.......
.......
.......
.......
.......
...SADNESS...
...Awal...
.......
.......
.......
Suasana malam begitu ramai terasa, tatkala para pegawai salah satu tempat Club Night berkedok karaoke terkenal kini mulai mempersiapkan diri menanti para tamu.
Perkenalkan Distrik Nangka, salah satu distrik yang terkenal akan hiburan malamnya. Namun kalian harus berpura-pura tidak tau saja, karna ini adalah rahasia umum.
"Baiklah semuanya, seperti biasa ya. Kalian harus tetap semangat, kasih yang terbaik buat pelanggan-pelanggan kita yaaa...." Seorang wanita setengah baya dengan penampilan nyentriknya datang mengintrupsi semua kegiatan para wanita.
"Ok Mami..." Jawab para wanita kompak menatap sang mami.
"Ok kalau gitu, yang udah siap dandan boleh langsung ke bar atau yang udah dipesan bisa keruang Karaoke ya...." Ucap Sang mami lagi memberikan arahan.
"Sip Mami." Jawab mereka lagi.
Sang mami memilih duduk di samping pintu, ia mulai memperhatikan smartphonenya. Mencoba mengecek pemasukan kemarin. Ia sedikit cemberut saat melihat penghasilan yang berkurang setiap minggunya.
"Ririn, nanti setelah selesai bersiap kesini sebentar ya." Ucap mami tetap memandang smartphone.
"Ok Mami." Jawab Ririn meletakkan lipstiknya di atas meja rias.
Ia berdiri, merapikan sedikit pakaian minimnya yang terlipat kemudian berjalan sedikit tergesa.
"Iya mami, ada apa ya?" Tanya Ririn melipat kedua tangannya di depan. Ia sedikit menunduk untuk dapat melihat ekspresi yang akan dikeluarkan oleh sang mami.
Mami meletakkan smartphone kedalam tas, kemudian mengintrupsi Ririn untuk duduk di sampingnya dan Ririn mengikuti dengan patuh.
"Mch.... (Mami menggoyangkan kepalanya kekiri dan kanan) Kenapa penghasilan kamu berkurang beberapa minggu ini?"
Ririn langsung terkejut, ia hanya dapat menunduk dan tak mampu menjawab. Sementara mami hanya memperhatikan gelagat sang anak asuh.
"Sebenarnya Rin, mami sangat suport kamu yang nafkahi anak. Tapi jangan gitu dong Rin," Mami menepuk kedua tangan di atas tas kulitnya yang berada di paha.
"Trus ini gimana? Penghasilan kamu kemarin cuma 500 ribu, makin menurun dari sebelumnya 700 ribu. Ini ngebuat mami sulit buat pertahanin kamu lagi." Curhat Mami yang mulai pusing.
"M-maaf mi, malam ini aku akan lebih berusaha."
"Mmm... Sebenarnya Rin,ini kesempatan terakhir kamu. Jika kamu udah gak bisa hasilin uang buat mami lagi, kamu terpaksa mami off-in dari Lc ataupun Ani-ani." Ucap Mami seraya memantik api rokok ditangan.
"Ririn, ada yang nyariin." Interupsi salah satu pegawai Karaoke memanggil Ririn.
Ririn memandang ke arah Mami, dan mami mengangguk mengizinkan Ririn pergi untuk menemui tamunya.
.
.
"Disini Rin." Ucap pegawai pada Ririn yang mengikuti keluar dari gedung.
"Ok udah sampai, aku cabut ya." Lanjut sang pegawai meninggalkan Ririn.
"Thank's ya Rob." Balas Ririn berterima kasih.
Saat ia beralih fokus pada tamunya, Ririn seketika terkejut saat sang anak lah tamunya.
"Ibu..."Lirihnya sudah basah kuyup. Ia semakin mengeratkan pelukan pada tasnya yang juga sudah basah.
"Ada apaan?" Tanya Ririn ketus. Ia malah membuang muka dari sang anak.
"I-ibu gimana keadaannya? Ba-"
"Gausah basa basi deh Ren, lu mau apaan dari gue!?" Tiba-tiba Ririn menaikkan nada suara hingga membuat sang anak terperenjat.
Seketika sang anak menunduk, ucapannya seakan tercekat saat ingin membicarakan maksud kedatangannya.
"I-tu bu, Seren butuh uang buat bayar SPP sama uang praktek." Ucap Sang anak, Seren dengan pelan dan mencoba untuk tidak menyinggung sang ibu.
Ririn langsung berkacak pinggang "KAMU INI DARI LAHIR SAMPAI SEKARANG NYUSAHIN IBU MELULUUUU! BISA GAK SIH KAMU ITU BERGUNA DIKIT! TAUNYA MINTA UANG, UANG UANG TRUS! APA KAMU GAK TAU CARI UANG ITU SUSAH HA!"
Seren langsung terdiam, air mata hampir keluar dari mata namun coba untuk ditahan sekuat mungkin.
"M-maaf bu, nanti Seren coba cari orang yang terima pembantu, trus cari kerja la-"
"GAUSAH CARI KERJA-KERJA GITUAN LAGI! GAK GUNA. UJUNG-UJUNGNYA JUGA MINTA DUIT SAMA IBU! UDAH, KAMU JADI PELA*UR AJA BIAR GAK MINTA DUIT LAGI!!!!" Maki sang ibu menunjuk Seren bertubi-tubi.
"M-ma...."
Bruk...
Seren pingsan tanpa bisa menyelesaikan ucapannya.
"Ckh... Astaga, siapa yang membantu sekarang. Hmph!"
Akhirnya setelah bermonolog sendiri, Ririn akhirnya membawa sang anak ke kost-nya yang berada di belakang gedung.
.
.
.
Keesokan harinya, Seren terbangun di lantai beralasan kain tipis. Gadis itu mengucek mata mencoba untuk membiasakan penglihatannya yang sedikit kabur.
"Dimana ibu?" Gumamnya beranjak dari posisi.
Setelah keluar dari kos-an Seren berjalan kembali ke arah gedung tempat ibunya mencari nafkah. Tidak tau tujuan, namun Seren akan mencoba untuk masuk.
Krak..
Trang....
"!" Rotasi Seren langsung teralihkan pada suara bising di belakang gedung.
Dengan langkah pasti, gadis itu masuk dan bertapa beruntungnya ia langsung melihat sang ibu yang tengah berkutat dengan setumpuk piring kotor.
"Pagi bu." Sapa Seren mendekat.
"Hmm.." Balas Ririn masih sibuk.
"Sini Seren bantu bu."
Ririn tidak menanggapi, namun ia memilih untuk bergeser dan memberikan ruang bagi Seren untuk bergabung. Ririn menyabuni gelas dan langsung memberikannya pada Seren untuk dibasuhi tanpa memberi intrupsi lebih dulu, namun secara alami mereka dapat melakukannya.
"Kenapa piring kotor ini tidak selesai-selesai ya?" Gumam Seren tanpa sadar.
"Berhentilah mengeluh, sebentar lagi juga akan selesai." Ucap Ririn yang tanpa sadar menjatuhkan gelas kedalam kubangan air kotor hingga membuat air langsung terciprat kesembarang arah.
"Oh astaga." Ririn langsung mengambil gelas itu dan melihatnya secara teliti, takut ada yang retak. Jika sampai hal itu terjadi maka hutang Ririn akan semakin membengkak.
"Syukurlah gelasnya baik-baik saja." Ucap Ririn penuh syukur.
"Aduh bu, aduh. Mataku kena cipratan air bu Au! Aaaaaaaa~" Seren langsung bergegas meraih selang air bersih yang tanpa ia sadari malah semakin menjauhi Seren.
"Kenapa airnya makin jauh si?" Tanya Seren merasakan aliran air yang bukannya makin mudah ia raih malah semakin jauh ia gapai.
Semakin jauh meraba Seren malah menyentuh kaki seseorang dengan sepatu hak tingginya.
"Tangan siapa ini?" Tanya Seren tanpa sadar.
Kaki itu langsung menjauh.
"Ini kaki dasar bodoh! Oh astaga, aku jadi kebawa emosi." wanita itu langsung menendang dagu Seren hingga gadis malang itu terdorong jatuh di atas air bekas cuci piring.
"Anak idiot ini benar-benar membuat malu."Bisik Ririn menggeram marah.
"Auch!" Gumam Seren menyentuh luka di dagunya.Belum sempat memproses rasa sakit tiba-tiba air bersih jatuh di atas kepala Seren hingga gadis itu dapat membasuh kedua matanya.
"Ah, astaga. Untung mami baik jadi kamu mami maafin." Ucap Mami membasuh wajah Seren.
"T-terimakasih." Balas Seren.
Mami mengangguk kemudian menatap Ririn. "Malam ini semua orang akan sibuk, dan Ririn. karna kamu sudah tidak dapat bekerja di garda depan, maka dari itu mami akan mempekerjakan kamu di bagian dapur untuk mencuci piring. Kamu paham?"
"Paham mi."
"Bagus kalau begitu, oh iya. Kamu juga ngak lupa kan apa yang disampaikan oleh tuan Golern. Mami harap kamu udah siapin orang itu buat selingan kalau-kalau tuan Golern butuh. Ok, kalau gitu mami pergi dulu. Lanjutin cuci piringnya."
Setelah mami pergi, Ririn kembali melanjutkan pekerjaannya dalam diam. Seren yang juga sudah baik-baik saja juga kembali bekerja.
"Kemana aku harus mencari wanita yang mau menggantikan posisiku sebagai LC?" Gumam Ririn yang tanpa disadari didengar oleh Seren.
'Kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi gelisah?'
.
.
Malam harinya.
"Ibu,Seren pamit pulang ya." Kata Seren sudah berkemas dan siap untuk pergi.
Ririn berbalik badan menatap sang anak dari ujung kaki hingga kepala.
"Kenapa begitu cepat? Ibu bahkan belum memberimu uang." Balas Ririn masih memperhatikan Seren dengan intens.
"Aku tidak ingin merepotkan ibu lebih lama." Alasan Seren semakin memperkuat genggaman pada tasnya.
"Ah tidak, kamu tidak merepotkan. Malah ibu sebenarnya sangat tertolong olehmu. Maka dari itu jangan pergi dulu, tetaplah disini." Ujar sang ibu.
Seren mengendurkan genggamannya ia langsung tersenyum saat ibunya berkata demikian.
"Bantulah ibu didapur."
"Baik." Balas Seren dengan ceria.
Malam-pun menjemput, Seren yang sudah siap segera mengikuti langkah sang ibu pergi ke area dapur gedung untuk membantu.
Namun yang tidak Seren ketahui adalah sesuatu hal yang seharusnya ia hindari malah ia datangi.
.......
.......
.......
.......
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
DonnJuan
beda banget sama Ririn yang saya kenal bung 🥶🥶
2025-04-25
1
risa senja
🥲🥲sedinya
2022-09-03
1
Rossemarry
kok malah seneng sih, aduh🤦
2022-08-20
1