruangan Dita.
'Haaaahhh.... Tanganku yang malang sudah ternistai oleh ketek mami Dita.... Hmmm...'
Inner hati Seren hanya bisa tersenyum simpul.
.
.
.
Dug dag Dug dag (suara musik 🎶)
"Musiknya sangat keras, telingaku sakit." Keluh Seren berusaha menutup telinganya.
"Selera bermusik orang-orang disini aneh (memandang ke depan) apa-apaan itu? Sudahlah musiknya menyakiti telinga, para wanita itu malah bergoyang liar di depan om-om jelek, sangat disayangkan sekali." Komen Seren menatap sekitarnya.
Ia semakin mengedarkan pandangan, menatap banyak orang yang seperti mengkonsumsi obat, namun caranya sedikit berbeda. Disana menggunakan sedotan, seorang customer menghisap serbuk hingga tandas diiringi seruan semangat dari para wanita penghibur.
"Apa itu narkoba?"
Tanya hati Seren, kemudian ia beralih ke Table lainnya, seorang customer dan Lc sudah terkapar tak berdaya, namun mereka masih tetap mengoceh seakan tak merasakan tubuh yang sudah tak berdaya.
Hingga tatapannya terhenti pada seseorang yang duduk tepat di depan bartender. Remaja itu tengah menghisap sesuatu dari botol Bong. Sepertinya ia begitu menikmatinya hingga tak memperdulikan sekitar.
"Toni!!!!" Pekik Seren berusaha memanggil remaja itu, namun tak ada respon berarti.
'Kenapa teman sekelasku pergi ketempat Clubing?'
Seru hati Seren menatap Toni curiga.
"Seren, tunggulah disini." Ucap Dita melepaskan tangan Seren dan berlalu pergi, masuk ke dalam pintu. Meninggalkan Seren yang terduduk diam di Sofa sendirian.
"Apakah mereka semua tengah pesta narkoba? Aku jadi curiga, kemarin keadaan Club tidak begini."
Monolog Seren berpikir, "Apa jangan-jangan ada bandar Narkoba! Ah, tidak mungkin aku pasti salah." Seren langsung menggeleng mencoba untuk menyingkirkan pikiran buruk.
Kini Seren memilih untuk kembali menatap Toni yang malah di hampiri satu pelacur yang tentunya Seren sangat kenali.
"Tante Sarah!" Kejut Seren menutup mulutnya dengan kedua tangan. Tante Sarah merupakan Lc senior dan merupakan teman ibu Seren, bisa dikatakan mereka seangkatan.
Toni dan Sarah, mereka berdua saling berbagi minuman keras bersama. Bahkan kini Toni dengan tangan jahilnya sudah berani menyentuh pundak ibu Sarah.
Sedangkan Sarah, ia malah tersenyum dan semakin membuka akses bagi Toni untuk berbuat lebih seperti menyentuh dua gundukan besar ibu Sarah.
Seren seketika menutup kedua matanya, namun dengan gaya malu-malu dan rona merah kental ia kembali mengintip adegan panas Toni dengan Sarah.
"Oh iya! (merogoh saku) gua harus ambil bukti ini supaya Toni gak bisa mengelak saat aku tanya-tanya." Gumam Seren memotret beberapa momen kemesraan Toni.
Sambil memotret, Seren juga tidak habis fikir. Kenapa Toni yang terbilang pendiam dan rajin, rupanya malah sering mampir ke klub malam.
'Rupanya Toni-lah pria yang sering di bicarakan Tante Sarah padaku, pemuda tampan belia yang sering huru hara bersamanya. Memang benar si kalau Toni itu anak tunggal kaya raya, tapi.. mana mungkin ia dia menyukai wanita berumur seperti Tante? Gak bisa di percaya orang calm banyak kejutannya.'
Inner hati Seren masih memotret setiap momen, sampai seorang pria tampan berhasil menghalangi pandangan kamera Seren untuk memotret lebih jauh adegan pertarungan bibir Toni dan Tante Sarah.
"Ops.. Bukankah dia pria yang aku tabrak kemarin? Tapi aku ngak perduli sama dia, yang aku perdulikan kenapa dia menghancurkan momen Toni si!!" Keluh Seren langsung menatap pria bule yang duduk tepat di samping Tante Sarah.
"Hmph!!! Dasar pria idiot! Aku yakin pasti dia adalah orang kaya dengan selera terburuk." Komen Seren tanpa sadar menatap pria bule itu yang menolak setiap pelacur yang hendak mendekati.
Hingga pesanannya datang, pria bule itu malah berjalan pergi seraya membawa gelasnya. Sampai seorang wanita menahan pundaknya, pria itu malah menepis kasar dan menyuruh wanita itu pergi.
"Lc secantik itu juga ia tolak? Hey! kalau tidak salah ia merupakan salah satu top Lc disini. Apa matanya buta!?" Tanya Seren menunjuk pria itu seraya berkomentar.
Hingga pria itu menatap Seren. Wajahnya langsung mengeras, mungkin ia teringat kejadian kemarin.
"Tidak sopan menunjuk seorang pria yang tak kau kenal dengan tangan kotor itu." Sarkasnya. Ia hampir mengeluarkan kalimat berikutnya namun seorang pria lainnya menghampiri dan berbicara dengan bahasa asing yang tidak Seren mengerti hingga pria itu pergi tanpa menghiraukan Seren lagi.
Tuk!!
"Huaa?" Seren langsung membalikkan badannya panik.
"Mami!" Pekik Seren.
"Iya, ini aku. Sekarang mari masuk kedalam, tuan Golern sudah menunggumu." Perintah mami Dita menyuruh Seren untuk masuk.
Di kejauhan.
Pria bule itu tersenyum miring, ia melirik ke arah perginya Seren.
"Ist etwas passiert?"
"Nein, das stimmt nicht."
.......
.......
.......
.......
...Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Miu Nih.
ada mungkin 🤔 ,,
seperti pakaian tertutup tapi melekat erat ditubuh,, kan sama aja 🙈
2025-04-18
1
DonnJuan
Toni tuh kaya kebanyakan anak muda sekarang yang sukanya cenderung yang ber umur 😤😁
2025-04-30
1
Miu Nih.
pinisirin~ lanjut 👍
2025-04-18
0